Saya seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Panggil saja saya Borris. Cerita ini merupakan kisah nyata saya yang sampai saat ini masih berlangsung meskipun saya akui saya jenuh dan ingin mencari pengalaman lain dengan wanita yang berbeda pula.Cerita berawal dari kisah pacaran saya dengan Mia, seorang mahasiswi yang berbeda kampus dengan saya. Setelah saya berpacaran

Wawan, seorang bujangan berumur 28 tahun yang saat ini sedang kebingungan. Pasalnya, panggilan pekerjaan dari sebuah perusahaan dimana dia melamar begitu mendadak. Dia bingung bagaimana harus mencari tempat tinggal secepat ini. Perusahaan dimana dia melamar terletak di luar kota, jangka waktu panggilan itu selama empat hari, dimana dia harus melakukan tes wawancara.Akhirnya dia memaksa berangkat

Aku dan istriku tak pernah memiliki apa yang anda biasa sebut dengan kehidupan seks yang menarik. Saat kami melakukan seks, biasanya hanya dalam posisi yang wajar saja. Irama kehidupan seks kami yang boleh kukatakan membosankan itulah, aku mulai berfantasi tentang ‘hal dan orang lain’. Untuk bahan fantasiku, aku membiasakan menonton film porno di malam hari setelah semua orang di rumah tidur.Yang


Winda seorang ibu muda, 26 tahun yang telah bersuami dan mempunyai seorang anak berumur 1 tahun di tempatkan di Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman-Sumatera Barat. Kabupaten ini terkenal dengan magisnya yang kuat, terletak di pesisir selatan Sumatera Barat. Demi karirnya di sebuah Bank swasta pemerintah, ia terpaksa bolak balik Padang - Lubuk Sikaping tiap akhir minggu mengunjungi sang suami yang menjadi dosen pada sebuah Universitas di kota Padang.

Awal Winda mengenal Johan sejak Winda kost di rumah milik kakak perempuannya. Winda tidak begitu kenal dekat, Winda hanya menganggukkan kepala saja saat bertemu dengannya. Diapun begitu juga pada Winda. Jadi mereka belum pernah berkomunikasi langsung. Yah, sebagai adik pemilik rumah tempat kostnya, Winda harus bisa menempatkan diri seakrab mungkin. Apalagi sifatnya yang suka menyapa dan memberi senyum pada orang yang Winda kenal. Winda tahu diri sebab Winda adalah pendatang di daerah yang cukup jauh dari kota tempat Winda bermukim.

Begitu juga dengan latar belakang Johan Winda tidak begitu tahu. Mulai dari statusnya, usianya juga pekerjaannya. Perkenalan mereka terjadi di saat Winda akan pulang ke Padang.

Saat itu hari jumat sore sekitar jam 17.30. Winda tengah menunggu bis yang akan membawanya ke Padang, maklum di depan rumah kost nya itu adalah jalan raya Lintas Sumatera, jadi bis umum yang dari Medan sering melewatinya. Tak seperti biasanya meskipun jam telah menunjukan pukul 17.50, bis tak kunjung juga lewat. Winda jadi gelisah karena biasanya bis ke Padang amatlah banyak. Jika tidak mendapat yang langsung ke Padang, Winda transit dulu di Bukittinggi, dan naik travel dari Bukittinggi.

Kegelisahannya saat menunggu itu di lihat oleh ibu pemilik kost Winda. Ia lalu memanggil Winda dan mengatakan bahwa adiknya Johan juga mau ke Padang untuk membawa muatan yang akan di bongkar di Padang. Dengan sedikit basa basi Winda berusaha menolak tawarannya itu, namun mengingat Winda harus pulang dan bertemu suami dan anaknya, maka tawaran itu Winda terima. Yah, lalu Winda naik truknya itu menuju Padang.

Selama perjalanan Winda berusaha untuk bersikap sopan dan akrab dengan lelaki adik pemilik kostnya itu yang akhirnya Winda ketahui bernama Johan. Usianya saat itu sekitar 45 tahun. Lalu mereka terlibat obrolan yang mulai akrab, saling bercerita mulai dari pekerjaan Winda juga pekerjaan Johan sebagai seorang sopir truk antar daerah. Iapun bercerita tentang pengalamannya mengunjungi berbagai daerah di pulau Sumatera dan Jawa. Winda mendengarkannya dengan baik. Dia bercerita tentang suka duka sebagai sopir, juga tentang stigma orang-orang tentang sifat sopir yang sering beristri di setiap daerah. Windapun memberikan tanggapan seadanya, dapat dimaklumi karena Winda yang di besarkan dalam keluarga pegawai negeri tidak begitu tahu kehidupan sopir.

Windapun bercerita juga tentang pekerjaannya di bidang perbankan dan suka dukanya. Iapun sempat memuji Winda yang mau di tempatkan di luar daerah, dan rela meninggalkan keluarga di kota Padang. Ya Winda tentunya memberikan alasan yang bisa diterima dan masuk akal.

Winda juga memujinya tentang ketekunannya berkerja mencari sesuap nasi dan tidak mau menggantungkan hidup kepada keluarga kakaknya yang juga termasuk berada. Iapun berkata bahwa truk yang ia sopiri itu milik kakaknya itu, setelah ia dan suaminya pensiun dari guru. Sedangkan anak-anak kakaknya itu sudah bekeluarga semua, juga bekerja di beberapa kota di Sumatera juga Jakarta.

Selama perjalanan itu mereka semakin akrab. Winda sempat bertanya tentang keluarga Johan. Ia tampak sedih, menurutnya sang istri minta cerai dengan membawa serta 2 orang anaknya .Istrinya meminta cerai karena ada hasutan dari keluarganya bahwa seorang sopir suka menelantarkan keluarga. dan Johan memberi tahu dirinya sebab musabab ia bercerai dengan lengkap. Padahal bagi Winda saat itu, hal itu tidaklah begitu penting, namun sebagai lawan bicara yang baik selama di perjalanan lebih baik mendengarkan saja. Hingga akhirnya Winda sampai di dekat rumahnya di Padang.
Winda di jemput suaminya di perempatan jalan by pass itu, Winda sempat mengenalkan Johan pada suami dan suaminya, dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Tak lupa Winda menawarkan singgah untuk makan kerumahnya, namun Johan dengan sopan menolaknya dengan alasan barang muatan truknya harus di bongkar secepatnya. Dan mereka pun berpisah di perempatan by pass itu.

Semenjak Winda mengenal Johan, Winda akhirnya sering menumpang truknya ke Padang. Winda jadi tidak kuatir lagi jika tidak ada bis umum yang akan ke membawanya ke Padang. Sejauh itu, keakraban Winda dan Johan, mereka masih dalam batas - batas yang di tentukan norma masyarakat Minang. Ya kadang dalam perjalanan jika perut lapar, mereka singgah untuk makan dan Winda selalu berusaha untuk membayar, sebab sebagai seorang wanita selalu ada perasaan tidak enak, jika semuanya menjadi tanggungannya. Winda tidak mau terlalu banyak berhutang budi pada orang. Itulah prinsip yang dianutnya dari kecil. Masa selama ke Padang udah gratis ,makan gratis pula??

Kejadian pulang ke Padang seolah telah biasa bagi Winda bersama Johan. Kadang dia tidak ke Padang, hanya ke Bukittinggi, Winda juga ikut menumpang, lalu dari Bukittinggi Winda naik travel atau bis. Winda pun akhirnya telah menganggap Johan seperti kakaknya sendiri. Itu karena ia sering memberinya petuah tentang hidup, misalnya harus banyak sabar jika jadi istri, juga sikapku yang baik dimata ibu kost kakaknya itu. Terkadang Winda sering membawakan oleh-oleh untukt ibu kostnya jika pulang, terkadang Winda menyisihkan buat Johan, ya meski harganya tidak seberapa namun ia amat senang.

Selama 2 bulan itu Winda selalu bersama Johan jika ke Padang. Mulailah Johan bersikap aneh. Kini dia jadi sering bicara jorok dan tabu. Juga ia mulai berani bertanya tentang gimana Winda berhubungan dengan suami, berapa lama suaminya bisa bertahan dan berapa kali Winda berhubungan selama seminggu.Pertanyaan-pertanyaannya ini tentu saja membuatnya merasa risih dan tidak enak hati. Winda kadang berusaha untuk pura-tidur tidur jika ia mulai berbicara tentang hal-hal yang tidak pantas itu. Meskipun ia mulai aneh dan bicara tentang hal-hal yang cabul itu. Winda bersyukur hingga saat ini Johan tidak macam macam kepadanya. Winda menyadari mungkin Johan sedang stress akibat hidupnya yang sendiri itu, namun Winda tidak menanggapinya, dan seperti angin lalu saja.

Hingga sampailah saat Winda pulang dengannya untuk kesekian kali, ia berusaha memegang jemari tangannya. Winda tentu saja kaget dan cemas, sekaligus takut. Winda langsung menarik tangannya dari genggaman Johan.

“Da jaan da, Winda alah balaki dan punyo anak ketek, apo uda ndak ibo membuek Winda kecewa (bang jangan bang,,,,Winda punya suami dan anak yang masih kecil,,apa abang tega membuat Winda kecewa)?” ucap Winda. Winda juga mengancam akan mengadukan perlakuannya itu kepada kakaknya. Johanpun lantas melepaskan tangannya yang akan kembali meraih jemarinya. Winda juga berkatag padanya.
“Cukuik sampai disiko sajo da, Winda indak ka manumpang oto uda lai ( Winda tidak akan menumpang truk abang lagi)”. Hingga Winda sampai di Padang Winda hanya berucap terima kasih lalu diam. Winda masih kesal.Diapun sepertinya agak takut. Namun Winda tidak tahu apa yang membuatnya jadi seperti tadi.

Hampir selama sebulan ini Winda tidak melihat Johan di rumah kakaknya, namun truknya masih nongkrong di halaman samping rumah induk itu. Selama itu Winda pulang naik bis yang kadang transit di Bukittinggi. Winda tidak tahu kemana ia pergi, namun Winda menanyakan pada ibu kosnya, dan Winda di beri tahu bahwa Johan sedang mengunjungi mantan istrinya untuk menjenguk anaknya. Windapun larut dengan rutinitasnya seperti biasa.

Namun hatinya yang tadinya kesal, dongkol dan marah kepada Johan tanpa sadari Winda perasaannya mulai berubah. Tiba - tiba saja Winda malah sangat ingin bertemu dan ingin numpang pulang dengan truknya. Ya, Winda seakan rindu berat.

Hari jumat sore itu dengan masih mengenakan pakaian kerja dan penutup kepala, Windapun mau saja diajak pulang bareng dengan Johan yang mengantarkan muatan truknya ke Padang. Mereka berangkat jam setengah lima. Lalu dalam perjalanan lelaki berbadan tegap tersebut kembali bicara itu, tentangg hubungan laki-laki dan perempuan serta sifat perempuan yang memiliki libido tersembunyi. Juga kekuatannya berhubungan badan dengan lawan jenis. Winda malah mendengar dengan seksama dan sesekali memberi komentar. Mungkin saja karena lama tidak tersalur atau laki - laki itu punya kemampuan lebih dalam hubungan badan, juga mungkin bantuan obat pemanbah perkasaant pria, komentar Winda. Sepertinya wanita muda tersebut tidak peduli lagi akan omongan joroknya Johan.

Hingga senja. Sekitar jam 7 lewat mereka turun mampir di rumah makan di pinggiran jalan di Bukittinggi untuk beristirahat sejenak sambil mengisi perut. Anehnya saat itu Winda membiarkan saja saat tangannya di gandeng oleh Johan. Mereka makan dengan lahapnya. Dan setelah makan merek` berkemas dan berangkat untuk melanjutkan perjalanan menuju Padang

Mobil mulai jalan meninggalkan rumah makan. Pas melalui daerah Bukit Ambacang daerah yang dulunya tempat pacuan kuda itu mungkin karena perut udah kenyang, dan dinginnya udara malam yang berembus dari celah kaca mobil, Winda jadi mengantuk. Winda menyandarkan kepalanya ke kaca jendela mobil, tetapi karena jalan yang tidak rata, kepala Winda sering terantuk. Lalu Johan menawarkan, supaya Winda tidak terantuk kaca agar Winda mendekat kearahnya, dan bersandar di bahunya.

”Win...daripado adiek ndak bisa lalok, labiah elok cubo sanda an kapalo di bahu uda (Winda daripada ga bisa tidur , lebih baik rebahkan kepalamu di bahu abang)” kata Johan.
”Ndak usahlah da, kan uda sadang manyopir, beko malah mambuek uda ndak bisa manyopir elok – elok, apolagi iko kan lah malam (nggak usahlah bang,,kan abang sedang nyetir, nanti malah bikin abang tidak bisa nyetir dengan baik.apalagi ini malam bang)” kata Winda menolak dengan halus dan tidak mau mendekat padahal saat itu Winda telah ngantuk berat.

Dengan sebelah tangannya Johan meraih tangan wanita muda itu dan menariknya agar mendekat, dan makin mendekat hingga duduk mereka menjadi menempel bersisian dan hanya di batasi handel persneling mobil. Winda akhirnya menurut dan merebahkan kepalanya di bahunya lelaki tersebut. Winda terlelap sesaat. Padahal hati kecil Winda saat itu berbisik bahwa itu salah besar, dan Winda mengetahui itu amat sangat tidak boleh. Namun Winda juga merasakan dorongan yang jauh lebih besar untuk membiarkan itu terjadi.

Saat terpejam dan dalam keadaan setengah tertidur itu tanpa Winda menyadari, tiba - tiba sebuah kecupan menerpa pipi dan bibirnyanya. Wanita muda itu kaget dan langsung bereaksi. Langsung ia menolakkan muka Johan dengan tangannya. Johan pun menghentikan kecupannya meskipun tangan kirinya masih merangkul bahu Winda agar tetap rapat menempel pada dirinya. Winda berusaha melepaskan tangan Johan pada bahu kirinya dan mengingatkan agar ia konsentrasi ke jalan.

”Da sadarlah da, iko kan di jalan raya bisa cilako beko, caliak tu mobil lain kancang – kancang (Bang sadar bang ini jalan raya bisa kecelakaan, mobil lain pada ngebut tuh)” kata Winda mengingatkan. Johan pun menurut dan kembali berkosentrasi mengemudikan truknya..

Tak lama kemudian saat truknya berjalan perlahan karena macet di daerah Padangpanjang, saat Winda yang masih merebahkan kepalanya pada bahu Johan, terkejut karena tiba – tiba saja karena bibir berkumis Johan menghampiri bibir tipisnya dan mengecupnya sekilas. Winda langsung terbangun dan duduk kembali menjauh dari bahunya. Perasaannya sangat dongkol tidak bisa berkata – kata apalagi berbuat kasar

” Eh da Johan ko ndak mangarati juo, Winda mintak jaan di ulangi, badoso da, apo kato urang beko kalau mancaliak tadi (Eh bang Johan ini tidak juga ngerti, Winda mohon jgn di ulang lagi ini, dosa bang apa nanti kata org jika lihat kita saat itu tadi)?”. Namun, Johan sang sopir dia tetap santai-santai saja, seakan – akan Winda mengizinkan Johan berlaku demikian
” Abihnyo Winda mambuek uda galigaman (habis Winda bikin abang gemas)” jawabnya sambil meminta maaf.

Kembali wanita muda tersebut diam membisu selama perjalanan, tidak menggubris apapun yang Johan katakanKembali tangan kiri Johan meraih bahu Winda untuk mrengkuhnya agar kembali rebah pada bahunya. Selama perjalanan itu Johan tidak lagi menciumi Winda, hanya meremas remas jari lentiknya dan mengecupi kepalanya yang masih mengenakan penutup kepala. Rasa hangat dan nyaman menghampiri perasaan Winda saat itu.

Hingga...
Saat truk mereka memasuki wilayah jalan by pass yang gelap itu dekat simpang bandara yang baru sekarang ini, lelaki itu melambatkan laju truknya dan kembali menciumi dan melumat bibir wanita muda itu. Hanya saja herannya Winda malah membiarkannya saja. Jujur diakuinya ada desir – desir gairahnya yang mulai bangkit. Lalu Johan menghentikan truknya di tengah jalan dan kembali... menciumi, melumat bibir sebelah bawah milik Winda kembali dengan lebih bergairah. Tangan kanannya mulai naik meraba menemukan bukit padat yang membusung terbungkus di dada wanita muda tersebut . Meremasnya perlahan. Winda diam, matanya terpejam dan menikmati betapa gairahnya yang telah terbit kembali meluap. Dalam keasyikan mereka tersebut.

Tiba – tiba...
Ada cahaya dari lampu mobil dari arah berlawanan menyorot kepada mereka. Dan langsung Johan menghentikan aksinya, lalu kembali pada posisinya menjalankan mobil tersebut hingga rumah wanita muda tersebut. Sesampainya di rumah, Winda masih saja terbayang akan perlakuan Johan pada dirinya. Untunglah saat itu suaminya sedang berada di Jakarta dan takkan mengetahui perubahan sikapnya tersebut. Hingga pada waktu tidur pada malam itu Winda bermimpi melakukan hal yang sama hingga ia disetubuhi oleh Johan. Dalam mimpinya ia merasa amat puas, puas yang berbeda sekali saat ia melakukan dengan suaminya.

Kembali kini Winda ke Pasaman, dan bekerja seperti biasanya. Telah 3 minggu ini ia tak bertemu Johan. Kata kakaknya Johan sedang ada muatan ke Pematang Siantar. Winda sangat berharap untuk bertemu. Dirinya dilanda rindu yang sangat merajam perasaannya. Winda seolah – olah menjadi seorang remaja putri yang amat rindu pada kekasih saat itu. Membuat pikirannya hanya tertuju pada Johan seorang.

Beberapa minggu kemudian mereka bertemu dan kembali berangkat bersama saat Winda hendak pulang ke Padang. Saat di perjalanan Johan minta Winda untuk melepas kacamata Winda. Winda heran kenapa dia meminta Winda melepaskan kacamata?

”Uda taragak mancaliak mato diek Win indak mamakai kacomato (Abang ingin melihat mata Dik Win tidak mengenakan kaca mata) .” kata Johan. Windapun menurut lantas melepas dan menyimpannya dalam kotak dan kemudian memasukan dalam tas miliknya. Sepanjang perjalanan itu Winda tidak mengenakan kacamata. Kembali tangan kiri Johan merengkuh bahu Winda, menariknya agar duduk berdekatan. Winda yang tidak ngantuk bergeser mendekati dan karena merasa tidak enak dengan hawa kaki lelaki itu dari bawah dashbord dekat stirnya itu kemudian menegakkan kepalanya dan tidak rebah dibahu Johan.

Dan kembali dalam perjalanan menuju Padangpanjang Johan meminta Winda melepas penutup kepalanya

” Win uda taragak mancaliak rambuik Winda, salamo iko uda alun pernah mancaliaknyo, sabanta sajonyo, kan hanyo diateh oto iko, ndak ado do nan ka maliek (Win..abang ingin melihat rambut Winda...selama ini abang belum pernah lihat.sebentar aja Win, kan hanya di atas truk ini, tidak ada yang akan lihat)” katanya. dengan alasannya ia sudah sangat lama ingin melihat rambutku.
”Jaan daa, Winda alah barumahtanggo.. punyo anak.. Winda taragak manjadi ibu jo istri nan elok.., sabab uda beko bisa barubah pangana.., Winda kuatie da (jangan lah bang,Winda sudah berkeluarga,juga punya anak, jadi Winda ingin, jadi ibu dan istri yang baik, sebab jika Win buka kerudung, nanti,abang bisa berubah pikiran, Winda kuatir bang)”. Winda merasa keberatan, sebab merasa amat telanjang jika kerudungnya lepas.
”Alaa, Diek Winda jaan takuik ka uda, uda kan indak jaek, apolagi uda sayang bana ka Winda, walaupun alah punyo laki jo anak (Ala..Dik Winda jangan takut ama abang, abang kan bukan orang jahat, apalagi abang amat sayang pada Winda,meski abang tau Winda sudah punya suami dan anak)” kata Namun Johan menyakinkan. Winda bahwa ini hanya sebentar. Lalu Windapun meluluskan permintaannya. Penutup kepalanya dilepas dan di taruh, di pangkuannya sendiri.

Tangan kiri Johan naik dan membelai rambut Winda, dari atas lalu turun ke tengkuknya yang di tumbuhi rambut halus.

”Uda suko mancaliak bulu roma di kuduak diek Win (abang suka melihat rambut halus di tengkuk dik Win) ” ujar Johan.
”Harum bana (sangat wangi)” lanjut lelaki tersebut seraya menarik leher wanita muda itu mendekat kearah wajahnya. Dan mencium tengkuk berbulu halus itu. Winda merasa geli dan merinding, sebab gairahnya mulai terpicu. Lalu ia merebahkan kepala Winda di bahunya di sepanjang jalan yang macet, pada penurunan Lembah Anai tersebut. Sesekali ia meraba pipi wanita muda tersebut
”Pipi diek Win aluih jo barasiah (Pipi dik Win halus dan bersih)” tambah Johan. Winda diam saja.
”Biasalah laki – laki, suka menyanjung. Seperti biasa dilakukan suamiku sebelum menciumi aku” batin Winda.

Winda pun lalu berusaha memicingkan matanya. Namun saat laju mobilnya terhenti karena macet Johan mencoba menciumi pipi kirinya terus turun hingga menemukan bibir tipis yang tersaput merah dan mengecupnya sesaat. Winda berusaha mengatupkan bibirnya namun tangan kanan Johan berusaha masuk kedalam kaos panjang lengan putih bergaris pakaian atasnya itu melalui bawah kaos. Tangan lelaki itu menyentuh pembungkus dadanya yang membusung. Winda memejamkan matanya

”Uhhh...’desah wanita muda itu perlahan. Sehingga Winda tidak dapat berbuat apa apa selain hanya menikmati dan larut karena tangan kanannya saat itu masih memegang penutup kapalanya di pangkuan. Beberapa saat kemudian Johan menarik tangannya dan kembali melajukan truknya menuju arah Sicincin saat macet telah berakhir.

Saat di jalan Sicincin itu mobil saat itu berjalan perlahan karena macet, meski tangan kirinya di stir Johan dengan tangan kanannya merengkuh wajah Winda, dan tiba – tiba saja bibir wanita muda tersebut di lumatnya. Winda langsung saja terpana dan kaget, mukanya memerah. Namun Winda tidak bisa marah karena rasa nikmat yang mulai timbul .. Akhirnya Johan melepaskan bibir merah milik Winda. Namun tangan kiri Johan kini meremas jari lentiknya. Sehabis jari wanita muda itu di remasnya, tangannya mulai merayap masuk ke dalam melalui belahan atas kaos kaos panjang lengan yang bergaris putih yang saat itu ia kenakan berpadu dengan celana panjang. Winda sadar dan menahan laju tangan tersebut dengan tangan kirinya. Saat itu baru bagian perutnya yang tersentuh oleh tangan Johan. Terasa hangat dan kasar. Tangan Johan lalu keluar dan dia kembali asyik dengan stir.

Saat memasuki jalan by pass…
Jalanan gelap sekali hanya beberapa tempat saja yang di terangi lampu jalan, Johan menepi dan menghentikan truknya di pinggir jalan.

”Ko baranti da (kenapa berhenti bang)?” tanya Winda bingung.
Johan diam saja tak menjawab, dan kembali merengkuh bahu wanita muda tersebut. Menariknya mendekat kearahnya. Dan diatas mitsubishi colt berwarna kuning tersebut bibir Winda kembali dikecupnya. Tidak saja di kecupnya, kuluman dan lumatan juga dilakukan Johan pada bibir lembut wanita cantik tersebut. Mengelitiki setiap ujung bibir tipis tersebut dengan tekun. Sedikit demi sedikit gairah dalam tubuh wanita muda tersebut bangkit. Winda membalas setiap lumatan bibir Johan, membuka mulutnya memberikan keleluasaan pada lidah Johan untuk menikmati kebasahan di dalamnya. Lidah mereka saling berpilin, membelit di dalam. Tangan kanan Johan merayap masuk kedalam kaos panjangnya melalui bagian bawahnya, bergerak naik keatas menemukan bukit membusung padat di sebelah kanan lalun meremas dan memijit bukit padat milik Winda tersebut dari luar bahan pembungkusnya. Wanita muda tersebut seolah tak mampu menolaknya. Winda berusaha melepaskan tangan Johan, namun keinginannya di kalahkan oleh hasratnya yang telah terpicu. Dirasakannya begitu hangat dan cekatan tangan lelaki itu mengirimkan berjuta-juta sengatan birahi disana. Tubuh indahnya mulai menggeliat – geliat dalam dekapan Johan di dera nikmat pada sekujur pori - porinya. Selang sekitar 25 menit kemudian Johan menghentikan perbuatannya.

”Indak usahlah disiko, daerah iko agak angek, acok tajadi parampehan (Jangan disini, daerahnya rawan sering terjadi perampasan)” ujarnya kuatir kemudian.

Winda diam, membenahi pakaiannya mulai dari kaos dan penutup kepalanya, juga membenahi napasnya yang sempat memburu disertai gairahnya yang sempat meninggi. Lagi pula persimpangan arah ke rumahnya telah dekat. Mobil Mitsubishi kuning itu pun kembali bergerak. Winda terdiam selama perjalanan menuju persimpangan rumahnya. Ada penyesalan dalam dirinya saat itu bisa terlibat sejauh itu, namun seakan terhapuskan rasa yang timbul akibat perlakuan lelaki tersebut pada dirinya. Begitu sesampainya Winda di rumahnya sekitar pukul setengah sepuluh malam itu Winda langsung mandi. Ternyata suaminya masih berada di kampus.

Malam itu Winda sempat bersetubuh dengan suaminya Winda heran malam itu ia kurang bergairah seolah hanya terpaksa menjalankan kewajiban saja.

”Alah lamo awak indak bahubuangan diak (sudah lama kita tidak berhubungan dik)” kata suaminya. Winda merasa berhutang pada suaminya karena memang dalam minggu ini mereka belum pernah berhubungan badan. Dengan enggan Windapun menuruti keinginan suaminya. Di ranjang mereka malam itu ditengah kesibukan suaminya mengayuh biduk asmara mereka, tiba-tiba datang sekelebat bayangan berupa sosok Johan .Langsung gairah dan nafsunya mereda. Winda langsung kehilangan gairah di tengah pergumulan mereka, namun demi menjalankan tugasnya sebagai istri, maka Winda berpura-pura menikmati hubungan itu hingga selesai.

Aktifitas Winda kembali seperti biasa hingga ia kembali ke Pasaman, daerah tempat bekerjanya. Dan bekerja seperti biasanya.

Hari itu hari Selasa. Saat ia pulang ke kost-anya. Didapatinya rumah dalam keadaan kosong. Rupanya sang ibu kost beserta suaminya berangkat ke Palembang mengunjungi salah seorang anaknya di sana. Dan praktis hanya Winda yang berada di rumah itu. Johan dan juga tak kelihatan. Besoknya pada hari rabu Johan muncul namun tidak dengan truknya.

”Oto sadang di pelo-an di bengke (truk sedang diperbaiki di bengkel) ” ujarnya Johan menerangkan pada Winda saat menanyakan truknya. Malam itu Johan mengajak Winda.

”Win ..alah makan Win (Win udah makan Win)?”tanya Johan.
”Alun lai da (Belum bang)” sahut Winda.
”Kalua awak makan lah, ado tampek nan rancak untuk makan daerahnyo dingin jo tanang (Ayo kita makan keluar, ada tempat makan yang bagus, daerahnya dingin dan sepi) terang Johan mengajak wanita muda tersebut.
”Ndak baa do da (Boleh bang)” sahut Winda.
"Tapi jan lamo - lamo yo da (Tapi ga lama kan bang)?” sambung Winda kembali.

Lalu Windapun masuk ke kamarnya dan berganti pakaian. Mengenakan kaos panjang lengan berwarna merah muda dan jaket serta bawahan celana panjang berbahan katun hitam kemudian berangkat bersamanya. Kebetulan ada mobil kakaknya yang ditinggal. Sebuah toyota starlet berwarna merah. Mereka berangkat sekitar jam 7 malam itu. Tempat yang mereka tuju terletak agak jauh arah ke Medan tetapi masih di wilayah Lubuk Sikaping sekitar 1 jam perjalanan dari ibukota kabupaten tempat tinggalnya. Saat itu Johan mengenakan kaos oblongnya dan jeans biru

Mereka makan di sebuah warung makan yang terbuat dari anyaman bambu menyerupai saung yang dinding setinggi tertutup setinggi bahu orang dewasa. Mereka makan ikan bakar dan duduk secara lesehan. Winda berada pada sisi kanannya Johan. Memang tempatnya amat romantis, apalagi saung itu lampunya redup dan bunyi jangkrik, meningkahi suasana makan mereka. Mereka makan, berbincang, bercanda dan sesekali saling menyuapi. Setelah makan mereka duduk bersantai.

Mereka mulai saling berciuman, saling berpelukan erat. Winda terlena oleh suasana. Winda rebah di pangkuan pada paha kirinya Johan.

Winda memegang lengan Johan. Wajah mereka saling tatap dalam senyuman. Perlahan Johan membelai wajah wanita muda tersebut. Merabai kehalusan kulitnya. Wajahnya menunduk turun mendekati wajah Winda. Winda merasakan jantungnya berdegup kencang Johan mengecup kepala Winda yang masih tertutup, turun kekeningnya terus ke pipi yang licin dan bergerak naik menjumpai sepasang bibir lembut yang memerah. Di kecupnya perlahan. Winda memejamkan matanya saat bibir berkumis lelaki itu mulai melumat bibir tipisnya. Awalnya Winda hanya diam namun akhirnya Winda mulai menerima dan bereaksi dan ikut arus lumatannya. Ada hawa kuat yang menggiringnya untuk mengikuti alunan gairah yang diberikan Johan.

Lidah mereka telah saling belit dalam kebasahan mulut Winda. Sedangkan tangan kiri Johan telah mulai merayap. Awalnya mengelus leher bagian dalam terus turun masuknya lewat lobang krah ke arah dada dan masuk kebalik bra dan meremasputing bukit padatnya yang membulat dengan perlahan. Rabaan tangan kanan Johan merayap di sepanjang batang paha Winda mengelusnya bergantian paha kiri dan kanan tak terlewatkan meski kedua kaki Winda tetap rapat. Menurun pada bagian dalamnya dan mengelusnya dengan lembut. Lecutan gairah segera meletup dalam diri Winda. Napasnya mulai memburu, tersengal -sengal.

Kurang lebih 1 jam kemudian baru mereka pulang ke rumah. Saat di mobil kejadian itu terjadi lagi pada perjalanan pulang sekitar 5 menit. Mobil starlet merah itu sengaja di hentikan Johan. Didalam mobil itu masih di kursi depan Johan kembali meraba dengan tangan kirinya. wajah dan terus ke dada Winda yang saat itu masih terbungkus kaos panjangnya. Johan pun melumat bibir tipisnya. Winda hanya bisa diam meski lidah Johan dengan leluasa telah mengait – ngait lidahnya dalam mulutnya... agak lama.... sebelah tangan Johan lalu berusaha masuk kedalam celana panjang katun yang Winda kenakan, tangan kiri itu menyelinap masuk dan mulai menyentuh bagian kewanitaannya diluar pakaian dalamnya Winda seperti tersengat... geli. namun Winda menariknya kembali tangan tersebut beraksi beberapa saat.

”Jaan lah da... ,Winda alah punyo laki jo anak (jangan bang Winda udah mempunyai suami dan anak)” ujar Winda lirih.
”Winda malu...”tambah Winda mencoba menahan keinginan Johan saat itu disela –sela napsunya yang telah bangkit hampir membakar dirinya.

Johanpun menurut dan kembali menghidupkan mesin mobil berangkat menuju rumah. Dan begitu sampai mereka langsung masuk rumah. Winda masuk kerumah pavilunnya dan terus masuk ke dalam kamar. Sedangkan Johan pergi lagi, ada urusan katanya. Padahal saat itu Winda sudah sangat terangsang, batinnya menuntut pelepasan dan kalaupun dia datang menemuinya kembali untuk menuntaskan apa yang mereka telah mulai... Winda pun takkan kuasa menolak rasanya. Tetapi tampaknya Johan memang tengah berusaha memancingnya. Paginya Windapun kembali menjalankan aktifitasnya di kantor seperti biasanya

Malamnya, malam Jumat itu mereka kembali makan malam bersama diluar namun tidak di tempat kemaren malam itu. Denag arah yang sama ke arah Medan, tapi berbelok kekanan. Suasana tempatnya seperti umumnya restoran, ada beberapa orang singgah untuk makan. Tempatnya juga tidak begitu ramai. Winda maklum Johan mengajaknya ke luar dari kota itu agar mereka tidak di pergoki oleh temannya ataupun teman sekantornya Winda. mereka hanya makan saja, kemesraan mereka tidak seperti kemaren malam. Malam ini mereka hanya saling berpegangan tangan saja. Dan setelah itu mereka langsung pulang

Malam Jumat itu Winda telah jatuh dalam pelukan dan takluk pada keperkasaan Johan di atas ranjang. Ya.., semalaman mereka berhubungan hingga pagi.

Pagi hari Johan bangun terlebih dahulu, meninggalkan Winda masih terlelap di ranjang yang telah acak-acakan tersebut. Saat Winda bangun ada sedikit rasa sesal di hatinya, selangkangannya terasa sedikit nyilu. Masih tertera dalam benaknya bagaimana perlakuan Johan pada setiap sudut tubuhnya, terutama saat – saat penetrasi yang dramatis. Pagi Jumat itu Winda mandi sebersih – bersihnya, berusaha agar jejak - jejak di tubuhnya hilang. Ya…, Winda kuatir jika jejak – jejak itu akan terlihat. Jejaknya mungkin bisa hilang, tapi nikmatnya tidak akan pernah hilang, juga sprei tempat tidurnya direndamnya juga..

Winda masuk kantor pagi Jumat itu seperti biasanya. Dari kantor Winda menelepon ke Padang memberi tahu suaminya bahwa ia tidak bisa pulang, ada urusan kantor yang harus di bereskan, demikian alasannya. Winda berbohong, berusaha untuk mendapatkan tengat waktu yang cukup untuk menghilangkan jejak memerah di tubuhnya dan mencari penyelamatan diri dari perselingkuhan yang tidak dihendakinya itu

Di kantor seperti biasa, Winda menyelesaikan dengan baik seluruh pekerjaannya hingga sekitar jam setengah 5 sore Jumat itu. Segera ia pulang. Sesampai di rumah wanita berkulit putih itu langsung menuju kamar mandi, mencuci pakaian dan sprei yang telah ia rendam pagi itu. Dan setelahnya langsung mandi. Winda saat itu mengenakan kaos bertangan panjang, dan celana panjang santai berwarna hijau muda berikut penutup kepala seperti biasa, Terlihat segar dan cantik ia sore itu.

Kembali di dalam rumah paviliunnya itu Winda berkutat di dapur memasak untuk dirinya sendiri. Lalu membereskan kamarnya, merapikan semua yang dianggapnya tidak pada tempatnya.

Senja itu sekitar pukul 6 sore. Itu Johan datang. Tanpa bicara sepatahpun langsung ia menuju rumah induk dan terdengar mandi. Mengenakan kemeja panjang, sesaat kemudian Johan mendatangi wanita muda yang tengah duduk di ruang tamu pavilion kamarnya itu. Sambil berdiri di pintu ia bertanya pada Winda

“Winda , indak pulang ka Padang (Winda, pulang ke Padang ‘gak)”?.
“Ma bisa Winda pulang... (mana bisa Winda pulang)..“, sambil berdiri di pintu paviliun Winda sewot menjawab.
“Winda alun siap ka Padang, takuik pado kasalahan malam kapatang (Winda belum siap ke Padang masih takut pada kesalahan yang terjadi malam kemaren)” tambah wanita bertubuh sintal itu...
“Di badan ko panuah jajak pa-buek-an uda.. (di tubuh ini penuh jejak perbuatan abang)”
“Apolai jikok uda Winda mintak jatah, bisa kiamat beko (apalagi jika suami Winda minta, jatah bisa kiamat)” ujar wanita muda tersebut menerangkan.

Johan hanya tersenyum dan duduk di sebelah kanan Winda. Lalu ia berkata.

“Uda ka pai ka Medan malam ‘ko (Abang mau pergi ke Medan malam itu)”.
“ Untuk 3 hari se nyo (untuk 3 hari)” tambahnya. Kemudian dia meraih jemari wanita muda tersebut.
“ Uda sayang bana ka Winda (abang sangat menyayangi Winda)” Winda diam saja, merasa percuma untuk menolak karena sudah tidak ada lagi yang perlu ia pertahankan, sebab hubungan yang tercipta diantara mereka sudah tak ada batas lagi sejak malam Jumat yang bergelora kemaren.

Johan berjalan menghampiri Winda yang duduk dengan tangan masih berada di pangkuannya, memandang mata memandang kedepan, menerawangnya. Mengajaknya agar duduk di sebelah kirinya. Lebih dekat pada sofa di ruangan itu. Kedua tangan Johan berada berada pada bahu kiri Winda, perlahan lelaki itu mendekatkan wajahnya, dan mulai mengecup. Bibir berkumisnya berlabuh pada kening wanita bertubuh sintal itu… Winda diam membiarkan saja, bibir berkumis tersebut meluncur turun di sepanjang pipi halusnya sambil tak henti mengecup pipi sebelah kiri tersebut, dari dahinya menuju dagu yang lancip, naik keatas menemukan kedua bibir lembut wanita muda dan langsung melumat

Beberapa saat Winda membiarkan dan menerima saja perlakuan Johan pada bibirnya itu. Lelaki gagah itu kini menjulurkan lidahnya, menyelusuri permukaan lembut bibir Winda mili demi mili, mendesak kedua bibir tersebut agar memberikan jalan, meyelusuri setiap permukaan gusi dengan lembut dan perlahan. Kedua bibir wanita muda tersebut membuka dengan perlahan, iapun terus mengulum rongga mulutnya beberapa saat hingga Winda tergerak membalasnya…, mulai menghisap.. dan kedua tangannya dengan nakal menjamah dada Winda yang saat itu masih berpakaian lengkap. Winda menengadahkan kepalanya menyambut dengan sukacita. Tubuhnya mulai bersandar ke bahu lelaki tersebut. Winda mengikuti saja... tindakannya tubuhnya mengeliat-geliat dalam geli yang memabukkan.

Lalu diapun melepaskan pagutan pada bibirnya. Johan berdiri melangkah ke arah pintu, menutupnya dan kembali kearah wanita muda tersebut. Ditariknya tangan kanan Winda untuk masuk kamarnya. Dalam cahaya lampu yang terang Winda tak sedikitpun berusaha menolak. Merebahkan Winda di ranjang biru muda dalam kamarnya, terlentang…, lalu melepaskan busana Winda termasuk pakaian dalamnya yang berwarna putih, juga pakaian yang dikenakannya termasuk pakaian dalam biru tuanya yang membungkus pertemuan pahanya. dengan cepat tergesa – gesa sekali.., melemparkan semuanya di lantai. Winda hanya memandang dengan nafas yang mulai tak teratur. Ada ketakutan dan keinginan kuat yang bercampur Winda tau Johan ingin melakukannya lagi seperti juga keinginannya juga. Masih terpatri kuat dalam benaknya kejadian malam sebelumnya yang sangat melenakannya.... Winda terlentang pasrah, tubuh Johan mulai menindih, dan kedua kaki wanita muda itu di bukanya. Winda yang tengah memeluk bahu lelaki itu, tak sadari saat ia telah memasukkan kejantanannya pada kewanitaan Winda. Hanya rasa nyilu terbit dari pertemuan pahanya, tubuhnya terlonjak kekiri dan kekanan. Lelaki itu bergerak perlahan, menghunjamkan pinggulnya pada pertemuan kedua paha Winda yang kedua kakinya terbuka lebar.., dengan tempo yang teratur. Pinggul wanita muda itu menyentak keatas, menyambutnya, menjemput hunjaman batang kokoh tersebut… hingga akhirnya Johan menghunjam dengan kuat, mendesakkan kejantanannya se dalam-dalamnya, menggeram…, dan mencapai klimaks. Melepaskan semuanya didalam tubuh wanita muda itu. Lalu tubuhnya jatuh masih diatas tubuh wanita berkulit putih tersebut... Padahal Winda belum apa - apa. Setelah ia sampai klimaks iapun berdiri mengenakan pakaiannya kembali, menjauh darinya masih dalam kamar tersebut.

“ Uda ka pai ka Medan, jadi tadi itu adolah raso nan ‘ndak uda sampaikan ka Winda (Abang akan ke Medan jadi tadi itu adalah rasa yang ingin abang sampaikan pada Winda)”, ucap Johan.
“ Uda minta maaf, uda tau Winda alun apo – apo, lain wakatu uda ‘ndak mamuehkan diek Winda (abang minta maaf, abang tau Winda belum apa- apa, lain kali abang akan memuaskan dik Win)”, tambah lelaki berkulit gelap tersebut. Winda merasa aneh, Johan malah minta maaf karena persetubuhan itu hanya memuaskan satu pihak saja. Johan minta izin berangkat malam itu kira - kira jam 9 malam. Malam itu Winda tinggal sendiri di kamarnya, ada rasa kecewa karena Winda merasa hanya jadi sarana pelampiasan nafsu Johan saja.

Dan Sabtu itu Winda tetap di rumah saja, karena Johan ke Medan selama 3 hari. Merapikan rumah, dan membereskan pakaian untuk bekerjanya Senin nanti. Jam 10 pagi suaminya telpon. bahwa dia dan anaknya akan ke Bukittinggi hari Sabtu itu sekalian singgah di tempatnya. Suaminya datang sekitar jam 3 sore dengan mobil mereka di tempatnya bersama anaknya berikut mertua Winda. Seharian itu Winda asyik dengan anak dan suaminya... jalan - jalan di daerah itu. Tak sedikitpun ada kesempatan atau waktu bagi wanita muda tersebut dan suaminya untuk dapat sedikit bermesraan dan berhubungan layaknya suami istri. Minggu sore sekitar jam jam 5 sore suaminya pulang ke Padang. Windapun kembali larut dengan rutinitasnya..

Saat itu Winda baru pulang dari kantor sekitar jam 5 sore. Masih sendirian dia karena kakaknya Johan masih belum pulang Winda pun mandi membersihkan badannya, karena capai seharian kerja. Selasa malam itu Johan pulang. Dia pun langsung ke rumah dan mandi. Saat itu Winda mengenakan kimono tidur berikut penutup kepala seperti biasa dan celana panjang bermotif bunga. Mengenakan pakai celana pendek dan hanya kaos kutang Johan lalu menemui Winda di kamarnya dan minta Winda menemaninya makan, di dalam rumah kakaknya sebab saat itu ia membawa oleh - oleh makanan yang ia beli di jalan. Winda yang merasakan lapar akhirnya mau menemaninya makan senja itu.

“ Win, uda bali nasi jo gulai kambiang di tampek langganan, lamak mah, kawani uda makan yo (Win, abang, beli nasi dengan gulai kambing di tempat langganan, ini enak Win, kawani abang makan ya)?”,kata Johan. Winda menurut saja dan menyajikan makanan itu untuk mereka makan malam itu. Setelah makan Winda merasakan makanan amat kentara ‘panas’nya ‘maklum gulai kambing’ pikirnya tubuhnya memanas peluhnya keluar .hingga keningnya basah, Johan juga begitu.

Setelah makan saat itu mereka duduk berhadapan, masih di dalam rumah itu. Winda menceritakan tentang kedatangan suaminya hari Sabtu itu kepada Johan. Johan hanya tersenyum simpul dan tidak sedikitpun merasa iri atau cemburu mendengar penuturan wanita muda berkulit putih itu. Kemudian ia berdiri dan meraih tangan kanan Winda dan menariknya kearah kamarnya. Winda agak keberatan, berusaha melepaskan tangannya karena tak terbiasa…

“ Ado apo kok Winda di bao ka siko da (ada apa kok Winda di bawa kesini)?, tanya Winda jengah.
“ Ado sasuatu untuak Winda (ada sesuatu buat Winda)” jawabnya...

Winda dengan sedikit menahan diri melangkah ke kamar yang terletak di sebelah kiri terpisah dari rumah induk berlantai kayu itu dengan bergandengan tangan. Winda dimintanya duduk di tepian kasur spring bed dalam kamar itu, kakinya menjuntai. Winda duduk saja mengikuti permintaannya karena Johan memohon dengan amat sangat, tak terbersit sedikitpun akan hal- hal yang dapat terjadi pada benak wanita cantik tersebut, menurut saja. Springbednya 1 lapis saja sudah lusuh dan jarang dicuci sepertinya. Juga bau rokok dan minuman terbersit pada hidung wanita bertubuh sintal itu. Winda memaklumi kamarnya yang agak jorok dan di sana sini banyak puntung rokok dan botol - botol minuman..

Kemudian Johan memgeluarkan sesuatu dari dalam laci meja di kamarnya berbentuk kotak berwarna hitam. Rupanya ia baru saja membeli sebuah kalung berwarna seperti emas putih. Winda merasa tersanjung atas sikapnya itu dan merasa terpuji..

“Iko hadiah (ini hadiah)” katanya.
“ Uda mintak Winda mamakainyo kini juo (Abang minta Winda mau memakainya sekarang juga)” pintanya. Winda berusaha menolak
“Indak usahlah da…malu...” katanya dengan tersipu-sipu. dan merasa tidak ingin memakainya namun Johan yang saat itu berdiri di depannya terus memaksa. Akhirnya dengan terpaksa, Winda membiarkan lelaki itu bergerak kebelakang untuk melepaskan kalung itu yang tengah dipakainya. Winda menurut membiarkan, malah membantunya. Johan melepas penutup kepala Winda yang kemudian di letakkannya dia atas ranjang, serta melepas kalung yang selama itu membelit di lehernya. kemudian memberikan kalung yang selama ini Winda kenakan ketangan Winda, dan memasangkannya kalung berwarna putih itu pada leher mulusnya dari arah belakang, dan mulai saat itu Winda memakai kalung pemberian Johan.

Setelah kalung putih tersebut terpakai, Johan mulai menciumi dan mengelus tengkuk sebelah kanannya. Tangan satunya merangkul pinggang Winda dari belakang. Winda merinding, kepalanya menunduk karena geli, Winda berusaha menolakkan kepala Johan dengan tangan kanannya namun Johan terus saja menciumi tengkuknya, Winda kegelian… dan Johan tak juga berhenti, sedangkan tangan kirinya sudah tidak berada di bahunya lagi, bergerak melalui ketiak ke depan, pada bukit padat yang membusung di dada Winda.

“Uhhh…..”Winda mengeluh merasakan gairahnya kembali terbit, lalu jemari kedua tangannya, memilin bukit padat yang membusung di dada Winda yang saat itu masih terbalut kimono dan pakaian dalamnya. Winda lalu berusaha melepas tangan Johan yang berada di dadanya, namun tidak bisa karena tenaganya lelaki tersebut kuat tak tergoyahkan…! Hingga kancing kimono itu akhirnya dilepaskan Johan. Winda diam saja hingga pakaian tersebut jatuh ke lantai. Membaringkan tubuh sintal yang terbuka pada bagian depannya hingga pinggang itu di atas ranjang. Hanya dua buah cup berwarna hijau muda polos, berukuran 34b yang masih menutupi bukit padat yang membusung indah di dada pemiliknya.

Perlahan Johan menciumi belahan dada yamg memutih mulus itu, mata Winda memicing menikmati rasa geli yang timbul.

“Ahh……..”rintih wanita muda tersebut tak henti-hentinya. Hingga akhirnya penutup dada Winda lepas dan membebaskan bukit padat di dada wanita muda itu bersentuhan dengan udara bebas. Johan membalikkan tubuh Winda menyamping, hingga mereka berhadapan. Tangannya meraih kebelakang, pengait penutup dada Winda dilepaskan berikut kimononya. Tak sedikitpun wanita muda tersebut berusaha melarang atau menolak, karena dirinyapun telah tak punya lagi yang harus dipertahankan. Saat itu pakaian atasnya sudah lepas, tubuh mulus memutih tersebut telanjang hingga pinggang. Pikirannya kosong… Hanya tinggal celana panjang yang masih pada tempatnya. Kembali Johan membalikkan tubuh mulus itu menelentang, mulai berusaha menarik celana tersebut. Winda membiarkan saja menatap sendu pada wajah lelaki gagah tersebut. malah membantu mempermudah dengan mengangkat pinggul hingga pakaian dalam yang berukuran medium dan berwarna putih polos yang merupakan lembaran kain terakhirnyapun hingga meluncur turun pada kedua tungkai mulusnya dan lepas dilantai. Winda telanjang dan terkulai pasrah didera nafsunya yang mulai bergelora.

Johanpun berdiri, melepas semua kain yang melekat di tubuhnya, dalam tatapan pasrah Winda yang terlentang… telanjang. Lalu rebah di samping kiri nya. Winda pun mulai menginginkannya, mungkin karena pengaruh makanan tadi membuat tubuhnya seakan amat panas bergairah. Johan bergerak ia terus membelai dari dada hingga pusat kewanitaannya. Jari tangan kanannya masuk ke dalam lepitan kewanitaan yang basah…,!!! dibantu oleh kedua kaki Winda yang membuka memberikan jalan... Winda hanya bisa menatap mata Johan.., menggeliat bak cacing kepanasan dan merintih…

“Ohh………”. Lalu Johan berdiri dalam tatapan Winda pada punggungnya dia dan mengambil sebuah botol berwarna hitam yang terletak di atas lemarinya. dan kembali duduk di samping kiri wanita muda yang telah telanjang tersebut. Menuangkan isinya yang berwarna merah, keatas perutnya hingga dada dan lehernya amat wangi. Lalu ia menjilat cairan itu yang sudah tumpah di atas kulit perut dan noktah pusarnya hingga leher, ada rasa geli dingin dan gairah yang Winda rasakan dalam sinar lampu kamar yang saat itu terang benderang. Ia menjilatnya hingga tandas, lalu kepala Johan turun, meluncur kearah kewanitaannya, tubuhnya kembali berada di lantai, dengan kedua tangan tak henti-hentinya menggeluti bukit padat pada dada wanita bertubuh sintal tersebut.. Spontan kedua kaki Winda membuka, dirinya terangsang hebat…..

Saat dirinya yang diam menikmati, Johanpun membuka kewanitaan Winda dengan jemari tangan kanannya, lalu menjilatnya dengan lidahnya yang terasa kasar. Wanita bertubuh mulus itu hanya bisa menggeliat dan merintih-rintih. Winda memiringkan tubuh karena nikmat dan geli yang dirasakan bersamaan. menarik kepala lelaki itu. Dengan intens lidah Johan.... terus bermain di liang kewanitaan wanita bertubuh sintal tersebut, memggelitiki bagian lembut yang memerah muda dan telah badah itu. Tampaknya ia amat ingin menyempurnakan dan menuntaskan gairah yang makin membulak-bulak yang melanda tubuh sintal itu.., beberapa saat kemudian Winda... orgasme...!!! Tubuhnya mengejang.., pinggulnya menelikung keatas sambil merintih dengan keras. Saat itu Winda hanya bisa memicingkan mata… kejang,.. dan merintih.. , semua cairan kewanitaan miliknya dihisap Johan...!!!

Johan bangkit .lalu ia memandang wanita sintal yang terbaring bersimbah keringat. Tangannya yang berbulu kekar membuka kedua kaki Winda yang mulai merapat kembali, lalu meraih tangan kanan Winda dengan tangan kanannya, tiba-tiba saja Winda merasakan.. menyentuh dan memegang.. sebuah tonggak yang kuat. Dirinya kaget, rupanya Johan menarik tangan wanita muda itu agar memegang batang kejantanannya yang kokoh. Winda takjub karena ukurannya yang luarbiasa.. Karena agak takut dilepaskannya kembali. Namun Johan dengan cepat menarik tangan wanita berkulit putih itu agar kembali memegangnya. Winda menggenggamnya sambil memandang ke wajah lelaki yang terbaring di sampingnya dengan rasa kuatir takut akan menyakitinya.., beberapa saat kemudian Winda melepaskannya kembali…

Lalu Johan merangkak di atas tubuhnya yang telah lemas dan telentang. Kedua kaki wanita muda di di bukanya dan ia berjongkok memposisikan kejantanannya dengan tangan kanannya tepat pada lepitan basahnya. Menggesek-gesekkannya seperti kebiasaannya, Windapun turut bergerak, menggeser pinggulnya agar ujung membola batang kokoh itu tepat pada lepitan kewanitaannya. Winda memicingkan mata yang ada hanya perasaan geli dan ingin cepat - cepat di masuki saja… Lalu batang kaku itu masuk pelan pelan dengan lancar, awalnya geli, basah dan sebentuk benda hidup masuk.., sudah tidak sakit lagi…!!!

“Uhh….”rintih Winda. Tubuh Winda terlonjak saat langsung mentok..! Kedua kakinya tetap terbuka. Kembali seluruh tubuh wanita itu di eksplorasi Johan dengan tangannya hingga Winda merasa sangat amat bergairah. Sedang kedua tangan wanita muda bertubuh sintal itu di bukanya dan jari merekapun saling mengenggam .di samping bahu telanjang wanita muda itu. Lidahnya menggigit dan menjilati bukit padat berikut puncaknya di dada wanita berkulit putih tersebut perlahan. Bergantian sebelah kiri dan kanan . Lalu... lelaki itu bergerak menarik pinggulnya perlahan, sehingga lepitan kewanitan Winda seperti tertarik keluar dan sebaliknya saat batang kokoh tersebut menusuk ke dalam. Kepala wanita muda terlempar ke kiri dan ke kanan saking nikmatnya rasa yang menderanya. Pinggul padatnya bergerak menyambut dengan memutar di bawah karena terangsang hebat aliran strum birahi dan sesekali menyentak keatas ke bawah pada setiap hujamannya.

“Ahh……..”klimaks kembali menghampiri wanita muda tersebut. Ada rasa seperti tersengat listrik..., tubuhnya melengkung keatas dan kedua kakinya menjepit pinggangnya di belakang. Seluruh tubuhnya mengeletar dengan pinggul yang bergerak liar. Winda ingin ia berlama lama dan tak cepat klimaks. Kewanitaannya ber denyut-denyut seolah menjepit merapat dengan kuat. Membuat Johan amat bernafsu sekali dan bergerak makin cepat. Saat itu yang membuat Winda merasa takjup saat Johan memompa itu amatlah kuat, iramanya perlahan dengan batang kejantanannya yang kokoh tak henti menghunjam dan hingga beberapa kali dan kira - kira 15 menit kemudian itu Johan semakin cepat dan menumpahkan spermanya sambil menggeram Ada rasa hangat tumpah dalam kewanitaannya.., di rahimnya.

Johanpun mendiamkan kejantanannya di dalam beberapa saat Lalu menggelosoh kesamping.. Kepuasan terpancar pada wajah wanita muda tersebut. Semburat memerah terbit pada wajahnya. Berpelukan mereka terbaring dia tas ranjang yang telah basah dan acak-acakan tersebut. Winda terpejam dan merasa hangat pada kewanitaannya. Winda puas…

Kemudian Johan berdiri dan melangkah masuk kekamar mandi. Winda hanya memandang, terlentang dan telanjang dengan kaki masih terbuka, yang ada dalam pikiran saat itu hanya rasa lepas, puas dan tubuh capai, kehabisan tenaga dan daya.

Rupanya ia baru saja mandi, saat Winda melihatnya keluar dari kamar mandi dengan berlilitkan handuk pada pinggangnya. Johanpun lantas meminta Winda untuk membersihkan diri di kamar mandi itu. Windapun menurut dan beranjak ke kamar mandi, telanjang…

Dalam kamar mandi itu Winda mengguyur tubuhnya dengan air dingin, segar sekali rasanya. Sewaktu menyabuni tak sedikitpun terbayangkan perlakuan Johan sebelumnya pada bagian - bagian tubuh mulusnya, yang penting tubuhnya bersih dan tidak ada keringat ataupun sisa bau tubuh Johan.

Lalu Winda melongok ke luar kamar mandi Winda meminta handuk untuk menutupi tubuh telanjangnya yang telah segar. Johan mendekat memberikan handuk yang ia pakai, untuk menutupi dan mengeringkan tubuh wanita muda yang basah setelah mandi. Winda melangkah keluar dari kamar mandi dengan menakai handuk yang berwarna biru muda, agak kotor dan bau, mungkin jarang di cuci, namun Winda tidak mempunyai pilihan.

Di kamar Winda pun kembali mencari cari untuk mengenakan pakaian dalamnya namun tidak ada dan Winda bertanya. Akhirnya carik segitiga itu dapat di temukan Johan tergeletak di sudut ranjang-nya. Winda tidak sadar bahwa benda kecil itu tadinya terlempar oleh perbuatan mereka berdua. Johan berdiri mendekati di depan Winda. Winda berusaha merebut kain segitiga penutup pertemuan pahanya dari tangan Johan. Sambil bercanda Johan melemparkan benda itu ke atas ranjang. Winda bergerak cepat meraihnya, hampir dapat namun tak di duganya handuk yang melilit tubuh sintalnya terlepas dari tubuhnya.

“Aw… ah.. ah.. uda (aw… ah.. ah.. abang)”, Winda menjerit manja. Winda kembali telanjang, berusaha menutup pertemuan pahanya dengan tangannya. Johan yang telah mengenakan celana dalam itu kembali memeluknya. Winda langsung terjerembab jatuh ke atas ranjang itu diikuti tubuh lelaki dan langsung ditindih oleh tubuh besarnya yang masih lembab sehabis mandi.

Johan berusaha menciumi bibir wanita menggairahkan tersebut. Winda yang gelagapan tak menduganya menerima perlakuannya itu sehingga mereka saling kulum. Saat itu Winda pun tidak mau kalah, membalas setiap hisapan lidah Johan Sementara kedua tangan berada di samping kepala Winda, sedangkan naluriah tangan Winda mendekap bahunya. Di bawah, Winda hanya bisa membalas perlakuan bibir dan lidah Johan, meskipun kedua kakinya telah membuka, menempatkan tubuh Johan diantaranya.

Tangan kirinya lalu meraih bukit padat membulat di dada Winda dan meremasnya, bibir berkumis lelaki itupun ikut andil dengan memberi gigitan kecil pada bukit padat yang membusung pada bagian kanan sehingga Winda mulai bernafsu lagi dan mengikuti tindakan Lelaki itu serta dan membalasnya.. Tangan kiri Johan lalu menyelusuri perut turun kearah bawah pusar menemukan gundukan hangat kewanitaan Winda, dan jarinya masuk kedalam..!! Winda semakin tidak karuan, Winda sudah mulai basah, gejolak tubuhnya sudah menegang, mendesah…

Sementara tangannya masih meremas kedua bukit membusung di dada Winda yang puncaknya semakin menjulang, tubuh Johan turun, membuat rasa basahnya semakin menjadi - jadi saat kepala Johan ikut turun, menjilat seluruh isi kewanitaannya. Winda tentu saja menjepit kepalanya karena rasa geli.., gairah.., dan rasa yang seakan meledak di dalam tubuhnya sementara kedua tangannya berada pada kepala lelaki tersebut, menarik dan menjambak rambutnya..!! Winda mendengus,

“Mnnnh ah mm ugh… mm”, Winda mulai merasakan ada aliran basah mengalir dari dalam kewanitaannya.

Kemudian Johan bangkit dan berdiri, memposisikan tubuhnya sejajar diatas tubuh indah wanita muda tersebut. Tubuhmya telah telanjang juga . Rupanya saat melakukan rangsangan pada Winda, Johan juga melucuti pakaian dalamnya sendiri. Dengan kedua tangannya diraihnya kedua kaki wanita muda itu dan membukanya, sementara Winda hanya bisa memegang dengan erat kain sprei... Johan mengarahkan batang kokoh kejantanannya, bersiap memasuki tubuh wanita muda yang telah terkangkang pasrah itu. Winda tak berani memandang ke bawah dan hanya menatap ke samping karena agak malu, kuatir dan jengah... Perlahan Winda merasakan sebentuk batang yang kokoh tengah memasuki tubuhnya di bawah. Wanita muda itu menggigit bibir bawahnya karena dirasakannya masih terasa seret dan nyilu. Tak dapat lagi ia hentikan karena telah mulai masuk.., rasanya panas dan kaku..! Lelaki itu bergerak memajukan pinggulnya, mendorong batang tegangnya hingga masuk semuanya..

“Ou... uhh..” erang Winda saat batang tegang yang kaku itu amblas terbenam…, tubuhnya menggial… matanya memicing... dengan tangan mencengkeram sprei. Winda tau keseluruhan batang tegang Johan telah terbenam amblas dalam kewanitannya saat terasa selangkangan lelaki itu saat berbenturan dengan pertemuan kedua paha Winda. Johan diam beberapa saat. Perlahan ditariknya kembali. Terasa lepitan kewanitannya tertarik kembali. Saat Winda mulai merasakan nyaman pada kewanitaannya dengan batang tegang itu didalamnya. Winda mendesah keras,

“Ouhh……” Baru beberapa senti kira-kira seperempat bagian yang keluar Johan mendorong pinggulnya lagi, sangat perlahan..! hingga mentok, rasanya hangat, masih ada sedikit rasa tebal dan nyilu…!!

Johan menarik kembali lagi beberapa saat hingga berulang- ulang, Gerakan Johan semakin cepat,

“Uu…auuu… ugh.. ugh…” Winda mendesah dengan cepat. Meski tanpa ada gerakan berarti dari tubuh wanita muda bertubuh indah itu karena sudah merasa capai dan otot pinggulnya serasa kaku, ia sangat menikmati persetubuhan ini. Winda menjadi agak malu karena saat Johan bergerak memacu pinggulnya itu terdengar ada kecipak bunyi - bunyian pada pertemuan kedua selangkangan mereka yang telah basah oleh keringat. Hingga sekarang Winda masih merasa malu pada dirinya sendiri apabila mengingat itu.

Beberapa saat kemudian Winda mengerang keras dengan serak, matanya terpejam dan meledak…, tubuhnya menegang kejang.., melentingkan punggungnya keatas bak ulat tertusuk duri, menjepit ketat pinggul Johan dengan kedua kakinya yang saling berkait di belakang Bagian dalam kewanitannya kembali berkedut-kedut. Jiwanya serasa ringan, terbang melayang… lalu terkulai.. capai..

“Oh… ahhhhhh… addduhh… ‘duhh”

Johan masih terus bergerak, menghujamkan batang tegangnya pada kelembutan basah kewanitaan Winda tak berhenti… malah semakin cepat..!!! Winda sudah sangat lemah saat itu, hanya terlentang, terkangkang pasrah. Kedua tangannya tergolek tidak berdaya memegang apapun. Hanya suara kecipak pertemuan kelamin mereka saja dan nafas Johan yang memburu riuh terdengar dalam ruangan itu. Tidak lama kemudian Johan dengan cepat menyusul. Seraya menggeram ia menyentakan pinggulnya ke bawah dengan kuat membuat pinggul wanita muda itu terbenam dalam kelembutan ranjang, menyemburkan cairan kental yang hangat miliknya di dalam kewanitaan Winda. Dan iapun rebah lagi diatas tubuh wanita bertubuh sintal itu beberapa saat, lalu menggelosoh ke samping Winda..

Jam 2 malam itu juga Winda meminta di antar kembali ke kamarnya namun Johan memaksanya tidur di situ.

“Da… Winda.. ka kamar malam iko yo (bang Winda..kekamar malam ini ya..),
“Beko Uni uda pulang baa pulo? Bisa gawat da (nanti kakak abang pulang gimana? bisa gawat bang..)”.kata Winda tetap ngotot. Winda takut jika tiba-tiba kakaknya pulang sedangkan Winda berada di dalam kamar adiknya.
“ Kan Winda masiah latiah, disiko sajo lah. Uni pulangnyo indak mungkin malam ‘ko (kan Winda masih letih, disini sajalah, kakakku pulangnya ‘gak mungkin malam ini koq)”, sahut Johan.
“Winda indak namuah lalok disiko, kalau di caliak urang lain tantang awak apo pulo katonyo beko (Winda tidak mau tidur disini, nanti jika dilihat orang lain tentang kita bagaimana)?”, kata Winda menerangkan.

Dengan berat hati dan malas-malasan Winda melangkah diantar Johan ke kamarnya, meski tidak terlalu jauh. Dan untungnya jalan menuju kamarnya lampunya tidak ada sehingga tidak akan ada orang yang tau. Saat sampai di pintu paviliunnyanya. Winda masuk tetapi dengan nakal tangan Johan masih sempat meraih dada membusung Winda yang langsung menepisnya. Saking lelahnya Winda tidak teliti sehingga penutup segitiga pakaian dalamnya masih tertinggal di kamar Johan. Winda berbisik pada Johan,

“Da, sarawa Winda lupo..., (bang pakaian dalam Winda lupa di pakai)”dengan tersenyum Johan berkata,
“Bisuak lah uda anta-an, maleh bulak baliak (besok abang antarkan, malas bolak balik). Begitu tau Winda tidak mengenakan pakaian dalamnya, tangan Johan lansung meraih ke bawah, berusaha meraba kewanitaannya yang tertutup pakaian tidur.
“ Malu ‘da, iko kan dilua (malu ini kan diluar bang..)”, kata Winda

Winda kemudian mencuci muka dan berbaring. Langsung ia tertidur karena kelelahan yang amat sangat akibat persetubuhan tadi. Dan esok nya kembali bekerja seperti biasa. Winda juga sudah lupa pakaian dalamnya yang tertinggal di kamar Johan. Setelah dia mengatakan akan menyimpannya di tempat yang aman. Winda tidak kuatir lagi…


Nama saya Della, saya adalah seorang karyawati di salah satu perusahaan swasta di Jakarta, usia saya 27 tahun, teman teman saya bilang saya cantik, memang kulit saya putih dengan tubuh yang sintal dan buah dada yang lumayan besar, rambut lurus panjang sebahu dan saya mempunyai darah belanda, tapi saya tidak peduli dengan kecantikan yang saya punyai, karena saya lahir dari keluarga yang sangat menjunjung tinggi nilai nilai agama, makanya sampai saat ini saya belum pernah sekalipun berhubungan badan dengan siapapun, termasuk dengan pacar saya sendiri, saya mempunyai 2 orang sahabat yang sangat setia.

Yang pertama, Karina, dia yang paling muda di antara kita, umurnya baru 20 tahun, asalnya dari menado. Perangainya agak tomboy, dia cantik walaupun kulitnya agak sedikit gelap tapi dia mempunyai tubuh yang lumayan sexy.

Sahabatku yang ke dua, Gadis, Menado tulen juga, umurnya sekitar 22 tahun, dia yang paling cantik di antara kita bertiga, kulitnya putih dan bersih wajahnya imut dan kekanak kanakan. Tapi dia sangat benci kalau dianggap masih anak anak, makanya dia memotong rambutnya sampai sebatas leher, supaya wajahnya terlihat lebih dewasa, tapi, dengan rambut pendeknya itu, leher jenjangnya malah terlihat dengan jelas, menurutku dia lebih terlihat menarik dengan rambut panjangnya. Tubuhnya sangat sexy dengan tinggi sekitar 168 dan berat 55 kg, tangannya putih mulus dan di tumbuhi dengan bulu bulu halus, kakinya panjang dan jenjang, apalagi jika dia sedang mengenakan pakaian yang minim dan rok pendek, dia selalu membuat banyak cowok melirik dengan penuh nafsu ke arahnya, walaupun payudaranya agak sedikit kecil, tapi dia memang yang paling cantik di antara kita bertiga.

Singkat cerita kami bertiga berencana berlibur ke luar kota untuk melepas stress di kota karena selalu berkutat dengan kesibukan kami masing-masing, kami berencana untuk menikmati suasana pantai di Anyer, dengan pertimbangan kami tidak perlu repot-repot menyewa villa di anyer, karena Gadis mempunyai villa di sana dan kebetulan Tantenya juga akan berlibur ke sana bersama dengan saudara suaminya.

Berangkatlah kami pada hari yang telah kami tetapkan bersama dengan menumpang opel blazer ku, tiga jam kami menempuh perjalanan Jakarta-Anyer, setelah lelah di perjalanan akhirnya sampailah kami di villa milik Gadis yang Gadis sendiri hampir lupa tempatnya, rupanya Tante Linda, Tantenya Gadis bersama saudaranya sudah menunggu kedatangan kami.

Tante Linda saat itu sedang menggunakan pakaian santai, dengan atasan kaos oblong di padu dengan rok pantai yang belahannya sampai sebatas paha. Kulit Tante Linda sangat putih dan mulus sama seperti Aku dan Gadis, hanya saja postur tubuh Tante Linda lebih tinggi, wajahnya sangat cantik, hampir menyamai kecantikan yang di miliki Gadis.

“Hai, maaf telat habis tadi sempat nyasar” jawabku sekenanya menyambung pembicaraan mereka, setelah ngobrol cukup lama, kami pun mulai membuat acara untuk liburan kami di anyer ini, saya kebagian jatah belanja bahan bahan makanan bersama dengan saudaranya Gadis.

Namanya Prita, usianya sama dengan Gadis, bertubuh sintal dan padat, tapi menurutku lebih cocok kalau di katakan montok. Kulitnya kuning langsat dan wajahnya manis dengan rambut lurus sebatas bahu, sekilas aku melirik ka arah dadanya, payudaranya terhitung besar untuk gadis seusia dia mungkin sekitar 36 b, sedikit lebih besar dari buah dadaku.

Setelah berbagi tugas dan berganti pakaian aku dan Prita berangkat ke pasar terdekat untuk belanja barang-barang yang diperlukan dan semuanya harus lengkap karena saya tidak mau bolak balik ke pasar hanya karena ada barang yang kelupaan di beli. Saat itu saya hanya mengenakan pakaian santai berupa rok biru sebatas paha dan kaos blong tipis, Prita malah tampil lebih berani dengan hanya memakai rok tipis pendek dengan t’shirt u can see merah. Dia terlihat sangat cantik dengan pakaian seperti itu.

Waktu sudah menunjukan pukul lima saat tiba-tiba opel blazer yang ku kemudikan oleng dan hampir menabrak pembatas jalan, untungnya aku sigap menginjak pedal rem dan dengan perlahan kupinggirkan mobilku ke tepi jalan.

“Kenapa Kak” seru Prita agak panik.

Aku bergegas turun dari mobil, ternyata ban depan sebelah kiri kukempes, aku sempat panik karena aku bingung bagaimana caranya mengganti ban itu dengan hanya mengandalkan tenaga dua orang perempuan. Pada saat itu tiba-tiba muncul dua orang laki-laki, menawarkan bantuan untuk mengganti ban mobilku. Aku tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran dua orang itu karena hari sudah menjelang sore. Selesai ban mobilku di ganti oleh mereka aku mengucapkan terima kasih seraya berjalan ke arah pintu depan mobilku untuk mengambil uang sebagai tanda terima kasih, saat tiba-tiba aku merasakan ada tangan kasar yang memeluk tubuhku dan membekap mulutku, aku kaget dan berusaha berontak tapi kurasakan tubuhku tiba-tiba lemas dan mataku berkunang kunang. Akhirnya aku tak sadarkan diri.

Aku kaget bukan kepalang saat aku siuman dengan mata yang masih berkunang kunang kulihat puting buah dadaku sebelah kiri sedang di kulum dengan buas oleh salah satu orang yang menolongku tadi sementara buah dadaku yang sebelah kanan pun tak luput dari remasan tangannya. Posisiku terlentang dengan kedua tangan di ikat di ujung sebuah ranjang, kaos oblong tipisku entah di mana, bra ku sudah melorot sebatas perut saat orang itu menyingkapkan rok pendekku dan berusaha menarik celana dalamku.

“Jangan!!.. Lepaskan.. Jahanam kamu.!!. Lepaskan..” teriakku sambil meronta dan menangis sejadi jadinya.
“Diam kamu, gua cuma mau mencicipi kamu aja koq jangan cerewet.. kalau tidak gua bunuh loe…” bentak orang itu sambil tetap berusaha menarik lepas celana dalamku. Brett.. Celana dalamku berhasil direnggutnya dengan paksa. Kini kewanitaanku yang selama ini selalu kurawat sudah terbuka lebar. Aku merasakan tangan pemuda itu menjamah kewanitaanku yang berbulu cukup lebat itu dengan penuh nafsu.

Kemudian orang itu membuka kedua kakiku yang putih mulus dan jenjang yang aku katupkan sebagai pertahanan terakhir dan mulai mengarahkan batang penisnya ke lubang kemaluanku.

“Jangan pak.. Saya mohon, saya masih perawan.. Tolong lepaskan saya..” teriaku putus asa.
“Aahh?Ohhh?Agk? Jangann.. Sakitt.. Lepaskan.. Jahanamm!” Aku berteriak panik sambil kulejang-lejangkan kakiku, tapi itu malah membuat penisnya semakin menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku yang belum pernah di sentuh oleh laki-laki manapun.

Dreet.. Dreet kurasakan selaput daraku robek saat orang itu menyodokkan kemaluannya hingga amblas seluruhnya.

“Sakitt.. Lepaskan” desahku sambil kulempar kepalaku ke kiri dan ke kanan menahan sakit dan perih yang tak terkira yang melanda sekujur tubuhku.
“Sakitt.. Tolong.. Hentikann..” jeritku meratap, tapi orang itu sepertinya tidak peduli dengan jeritan dan tangisanku.

Dia tetap memperkosaku, memompa vaginaku dengan ganas sambil tangannya memegangi tanganku dan mulutnya tak henti hentinya menjilati buah dadaku saat tiba-tiba dia berhenti dan melenguh keras, aku sadar dia akan orgasme di dalam liang vaginaku.

“Jangan.. Jangan.. Di dalam!!” teriakku panik, dia memelukku sekuat-kuatnya saat kurasakan cairan spermanya memenuhi liang rahimku. Hari itu aku diperkosa. Hilanglah sudah kegadisanku yang selama ini selalu kujaga. Saat itu aku merasa sangat marah, malu dan terhina.

“Ah..” aku mendesah pelan saat pemerkosaku itu mencabut penisnya dan pergi meninggalkanku begitu saja, aku mencoba bangkit dan berdiri walaupun rasa sakit dan ngilu masih terasa di sekitar selangkanganku, aku lihat bercak putih bercampur merah darah perawanku di sekitar kemaluanku.

Aku mencoba bangkit walaupun rasa sakit masih mendera seluruh badanku setelah barusan diperkosa dan dengan terhuyung huyung berjalan menuju pintu yang rupanya tidak terkunci, aku mencoba mengintip ke arah luar dan rupanya kedua orang itu sedang sibuk menggarap Prita.

“Gila Jack cewek yang tadi masih perawan lho, sempit banget vaginanya, yang ini gimana?” tanya orang yang tadi memperkosaku.
“Masih perawan juga Man, nih Dellat darah perawannya” jawab orang yang di panggil Man itu sambil mencabut batang penisnya dari kemaluan Prita lalu mencelupkan jarinya dan menunjukkan jarinya yang berbercak darah.
“Tapi cewek ini belum sadar dari pingsannya nih Man” sungut orang yang di panggil Jack.
“Sudah pompa aja terus, ntar juga sadar” kata si Man.

Sambil tangannya menggerayangi payudara Prita yang besar dan padat. Kulihat Prita diperkosa dengan posisi terlentang, pakaiannya masih lengkap hanya celana dalamnya saja yang menjuntai di kaki kirinya, kaosnya tersingkap ke atas dan branya di tarik ke atas hingga payudaranya mencuat dari bawah branya. Tubuhnya terguncang guncang, karena si Jack memompanya dengan sangat kasar.

Tiba-tiba Prita melenguh pelan dan membuka matanya, mungkin dia sudah mulai sadar dari pingsannya dan pasti dia akan sangat kaget karena saat ini dia sedang diperkosa, tapi aku juga tidak mampu menolongnya, aku hanya menontonnya saja dari balik pintu tanpa bisa berbuat apa apa.

“Ohh.. Ssakitt.. Jangann.. Lepaskan saya.” rintih Prita sambil berusaha berontak dari dekapan si Jack, tapi terlambat kegadisannya sudah melayang.

Tiba-tiba kulihat si Jack mendengus keras dan mempercepat pompaanya di vagina Prita. Si Jack mencengkeram tubuh Prita dengan keras dan menusukan batang penisnya dalam dalam ke lubang vagina Prita.

“Saakkitt..” Prita menjerit keras saat si Jack memuntahkan seluruh cairan spermanya ke dalam liang vagina Prita, kulihat cairan putih kental bercampur darah berlelehan di selangkangan Prita saat si Jack mencabut batang penisnya.

Sore itu si Jack dan si Man memperkosa kami secara bergantian, sampai aku dan Prita kembali pingsan karena tidak tahan di gagahi oleh kedua orang itu secara terus menerus.

Saat aku siuman rupanya aku sudah berada di jok belakang mobilku sendiri dengan kedua tangan terikat ke belakang, tapi untungnya aku sudah memakai pakaianku kembali, entah siapa yang mengenakannya di tubuhku, kulihat ke samping Prita masih pingsan dengan tangan juga terikat kebelakang.

“Mau dibawa ke mana kami” tanyaku memberanikan diri.
“Mau ke villa elu, mau perkosa teman lu, tadi gua denger suaranya di HP lu, dari suaranya kayaknya teman lu lumayan juga” jawab si Jack sambil tertawa di ikuti oleh tawa si Man.

Aku langsung bergidik mendengar jawabannya, rupanya mereka tahu alamat villa kami yang memang kuletakkan di atas dasbor mobilku. Waktu sudah menjelang tengah malam saat kami tiba di depan pintu villa saat Tante Linda menghampiri mobil kami.

“Lu sergap dia Man” kata si Jack sambil mengeluarkan pistol dan menodongkannya ke arahku.

Aku tidak bisa berbuat apa apa selain hanya bisa duduk dan diam. Benar juga saat Tante Linda sampai ke pintu samping mobilku, si Man langsung keluar dan dengan sigap mendekap tubuh Tante Linda dari belakang, sementara satu tangannya langsung membekap mulut Tante Linda, mungkin karena kaget Tante Linda tidak sempat berteriak. ” Urhhgg.. Ss” hanya itu yang keluar dari mulut Tante Linda saat si Man mendekap dan menelikungnya lalu mendorong Tante Linda ke arah pintu pagar vila kami.

“Jangan Macem macem lu, diem di sini kalau nggak gua bunuh lu” ancam si Jack sambil menodongkan pistolnya ke arahku.

Aku hanya bisa mengangguk sambil ketakutan mendengar ancamannya itu, lagipula seluruh tubuhku terasa sangat lemas dan selangkanganku pun masih sangat nyeri dan ngilu akibat perkosaan yang aku alami tadi, sehingga aku tidak mungkin melarikan diri dengan keadaan tubuhku yang demikian, apalagi kedua tanganku pun masih terikat.

Lalu si Jack ke luar dan membantu si Man menangani Tante Linda, kulihat si Jack mengikat ke dua tangan Tante Linda ke terali pintu pagar villa, sementara si Man menempelkan lakban di mulut Tante Linda sambil ke dua kakinya berusaha merenggangkan kaki Tante Linda dari belakang.

Saat itu kulihat dari kaca belakang mobilku, Tante Linda masih berusaha keras meronta dan melawan sekuat tenaganya, sampai akhirnya Tante Linda lemas kehabisan tenaga. Bret.. Bret.. si Man merobek bagian belakang rok pantai Tante Linda sehingga paha dan pantat Tante Linda yang putih mulus terlihat jelas. Lalu si Man memelorotkan celana dalam Tante Linda sampai sebatas lutut dan mulai memainkan jarinya di kemaluan Tante Linda yang berbulu cukup lebat, sementara si Jack sibuk menciumi leher jenjang Tante Linda sambil tangannya meremas remas buah dada Tante Linda yang menyembul di antara kaos bagian atasnya yang sudah robek besar.

Tiba-tiba tubuh Tante Linda tersentak, kepanya terdongak ke atas dan mimik mukanya menunjukan kesakitan yang luar biasa, rupanya si Man sudah mulai mencobloskan batang penisnya ke dalam vagina Tante Linda. Tubuh Tante Linda terguncang hebat saat si Man mulai memompa penisnya ke luar masuk, bibir kemaluan Tante Linda sampai melesak masuk saat si Man menghujamkan kemaluannya, amblas ke dalam liang vagina Tante Linda, pasti sangat sakit rasanya, sama seperti rasa sakit yang kurasakan saat aku diperkosa tadi pikirku. Kulihat lelehan air mata di pipi Tante Linda, wajahnya menyiratkan kemarahan yang luar biasa, sepertinya Tante Linda sangat tidak rela menerima kenyataan kalau tubuhnya saat itu sedang di garap oleh orang yang bukan suaminya.

“Hh.. Oughh..” tiba-tiba si Man mendengus dengan keras, sepertinya dia sudah akan berejakulasi di dalam liang vagina Tante Linda.
“Jangann..” jerit Tante Linda lirih, sambil berusaha menarik tubuhnya ke arah depan. Tapi si Man malah menarik sisa sisa rok pantai Tante Linda yang masih melingkari pinggulnya ke arah belakang, sehingga membuat pinggul Tante Linda yang putih mulus itu juga ikut tertarik ke belakang, otomatis batang penis si Man malah makin terbenam di liang vaginanya
“Tidakk..!!” jerit Tante Linda saat si Man menyemburkan cairan spermanya ke dalam liang vagina Tante Linda, Tante Linda pasti sangat terhina karena diperlakukan seperti itu oleh si Man.
Tapi itu belum berakhir karena sedetik kemudian si Jack langsung menghujamkan batang kemaluannya di dalam vagina Tante Linda, yang membuat tubuh Tante Linda kembali terguncang guncang karena diperkosa oleh si Jack, aku kembali panik saat si Man menghampiriku, membuka pintu mobil dan menarikku keluar, sekilas kulihat Prita masih tergolek pingsan saat si Man berusaha mendekapku dengan kasar.

“Jangann.. Jangan perkosa saya lagi, saya sudah tidak kuatt. Lepaskan saya” seruku, saat si Man menjabak rambutku dan menyeretku memasuki villa.
“Siapa yang mau perkosa lu, sekarang lu tunjukin dimana teman-teman lu yang lain” teriak si Man, sambil melepaskan tali yang mengikat kedua tanganku.

Aku agak lega mendengarnya sebab paling tidak aku tidak akan diperkosa lagi. Dengan rambut dijambak dan punggungku ditodong pistol, terpaksa aku menuruti kemauannya, dengan selangkangan yang masih ngilu dan sakit, aku berjalan menuju kamar yang ku tahu itu kamar pribadi Gadis, dengan perlahan kubuka pintu kamar itu yang rupanya tidak di kunci oleh Gadis, kamarnya masih terang benderang dan kulihat Gadis sedang tidur di ranjangnya dengan posisi terlentang, kakinya yang jenjang terjuntai ke bawah, rok pendek coklat yang di kenakannya tadi siang masih menempel di tubuhnya dan agak sedikit tersingkap sampai sebatas pangkal paha kirinya, memperlihatkan sebagian kaki dan pahanya yang putih mulus.

Sementara kemeja putih yang di kenakan Gadis juga tersingkap di sedikit di bagian atasnya, karena 2 kancing atasnya terbuka, sehingga buah dada Gadis yang tertutup bra hitam itu tampak sedikit terlihat, mengintip dari balik kemeja putihnya, apalagi dengan posisi tidur Gadis yang terlentang seperti itu, dengan ke dua tangannya yang membuka ke arah samping, semakin membuat payudaranya terlihat membusung ke atas.

Kasihan Gadis, mungkin dia kelelahan karena menunggu aku dan Prita sehingga dia ketiduran dan lupa berganti pakaian serta mematikan lampu pikirku. Aku menoleh ke belakang dan kulihat si Man tak berkedip melihat kemolekan tubuh Gadis yang sangat menantang itu, beberapa kali dia menelan ludahnya sendiri.

Gawatt..!! sepertinya pemerkosa ini kembali terangsang, pikirku. Kasihan Gadis kalau dia harus mengalami perkosaan seperti yang aku alami, gumanku dalam hati. Dan parahnya lagi Gadis tidak tahu kalau sebentar lagi kejadian yang mengerikan akan menimpa dirinya.. Aku harus berbuat sesuatu..!! pikirku sambil berusaha memberanikan diri.

“Lu harus bantuin gua menyetubuhi teman lu itu kalau nggak awas..” Bisik si Man pelan tapi dengan nada mengancam.
“Jangann..!!.. Jangan perkosa dia.. Dia masih terlalu kecil.. Lebih baik lu garap aja lagi gua.. Sepuas lu..!!” seruku berusaha menghalangi niatnya, walaupun sebenarnya aku juga tidak rela di setubuhi dan di garap lagi oleh si Man.
“Elu mau mampus..!!” bentak si Man sambil mengacungkan pistolnya ke arah kepalaku..
“Kalau lu nggak bantuin gua.. Gua ledakin kepala lu..!!” sambung si Man dengan nada geram, tubuhku lemas saat kurasakan ujung laras pistol si Man menempel di keningku, akhirnya aku hanya bisa mengangguk lemah dan menuruti semua kemauannya, tanpa bisa melakukan perlawanan.

Lalu si Man beranjak pelan mendekati Gadis yang masih tertidur dengan lelap, sejenak si Man memandangi kemolekan dan kemulusan tubuh Gadis yang menantang, menyapukan pandangannya yang penuh nafsu mulai dari wajah Gadis yang cantik, lehernya yang jenjang, buah dadanya, pahanya, sampai ke kaki Gadis yang kecil dan indah. Aku merasa jijik melihat cara si Man memandangi tubuh Gadis dengan pandangan yang begitu mesum.

Gadis masih belum bangun dari tidurnya saat si Man berlutut di antara ke dua kaki Gadis, lalu dengan pelan dan lembut si Man mulai merenggangkan ke dua belah kaki Gadis setelah sebelumnya menyingkapkan bagian depan rok coklat yang di kenakan Gadis ke arah atas, sehingga pahanya yang putih mulus terlihat dengan jelas, si Man makin melotot saat melihat vagina Gadis yang di tumbuhi bulu bulu halus tampak membayang dari balik celana dalam hitam dan tipis yang menempel di selangkangan Gadis, lalu si Man mengangkat kaki kanan Gadis dan meletakkanya di atas pundaknya sendiri.

Sekarang posisi kepala si Man sudah berada di antara kedua paha Gadis, lalu dengan tak sabar si Man mulai menciumi dan menjilati paha Gadis yang putih mulus itu, sambil tangannya berusaha menyibakkan celana dalam hitam Gadis ke arah pinggir sehingga vagina Gadis yang di tumbuhi bulu bulu halus terlihat dengan jelas, sementara tangan si Man yang satunya sudah mulai membuka bibir kemaluan Gadis memperlihatkan liang vaginanya yang kemerahan dan perawan, sekarang mulutnya sudah berada di bagian luar bibir vagina Gadis, lidahnya menjilati liang vagina Gadis dengan bernafsunya.

“Aahh..” Gadis mendesah tapi belum sadar dari tidurnya, tapi tiba-tiba Gadis tersentak dan langsung tersadar saat si Man mulai memasukkan jarinya ke dalam vagina Gadis.
“Siiapaa kamu.. Lepaskan saya.. Toloonng..!!” jerit Gadis kaget dan ketakutan sambil mencoba beringsut berusaha menjauhkan tubuhnya dari si pemerkosa, saat itu juga si Man dengan sigap berdiri dan langsung memeluk tubuh Gadis dengan erat, sambil tangan yang satunya lagi tetap mengerjai vagina Gadis.
“Kamu sini pegangin tangannya..!!” Bentak si Man kepadaku.

Karena ketakutan kupatuhi saja perintah si Man, lagipula memang tidak ada kesempatan buat menolong Gadis. Aku duduk di atas ranjang, kuletakkan kepala Gadis di atas pangkuannya dan aku pegang ke dua tangan Gadis dengan kuat.

“Jangan kak Della.. Tolonng..!!” jerit Gadis putus asa, sementara si Man makin buas menggerayangi tubuh Gadis, sekarang dia menciumi leher jenjang Gadis yang putih mulus, membetot kemeja putih yang di kenakan Gadis dengan kasar sehingga kancingnya lepas semua, lalu si Man menjilati buah dada Gadis yang masih tertutup bra. Dan tiba-tiba si Man menarik lepas bra yang di kenakan Gadis sehingga buah dadanya menyembul keluar.

“Toketnya nggak sebesar punya lu Li, tapi kenceng banget” seru si Man kepadaku, aku hanya diam saja. Tidak tega melihat Gadis diperlakukan seperti itu, sementara si Man mulai mengulum payudara Gadis dengan buasnya, sementara tangan yang satunya memilin milin putingnya yang kemerahan, sambil lidahnya terus menjilatinya dengan penuh nafsu.

“Jangann.. Ouhh.. Lepasskann..” jerit Gadis dengan suara parau, sambil terus berusaha berontak.

Tiba-tiba si Man berdiri, membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang penisnya yang hitam dan besar.

“Sekarang gua jejelin vagina lu dengan ini..!! Dan lu harus tetep pegangin dia Li..” Bentak si Man ke arahku.

Karena ketakutan aku malah makin mempererat peganganku ke kedua tangan Gadis yang masih berusaha berontak ingin melepaskan diri.

“Jangann.. Lepaskan saya..” teriak Gadis panik sambil mengatupkan kedua kakinya yang jenjang itu sekuat kuatnya, tanpa pikir panjang si Man langsung berdiri di antara kedua kaki Gadis yang menjuntai ke bawah, memegangnya dan berusaha merenggangkan kedua kaki mulus Gadis yang terus melejang lejang.

?Ahh?Ohh?Tidak?Jangan?.!?
Akhirnya si Man berhasil merenggangkan ke dua kaki Gadis dan memposisikan tubuhnya di antara kedua pangkal paha Gadis, sambil sebelah tangannya kembali menyibakkan celana dalam Gadis ke arah pinggir, sekarang selangkangangan Gadis terbuka lebar, siap untuk di tembus batang kemaluan si Man yang besar, dan memang sekarang si Man sudah menempelkan kemaluannya di bibir vagina Gadis.

“Jangann.. Tolonng.. Jangan di masukinn.. Kak Della.. Tolong Gadis kak..!!” jerit Gadis histeris sambil berusaha menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan, berusaha mengelakan vaginanya dari batang penis si Man, tapi usahanya sia sia, karena ujung kemaluan si Man sudah berada di bibir vaginanya dan siap menerobos masuk. Gadis menjerit, menangis dan meronta sejadi jadinya.

“Gila sempit banget nih cewek” guman si Man sambil terus mendorong batang penisnya dengan perlahan melewati sela-sela celana dalam Gadis.

Seperempat sudah penis si Man masuk ke dalam vagina Gadis, rontaan Gadis semakin kencang, matanya membeDellak dan mulutnya megap megap seperti orang kehabisan nafas, saat si Man mulai mendorongkan lagi batang penisnya, tapi rontaan Gadis malah makin membenamkan batang penis si Man ke dalam liang vaginanya yang kering kerontang itu. Tiba-tiba Gadis berhenti meronta, badannya melenting, dadanya terangkat ke atas dan kepalanya mendongak, matanya semakin membeDellak dan mulutnya membentuk huruf O, menahan sakit yang luar biasa, saat batang penis si Man sudah masuk setengahnya, rupanya batang penis si Man sudah mengenai selaput dara Gadis.

“Sakitt.. Jangann.. Tolong kak Della.. Sshh.. Jangan teruskan..” jerit Gadis.

Melihat itu si Man bukannya menghentikan sodokannya malah langsung menghujamkan batang penisnya sekuat kuatnya, dengan satu kali sodokan, amblaslah seluruh kemaluan si Man ke dalam liang vagina Gadis, sekaligus menjebol keperawanan Gadis. Dret.. Dret kurasakan getaran terenggutnya kegadisan Gadis saat itu.

“Sakitt.. Keluarkan itu dari sana.. Tolong kak Della.” jerit Gadis kesakitan.

Mendengar jerit tangis Gadis si Man malah semakin bernafsu dan mulai memompa liang vagina Gadis yang masih sempit itu dengan kasar, sehingga Gadis makin kesakitan, tubuhnya terguncang guncang maju mundur dan buah dadanya ikut bergetar akibat pompaan si Man yang ganas.

Terus terang aku mulai terangsang saat si Man mulai memompa batang penisnya maju mundur di dalam vagina Gadis yang masih sangat sempit itu, tanpa sadar kulepaskan sebelah tanganku yang memegang tangan Gadis dan mulai memainkan jariku di vaginaku sendiri.

“Sshh.. Buka paha mu ke.. Biar nggak terlalu sakit” bisikku setengah mendesah sambil kubelai rambutnya, Gadis tidak menjawab hanya terengah engah sambil melemparkan kepalanya ke kiri dan ke kanan menahan sakit yang luar biasa, sementara si Man terus menyodokan batang penisnya dan memompa vagina Gadis sambil satu tangannya terus meremas remas buah dada Gadis.

Tiba-tiba si Man menghentikan pompaannya dan membenamkan batang penisnya dalam dalam ke liang vagina Gadis, lalu tangannya memegang dan mengangkat kedua kaki jenjang Gadis dan memposisikannya di atas pundak kiri kanannya, dengan posisi ini penis si Man bisa masuk seluruhnya ke dalam kemaluan Gadis, kemudian pantatnya mulai maju mundur lagi di antara selangkangan Gadis sambil sesekali mencabut dan memasukkan kembali batang penisnya sehingga bibir vagina Gadis tampak melesak dan tertarik mengikuti irama pompaan batang penis si Man yang membuat Gadis makin menjerit jerit kesakitan, tapi jeritan Gadis tampaknya malah membuat si Man makin bersemangat menggagahi tubuh mulus Gadis, akupun juga semakin cepat mempermainkan jariku di vaginaku sendiri sampai akhirnya aku merasakan seluruh tubuhku menegang.

“Oohh.. Sshh..” aku telah mencapai orgasme saat tiba-tiba si Man menyodokan penisnya dengan sangat keras tiga kali berturut turut dan seluruh tubuhnya menegang dengan hebat sambil tangannya mencengkeram buah dada Gadis dengan kuat, rupanya si Man sudah akan berejakulasi.

“Ahh.. Sakit..!!” Gadis kembali menjerit kesakitan.
“Jangan.. Jangan dikeluarin di dalam.. Nanti dia hamil..” teriakku sambil berusaha menarik tubuh Gadis ke atas, berharap supaya batang penis si Man terlepas dari lubang vagina Gadis dan spermanya tidak sampai masuk ke dalam liang rahimnya, gerakanku yang tiba-tiba itu membuat batang penis si Man tertarik setengah keluar dari vagina Gadis.

Merasa batang penisnya akan terlepas dari liang vagina Gadis, si Man buru-buru mencekal rok coklat yang masih melilit di pinggang Gadis dan menariknya ke arah tubuhnya, sehingga pinggul Gadis juga ikut tertarik ke belakang, lalu si Man kembali menyodokan batang kemaluannya beberapa kali dan menghujamkannya ke dalam liang kemaluan Gadis sehingga kini batang penisnya terbenam seluruhnya di dalam vagina Gadis, tiba-tiba si Man mengejang beberapa kali dan menyemburkan spermanya ke dalam liang vagina Gadis, lalu menghentakkan pantatnya sekali lagi sehingga seluruh spermanya keluar membanjiri liang rahim Gadis.

“Tidakk..!!” lolongan Gadis memenuhi seluruh ruang kamarnya.

Si Man masih sempat menyodokkan batang penisnya beberapa kali sebelum akhirnya mencabut kemaluannya dari vagina Gadis, tampak cairan sperma si Man berlelehan di antara liang vagina dan selangkangan Gadis, bercampur dengan darah perawan, lalu si Man beranjak keluar kamar, meninggalkan kami begitu saja sambil tertawa puas.

Sementara Gadis masih terlentang di atas tempat tidurnya dengan pakaian yang terbuka dan acak acakan, matanya nanar menatap kosong ke arah langit langit kamarnya, sepertinya dia sangat syok, tak menyangka kalau kegadisannya telah dibobol oleh orang yang tak di kenal, kemejanya kusut dan berantakan, branya entah terlempar ke mana, rok coklatnya masih tersingkap sebatas perut. Hanya celana dalamnya yang masih menempel di selangkangannya, itupun posisinya agak tersingkap ke samping dengan noda sperma dan darah perawan yang menempel di sekitar celana dalam hitam dan bibir vaginanya. Gadis sepertinya sudah tidak lagi mempedulikan keadaan dirinya, dia hanya bisa menangis sesenggukan menyesali nasibnya yang tragis hari itu.

Aku lalu beranjak turun dari ranjang dan berjalan ke pintu, mencoba melihat, apakah kami bisa melarikan diri dari villa ini, tapi pemandangan di ruang tamu makin membuatku putus asa. Aku lihat Tante Linda dan Prita di ikat ke dua tangannya dan di dudukan di salah satu sofa yang ada di ruang tamu, sementara si Jack sedang sibuk menggagahi Prita dengan posisi si Jack duduk dan memangku tubuh Prita yang sintal sambil kedua tangannya memegang pinggul Prita dari belakang, tampak batang penis si Jack keluar masuk menerobos vagina Prita yang saat itu masih menggunakan rok dan kemejanya, hanya saja roknya sudah terangkat sebatas perut dan kemeja bagian atasnya sudah terbuka sehingga salah satu buah dadanya tampak menyembul ke luar dari sela sela branya, tapi tampaknya Prita sangat menikmati perkosaan tersebut.

Prita tidak berontak sedikitpun bahkan, malah Prita yang aktif menaik turunkan pantatnya, mulutnya mendesah desah tak karuan sambil tangannya menjambak dan meremas-remas rambutnya sendiri, tiba-tiba si Jack menggeram dan menurunkan pinggul Prita sehingga membenamkan seluruh batang kemaluannya di dalam vagina Prita, sementara Prita makin giat memutar-mutarkan pantatnya di atas pangkuan si Jack, tampaknya mereka telah mencapai orgasme. Tampak sperma si Jack berlelehan di antara bibir vagina Prita dan batang penis si Jack yang masih terbenam di kemaluannya.

Malam itu Aku, Prita, Prita, Tante Linda dan si Cantik Gadis kembali diperkosa dan digagahi secara bergiliran oleh mereka. Aku merasakan vaginaku sempat diterobos oleh batang penis si Man, sementara kulihat Gadis juga sedang di kerjai oleh si Jack dengan posisi menungging tepat di samping si Man yang sedang menggagahi aku, sampai akhirnya aku pingsan karena kelelahan, entah sudah berapa kali kami diperkosa oleh mereka malam itu.

Esok paginya kami pulang ke Jakarta dengan rasa sakit di seluruh tubuh dan kenangan yang mengerikan yang membuat kami kehilangan kegadisan dan kehormatan sebagai seorang wanita.. Andai hari itu kami tidak liburan..!!


Awal hubungan ini bermula dari perkenalan kami di sebuah perusahaan tempat dia bekerja dengan posisi staff SDM, jadi semua hal yang berurusahan dengan SDM harus melalui dia. Dia bernama Diana, seorang perempuan yang mendekati sempurna, wajah cantik, kulit putih bersih, hidung mancung dengan tatapan mata yang lembut namun mengandung misteri yang dalam. Tubuhnya tinggi semampai namun padat berisi dengan dada yang membusung, pinggul dan pantat bulat padat dibalut pakaian kerja yang sopan tapi justru terlihat seksi. Dan tak bisa kututupi rasa kagumku saat itu ketika pertama melihat dia. Dan rasanya cukuplah dalam khayalan saja bisa kudapatkan wanita seperti itu.

“Nama saya Dion,” kataku siang itu memperkenalkan diri.

Saya datang untuk menawarkan suatu proposal yang berisi penjajakan kerja sama antar perusahaan kami. Setelah memberi penjelasan sedetail mungkin, kemudian kami membuat janji pertemuan berikutnya degan menghadirkan antara pimpinan kami untuk membahas lebih serius kerja sama tersebut karena wewenangku hanya sampai disitu begitu juga dengan dia.

Dalam presentasi perusahaan kami di perusahaan dia, kami duduk berseberangan persis berhadapan. Dia mendampingi pimpinannya dan demikian juga aku. Benturan mata tak dapat dihindarkan diantara kami. Dan jujur saja, saya tidak menyimak apa yang diterangkan bossku saat itu. Memandangi wajahnya jauh lebih indah rasanya dari apapun yang ada saat itu. Tatapan matanya membuat aku seolah sedang tenggelam dalam mata air yang bening, sejuk merasuk sampai ke tulang sumsum ku. Demikianlah sampai pertemuan itu ditutup dan akan ada pertemuan selanjutnya untuk penandatanganan dan ranah tamah.

Setelah selasai penandatanganan perjanjian, dilanjutkan dengan acara ramah tamah yang bersifat semi formal. Kali ini kami duduk bersebelahan. Sambil mendengar sambutan-sambutan dari boss-boss kami. Dengan suasana hikmat dan tenang yang sangat membosankan buatku saat itu karena bagaimanapun saya ingin memanfaatkan kesempatan itu ngobrol dengan dia. Akhirnya kutemukan cara ngobrol tanpa mengeluarkan kata-kata.

Dengan jantung berdetak kencang, kusodorkan kertas kecil yang berisikan.

“Mbak membuatku tidak tahan untuk berkenalan lebih dalam”.

Dengan tenang dia membaca tanpa ekspresi. Kemudian membalasnya yang membuatku harap-harap cemas akan apa yang ditulisnya.

“Mau kenal apanya lagi?” tanyanya.
“Status?” tanyaku masih dalam kertas yang sama, jadi seperti layaknya chating.
“Sudah punya anak satu” tulisnya lagi.
“Tapi Mbak sangat menggoda hatiku sejak pertama ketemu”.
” Aku sudah punya suami lho”.
“Aku nggak perduli, bila masih mungkin, sedikit saja kuminta ruang di hatimu” kataku dengan berani.
“Kamu nekat sekali, umurmu berapa?” tanyanya.
“Dua puluh lima”jawabku.
“Berarti kita beda lima tahun” katanya.
“Gimana Mbak, aku akan mengerti posisimu nanti dan tidak menuntut berlebihan” desakku lagi karena kulihat ada peluang walau hanya sedikit.
“Santai aja dulu, jangan buru-buru” jawabnya lagi.
“Oke, aku ngerti, tapi aku sangat berharap lho”.
“Sudah ya, nanti ketahuan” katanya.
“Robek kertasnya, nanti ketahuan” bisikku.
“Biar aja kusimpan” balasnya lagi.
“Ntar dilihat suamimu gimana?”.
“Tenang aja deh,” katanya sambil tersenyum dan kubalas dengan kedipan mata.

Tak terlukiskan bagaimana rasanya bahagianya hatiku saat itu, Sama sekali tak nyangka bakal mendapatkan wanita yang luar biasa dalam hidupku. Walau sudah bersuami tetapi aku merasa dia paling hebat dari semua wanita yang pernah kupacari sejak SMP dulu yang entah sudah berapa puluh wanita walau tak satupun yang kusetubuhi. Karena prinsipku sangat kuat untuk melakukannya saat malam pertama nanti.

Malam ini tiba-tiba ada SMS masuk di HP ku. Dan aku sangat surprise dapat SMS dari dia. Setelah balas-balasan kami sepakat bertemu sabtu siang di kawasan blok M. Aku langsung tidur agar cepat-cepat datang sabtu. Rasanya dalam diri wanita ini kurasakan suatu tantangan yang sangat besar untuk menaklukkannya. Mungkin karena baru kali ini aku menjalin hubungan dengan seorang yang telah bersuami.

Tiba hari sabtu kami akhirnya bertemu. Sangat kikuk dan bingung, itulah yang terjadi saat itu. Bahkan ketika makan pun rasanya tak nyaman. Dan dia pun begitu. Dari sana kuketahui dia juga baru pertama itu nyerempet bahaya dari perkawinannya. Tapi dia menginginkannya, katanya.

Tak tahu harus kemana, untuk menghabiskan waktu, kami nonton. Di dalam bioskop mulai kuremas tangannya ketika film berjalan 15 menit. Dia membalas meremas jemariku. Kucoba meraba pahanya, tapi dia tepiskan dengan pelan. Tak habis akal, kudekatkan wajahku untuk mencium bibirnya, lagi-lagi dia menghindar. Kucium lagi dan kali ini dia ngasih pipinya.

Kucoba tarik tangannya ke pahaku. Dia tidak menolak. Malah dia usap-usap dengan lembut pahaku sampai ke pangkal. Lama-lama dia mengusap gundukan di celana jeans ku. Diremas-remas penisku yang sudah tegang. Aku heran kenapa justru dia yang jadi berani. Tapi biarlah peduli amat, pikirku. Sementara tangannya mengusap-usap penisku dari luar, aku mulai meraba pahanya yang saat itu dia pakai rok. Begitu lembut membuat jantungku berdesir, ingin rasanya kujilati centi demi centi paha yang mulus itu. Kuarahkan tanganku menuju selangkangannya dan hendak meraba vaginanya, tapi belum sampai tersentuh, dia menjepit tanganku dengan pahanya dan menggelengkan kepalanya. Aku tidak memaksa dan kutarik lagi tanganku. Tapi tangannya masih tetap mengusap-usap batang zakarku dari luar.

Akhirnya kami pulang dengan sejuta kesan di hati. Malamnya dia kembali mengirim SMS. Katanya dia rindu.

“Aku juga rindu kamu, rasanya aku ingin mencumbumu,” balasku.
“Kapan itu kamu wujudkan?” katanya lagi.
“Kapan kamu siap?” balik kutanya.
“Bagaimana kalau Selasa?” katanya.
“Emang suamimu nggak akan curiga?”
“Dari siang sampai sore aja,” katanya.
“Dimana?”
“Nanti kukasih tahu” katanya.

Selasa tiba, dia menyuruhku menemuinya di sebuah kamar hotel di sekitar Jakarta Timur. Kuketuk pintu yang dia maksud dan dia muncul dengan pakaian kerja yang masih lengkap karena dia juga baru tiba, katanya. Seperti biasa kami masih agak kikuk, maklumlah baru saling pengenalan. Setelah berbasa-basi, kami saling berpandangan dan duduk di tempat tidur yang empuk. Tak nyangka bakal bisa berduaan dengan wanita sempurna seperti dia bahkan mungkin sebentar lagi akan lebih lagi.

Kuraih tangannya dan dia menurut. Kucium tangannya sambil memandang matanya yang juga memandang mataku. Pelan kusentuh rambut di atas telinganya, dia diam saja. Kudekatkan wajahku ke wajahnya, tercium aroma tubuhnya yang sangat harum. Dengan jantung berdebar kukecup keningnya, turun ke kedua matanya bergantian. Dia masih diam saja kucium hidungnya dan perlahan turun ke bibirnya.

Sedikit kaget disaat bibirku menyentuh bibirnya, bibirku langsung tersedot oleh bibirnya. Dia memasukkan lidahnya menjelajahi setiap rongga mulutku dan menyedot lidahku sampai aku kelabakan mengimbanginya. Tangannya berada di belakang kepalaku seolah tak mau melepaskan mulutku dari mulutnya. Sambil terus melumat mulutku dia rebahkan tubuhnya ke tempat tidur sehingga otomatis tubuhku ikut menindih tubuhnya.

Aku merasa bersemangat dapat menaklukkan sesuatu yang besar dari kemampuanku sendiri, aku begitu merasa gagah dan kuat ketika menindih tubuhnya.

Kuimbangi sedotannya dengan menyedot lidahnya yang membuatnya mengterang lirih. Lama saling berpagutan, kualihkan ciumanku menjelajahi pangkal telinganya dan turun ke leher. Kutarik tanganku dan kupindahkan ke tonjolan di dadanya. Dengan mesra kuremas dadanya.

“Ohh.. Akhh..” dia mulai mengerang semakin membusungkan dadanya ke atas.

Kuturunkan ciumanku sampai kebelahan dadanya dan berusaha memasuki dadanya tanpa membuka pakainya. Lidahku menari-nari didadanya sepanjang yang dapat dijangkau. Tapi yang dapat dijangkau lidahku hanya setengah dari gundukan buah dadanya yang tidak tertutup.

Tak sabar menerima perlakuanku, dia sendiri membuka kancing bajunya dengan satu tangan sementara yang satunya masih menekan kepalaku ke dadanya. Bajunya terbuka tinggal BH nya yang berwarna krem. Mataku terbelalak menyaksikan mulusnya dadanya dan besarnya ternyata melebihi perkiraanku, yang pasti BH 36B tak muat menampung buah dadanya, hal ini sangat kupahami karena begitu banyaknya buah dada wanita yang telah kusedot.

Sedikit buru-buru, kugusuk penutu BH nya ke atas, muncullah puting susunya sebesar jari kelingking yang masih rapi bentuknya. Mulutku langsung menyambutnya dengan sedotan yang kuat dan ketat.

“Auuwww.. Akhh,” erangnya sambil tangannya semakin kuat menekan kepalaku sampai hidungku tersumbat oleh buah dadanya sendiri. Mulutku menghisap puting susunya yang kanan, sementara tangan kananku memilin puting susunya yang kiri dan tangan kiriku menuju gundukan vaginanya yang masih terbungkus roknya. Bergantian kusedoti puting susunya. Lidahku menari-nari semua buah dadanya sampai basah.

“Okhh. terus.. Yang lama ya.. Aku mau yang lama..” katanya mengerang kenikmatan.
“Ayoohh. Ambil semuanya.. Sekarang ini milikmu. Ayoohh. Ambil..” dia meracau dan dadanya semakin membusung dan tegang.

Sementara pinggulnya dia angkat semakin tinggi menyambut remasan tanganku di vaginanya. Batang zakarku yang tegang juga ikut menekan tonjolan vaginanya dari luar. Kurasakan tangannya menjalar ke bawah menuju tonjolan diselangkanganku yang dari tadi dia rasakan menekan vaginanya. Seperti gemas banget dia remas batang zakarku dengan kuatnya.

Puas bermain di buah dadanya, jilatanku turun ke bawah dan sampai ke perut mengitari pusarnya. Dia semakin kegelian. Jilatanku terus merambat ke bawah pusarnya sambil membuka rok kerjanya. Setelah terbuka, tampaklah gundukan vaginanya yang tebal dan basah tepat di atas lubang vaginanya, jatungku semakin berdegub kencan menyaksikan dua batang paha yang mulus dengan gundukan vagina yang mencuat ke atas dan berputar tak menentu.

Kuselip-selipkan lidahku berusaha memasuki bagian atas vaginanya tanpa membuka celana dalamnya terlebih dahulu. Tentu saja membuat dia tak sabar. Dengan posisi tubuhku saat ini bertentangan dengan tubuhnya, dimana wajahku menghadap selangkangannya dan wajahnya juga di selangkanganku.

“Ayoohh Mas.. Ambil aja semua.. Cepatan.. Akhh..” erangnya semantara gerakan pinggulnya semakin liar, berputar dan menghentak-hentak ke mulutku.

Perlahan kuintip vaginanya dari atas dengan membuka sedikit celana dalamnya yang sudah basah terutama tepat dengan lubang vaginanya.. Samar-samar kulihat bentuk vagina yang mengembang tebal dengan bulu-bulu yang tipis dan teratur rapi. Akhirnya tak sabar lagi kupelorotkan celana dalamnya sampai terbukalah vaginanya dengan utuh.

“Ooohh,” erangku manakala melihat bentuk vaginanya dengan utuh yang ternyata jauh lebih indah dari yang kubayangkan. Kupandangi lama. Karena pinggulnya dia angkat ke atas membuat vaginanya semakin cembung dan menantang dengan klitoris yang menonjol melewati kedua bibir vaginanya.

Perlahan kujulurkan lidahku menyentuh klitoris yang menonjol itu, reaksinya sangat spontan langsung menghentak sampai berbenturan dengan mulutku. Dengan lidah yang lebih panjang, kujilat vaginanya dari klitorisnya sampai ke bawah yakni ke lubang vaginanya dekat dengan lubang anusnya. Demikian kusuapkan lidahku berulang-ulang yamg membuat hentakannya semakin cepat dan vaginanya semakin mengembang.

“Oohh.. Terus sayang.. Ambil semuanya.. Ayohh.. Ambill..” erangnya terus sementara tangannya berusaha membuka celanaku dan akhirnya mendapatkan kontolku. Dia remas-remas dengan tidak terkontrol membuat aku kaget. Setelah dikocok-kocok, akhirnya dia masukkan ke mulutnya membuat aku merasa nyaman dengan kelembutan mulutnya.

Bila panetrasi penis ke dalam vagina yang menjadi ukuran keperjakaan seorang laki-laki, berarti tepat 1 September 2003 lalu, saya kehilangan keperjakaanku. Tetapi bila persentuhan antara penis dengan vagina termasuk juga, berarti sejak dari dulu aku kehilangan keperjakaan, yakni dengan pacar-pacarku yang hampir semuanya kuajak mereguk kenikmatan walau tidak sampai memasukkan batang zakarku ke vagina mereka tetapi hanya sampai di bibir vagina saja, dan itu sudah cukup membuat sensasi kenikmatan yang luar biasa kami rasakan saat itu, Dan entah sudah berapa banyak bentuk vagina yang kujilati dan kugesekkan dengan penisku tapi baru 1 September 2003 resmi batang zakarku amblas ke vagina seorang wanita yang notabene seorang ibu rumah tangga yang cukup harmonis.
Kukulum bibir vaginanya, kusedot klitorisnya berulang-ulang. Kucoba memasukkan lidahku ke lubang vaginanya yang sudah sangat basah. Tidak tahan kuperlakukan demikian berulang-ulang membuat pantatnya naik turun dengan lidahku masuk ke lubang vaginanya.

“Ooohh tuhan.. Enak banget.. Akhh.. Aku nggak tahan lagii..” dia semakin meracau dengan hentakan pantatnya yang semakin liar dan kulumannya dengan batang zakarku semakin kuat.
“Ookhh.. Aku nggak tahan lagi.. Akhh..” jeritnya dengan kuat, pahanya tiba-tiba menjepit kepalaku dan tiba-tiba kurasakan lubang vaginanya berkontraksi, berdenyut-denyut dan akhirnya nyemprot cairan kental dari lubang vaginanya membasahi lidah dan bibirku yang tidak sempat kucabut karena jepitan pahanya sangat kuat. Sementara penisku dia sedot dengan kuat.

Perlahan dia melepaskan jepitan pahanya dan kulumannya di penisku. Dia terlentang lemas dengan mata tertutup. Pahanya terlentang sehingga vaginanya terlihat jelas membuka dan sanagt basah dan juga tangannya terlatang lebar menikmati orgasmenya yang luar biasa seolah aku tak ada disana.


Setelah nafasnya agak tenang, aku menindihnya dan memandangi wajahnya yang mengekspresikan kepuasaan. Sementara kontolku yang tegang mengganjal di bibir vaginanya yang licin dan hangat.

“Enak sayang?” kutanya dengan senyum.
“Iyahh.. Enak banget.. Sentuhanmu begitu indah dan nakal,” katanya dengan senyum juga.
“Masih ada yang lebih indah” kataku.
“Ya, aku mau lebih lagi, aku mau lebih,” katanya.
“Berapa yang kamu mau?” tantangku.
“Sampai nggak bisa bangun, apa kau kuat?” tantangnya balik.
“Aku masih orisinil, jangan kuatir, aku akan memuaskanmu, sampai nggak bisa bangun kan?” kataku.
“Ya, sampai nggak bisa bangun” katanya senyum.

Kembali kami saling melumat, tanganku meremas buah dadanya yang kembali menegang. Sementara kakinya dijepitkan kepinggangku. Puas dengan itu, aku beranjak dan jongkok diantara pahanya yang kurentangkan dengan tertekuk. Kupegang batang zakarku dan kuarahkan ke lubang vaginanya. Kutatap matanya yang pasrah.

“Kita masukkan?” tanyaku. Dia tundukkan kepalanya.
“Yakin?” tanyaku lagi. Dia senyum dan menundukkan lagi kepalanya.

Pelan kutempelkan kepala penisku ke birbir vaginanya, kugesek-geseknya sampai ke klitorisnya beberapa kali. Dan..

“Akhh..”

Dia langsung mengerang ketika kepala penisku memasuki lubang vaginanya. Tangannya langsung menangkap pantatku.

“Terus.. Sayang.. Masukkan semuanya.. Akhh.. Enak banget..” erangnya terus sementara batang penisku masuk setengah.

Kulihat bibir vaginanya semakin membuka lebar. Jepitan vaginanya sangat ketat seolah tidak mengijinkan penisku masuk lebih dalam.

“Akhh.. Enak sayangg” kataku tak tahan rasanya.

Kuhentikan tekananku agar vaginanya menyesuaikan dengan ukuran penisku yang besarnya diatas rata-rata Indonesian. Kulumat lagi bibirnya yang mendesah-desah. Dia mengangkat kakinya dan menempatkannya diatas pantatku. Dia tekan pantatku yang semakin memperdalam masuknya kontolku ke vaginanya.

“Kenapa sih susah masuknya? Mbak kan sudah nggak perawan?” tanyaku heran karena jepitan vaginanya begitu kuat membuat penisku agak susah masuk semua.
“Tergantung orangnya dong,” katanya bangga.
“Ayohh.. Tekan lagi.. Akhh..” katanya sambil kakinya ikut menekan pantatku.
“Okhh.. Stop dulu! Sudah mentok nih.. Ukuran punyamu nggak sesuai dengan tubuhmu.. Aku nggak nyangka sebesar ini. Enak.. Hh..” ceracaunya lagi.

Vaginanya mengempot seperti menyedot penisku. Tak sabar menerima sensasi itu akhirnya kutekan pantatku sampai masuk semua batang zakarku.

“Auwww.. Mas.. Tahan dulu.. Ngilu.. Akhh” erangnya seperti kesakitan.

Tapi aku nggak peduli lagi karena terasa tanggung, bless.. Sekh..

Akhirnya batang zakarku amblas seluruhnya.

“Wow.. Akhh..” jeritnya tiba tiba mendekap tubuhku kuat-kuat.

Akhirnya kudiamkan sejenak. Matanya terbalik sampai putihnya saja yang kelihatan.

“Okhh.. Enaknya.. Luar biasa.. Ayo.. Mas.. Ambil. Ambil semuanya. Akh.. Puaskan aku. Jangan sisakan sedikitpun.. Sampai nggak bisa bangun.. Akhh” erangnya mulai memutar pinggulnya.

Kuputar putar pantatku yang membuat penisku memutar didalam vaginanya dan tekananku tetap kuat walau sudah amblas semuanya ditelan vaginanya. Rupanya kontolku menabrak semua urat syaraf yang ada di liang vaginanya yang membuatnya kenikmatan.

“Enak banget Mas.. Kamu apain siih..?” tanyanya sambil mengerang.

Kedua tanganku dengan ketat membetot kedua susunya. Bibirku menyedot bibirnya dan kadang dengan gemas menyedot puting susunya. Dan pantatku tetap dengan kuat menekan vaginanya dengan berputar saja tanpa mengocoknya. Dengan cara begitu rupanya dia senang. Akhirnya kurasakan siraman hangat di kepala penisku. Ternyata dia sudah keluar dengan jurus pembuka ini.

“Akhh.. Mas.. Aku keluar..” katanya dengan kedua pahanya mengunci pinggangku dengan kuatnya sampai akhirnya kurasakan melemas dan jatuh terlentang di tempat tidur.

Aku yang masih belum apa-apa menarik tubuhnya ke tepi tempat tidur. Setengah badannya ditempat tidur, sementara tepat pantatnya mengganjal di sudut tempat tidur dengan kaki menjuntai ke bawah. Oh indahnya vaginanya menggembung menantang. Garis belahan vaginanya dari atas sampai kebawah memanjang membelah dua bibir yang menggembung itu. Kuusap-usap lagi dengan jari tengahku mengikuti belahan vagina tersebut. Saat kulihat dia siap, kurarahkan batang kontolku ke lubang vaginanya.

“Oohh.. Mas.. Ampun.. Masshh.. Biarlah aku jadi budakmu, asal kau bayar dengan kontolmu..” katanya memasrahkan diri saking nikmatnya.
“Makan semuanya.. Akhh.. Ambil.. Ambil vaginaku.. Mas..” katanya terputus-putus karena hentakan pantatku sangat cepat.

Seperti piston begitu penisku keluar masuk vaginanya sambil mengeluarkan suara berdecak-decak membuat badannya terlonjak-lonjak di tempat tidur. Kedua tangannya mencengkram kasur dan dia berusaha menegakkan kepalanya melihat keluar masuknya kontolku di vaginanya. Wajahnya seperti mau menangis padahal karena merasakan nikmat yang belum pernah dia dapatkan.

Tak berapa lama kemabali kurasakan kepala kontolku disiram cairan hangat di dalam vaginanya.

“Akhh.. Aku keluar lagi Mas.. Kau hebat.. Belum apa-apa” katanya memuji karena beroleh kepuasan yang luar biasa.

Sebenarnya aku telah dipuncak gairah, tapi karena timingnya nggak tepat agar bersamaan keluar, akhirnya kukendorkan lagi, biarlah dia orgasme berikutnya agar kami sama-sama keluar, pikirku. Masih setengah badannya di tempat tidur, kubalikkan tubuhnya sehingga pantatnya tertungging dan kaki tertekuk ke bawah sementara buah dadanya tergencet tubuhnya dengan tempat tidur.

Posisi ini sangat menantang, pantatnya bulat padat berisi dengan gundukan vaginanya terjepit di batang pahanya yang padat. Klitorisnya mengintip di celah vaginanya yang terjepit itu dengan genit. Dengan dua tangan kubuka bongkahan pantatnya dan agak menekan sehingga vaginanya keluar dari persembunyiannya. Lubang vaginanya langsung mencuat ke atas mengundang batang zakarku untuk memasukinya.

Kutempelkan kepala penisku tepat di lubang vaginanya, lalu kutekan yang diiringi desisan yang keluar dari mulut kami berdua. Bless.. Bless.. Suara batang zakarku menelusuri liang vaginanya yang becek.

“Aukh.. Nikmat..” erangnya.

Kutekan terus pantatku sampai amblas semua batang zakarku. Kemudian kususupkan tanganku meraih susunya yang tergencet tempat tidur. Setelah kubetot dua-duanya, kuciumi sebentar punggungnya dan tengkuknya. Perlahan kugoyayang pantatku sehingga penisku keluar masuk vaginanya. Kuhentak-hentakkan pantatku sambil memeluknya dengan kuat.

“Okhh.. Mas.. Kau pintar sekali.. Nyaman bangat posisi gini..” erangnya mendesah-desah.

Terus kupercepat kocokan penisku di vaginanya yang banjir. Sebenarnya tadi dia mau membersihkannya, tapi kularang, biar bunyi, kataku. Sepertinya dia sudah semakin puncak, pantatnya semakin dia tunggingkan menyambut sodokan penisku.

“Ayohh.. Jantanku.. Semakin kuat.. Ayoh.. Puaskan aku.” katanya sangat bergairah.
“Aku janji akan memberi apa yang kamu mau asal yang satu ini sel`lu tersedia untukku,” katanya lagi semakin ngawur.

Memang kalau orang menemukan sesuatu yang membuatnya bahagia, akan bertekuk lutut di hadapannya. Kurasakan waktuku sudah dekat, kupercepat kocokan penisku di vaginanya, semakin cepat, cepat, dan tiba-tiba kutangkap kuat buah dadanya dan mendekapkan dadaku ke punggungnya, sementara tangannya menangkap pantatku dan mengangkat kepalanya. Sodokan terakhir kuhentak sekuat-kuatnya yang disambut dengan tunggingan pantatnya dan..

“Akhh.. Aku keluar.. Sayang.. Akh. Akh..” erangku melepas spermaku yang muncrat kuat memenuhi rahimnya sampai terasa banjir di seluruh liang vaginanya.
“Okh.. Enaknya..” katanya mengakhiri sisa-sisa orgasmenya.
“Akh.. Sungguh kamu luar biasa Mas..” katanya dengan ekspresi lega di wajahnya.

Sementara penisku masih tertancap di vaginanya dan tubuhku masih menindih tubuhnya yang tengkurap. Setelah kami tenang, kucoba mencabut penisku dari jepitan veginanya yang masih terasa kuat menjepit. Bunyi plok, terdengar katika kepala penisku tercabut dari lubang vaginanya. Kami merubah posisi rebahan di tempat tidur dengan kepalanya bersandar di dadaku.

“Makasih ya ma, belum pernah aku merasa sepuas ini,” katanya bahagia.
“Emangnya suamimu gimana?” tanyaku mencoba menyelidiki.
“Sebenarnya aku nggak mau kita membicarakan itu, cukup kita berdua saja,” Katanya.
“Oke, nggak apa-apa” kataku.

Demikianlah dari siang sampai sore kami melakukannya seolah tidak pernah puas. Benar permintaannya terpenuhi. Jadilah lemas semua badannya ketika pulang tetapi membawa sejuta kenikmatan.

*****

Setelah seminggu kemudian tiba-tiba suatu hari yang masih pagi dia menelponku dan menyuruhku datang ke sebuah kamar hotel. Dan disana dia kudapati dengan wajah yang siap menerkam. Dia dengan cepat menarikku masuk dan langsung menanggalkan semua pakaianku sampai aku kelabakan. Dengan sigap dia menangkap kontolku dan langsung mengocoknya dengan kasar sampai aku merasa sedikit kesakitan. Dengan lahap dikulumnya dan berusaha memasukkan semua ke dalam mulutnya. Karena dipaksakan membuat dia tersedak dan mau muntah dengan air mata yang keluar.

“Jangan buru-buru, aku akan memuaskanmu, tenang saja,” kataku.
“Kirain bisa masuk semua, sudah sampai di tenggorokanku belum masuk juga,” katanya.

Kubuka semua pakaiannya dan kuladeni kemauannya. Dengan agak kasar kuremas dan kusedot susunya sampai dia menjerit-jerit. Puas dengan itu kuangkat dia ke tempat tidur dan kutarik roknya dan celana dalamnya dengan paksa.

“Wow.. Ayohh.. Jantanku.. Puaskan aku!” celotehnya sambil mereganggkan pahanya lebar-lebar.
“Ayohh.. Masukkan kesini!” katanya sambil menangkap kontolku dan mengarahkan ke lubang vaginanya.

Tidak terlalu basah vaginanya kumasukkan kontolku. Karena vaginanya belum begitu mengembang membuat kontolku agak sulit saat masuk. Tapi karena kutau itu yang dia inginkan, kugenjot-genjot vaginanya dengan keras sampai kontolku masuk dengan paksa ke vaginanya.

“Wowww.. Owww..” erangnya dengan tubuh terlonjak-lonjak dan dia semakin binal saja mengimbangi permainanku.
“Ayo.. Aku mau yang cepat.. Ayoo.. Lebih keras.. Hancurkan.. Saja.. Robek punyaku.. Ayohh..” dia semakin meracau ditengah peramainan kami yang sangat cepat.

Sebentar-bentar kuganti-ganti posisi, kuputar-putar tubuhnya, kadang tengkurap kadang terlentang, karena ini memang short time, dengan hentakan penuh tenaga, kuhentakkan pantatku yang membuat penisku merobek vaginanya dan kakinya langsung mencengkram pinggangku tak kalah kuatnya.

Kedua lenganku yang besar memeluk tubuhnya sehingga dada kami merapat. Dengan hentakan penisku ke dalam vaginanya yang kuat, lenganku memeluk tubuhnya dengan kuat dan kakinya menjepit pinggangku menyertai semburan spermaku di liang vaginanya dan juga semburan cairannya menyiram kepala penisku di liang vaginanya.

“Akhh.. Aku keluar.. Akhh..”erangnya.”nikmatnya.. Kontolmu.. Biarkan saja kontolmu tertanam terus di vaginaku, biar saja begini samapai mati,” katanya semakin kacau.

Dengan tempo tinggi dan waktu singkat kami memperoleh orgasme kami yang sangat luar biasa. Ternyata cara-cara spontan seperti ini menimbulkan nikmat yang luar biasa, sungguh sangat nikmat. Setelah tenang kucoba menyelidiki kenapa dia berubah buas begini.

“Ada apa Mbak, kok tiba-tiba saja..” tanyaku.
“Kesal dengan suamiku tadi subuh. Tiba-tiba dia nafsu dan langsung memompaku, saat aku baru mulai on, eh, tiba-tiba dia keluar,” katanya kali ini mau terus terang.
“Kan bisa diulang lagi?” kataku.
“Emangnya seperti kamu? Dia itu sudah keluar langsung mati, belum lagi keluarnya cepat,” katanya, “Makanya sudah lama aku tidak merasakan orgasme karena dia tidak pernah memikirkan apa yang kuharapkan. Untung aku bertemu dengan mu”
“Padahal suamiku tinggi tegap dan tampan lagi, ternyata bukan ukuran di ranjang,” katanya lagi.

Seperti dugaanku, nggak mungkin suami Mbak Diana sembarangan, pasti tampan seimbang dengan keanggunan Mbak Diana sendiri, tapi sayang, di tempat tidur payah.

Akhirnya seharian itu kami bersenggama dengan berbagai posisi dan kukerahkan semua teknik bercinta yang ada di dalam diriku untuk menaklukkannya. Mbak Diana benar-benar memanfaatkan kesempatan itu membalas hasrat yang tadi subuh tergantung dengan suaminya. Ternyata perempuan bisa berubah jadi monster bila nafsunya sudah dipuncak dan tidak tuntas. Oh, pengalaman yang luar biasa dengan wanita yang luar biasa pula yang sebelumnya tidak kusangka sama sekali bisa kusentuh apalagi kusetubuhi.

loading...
loading...

PASANG IKLAN

KRIM KE : @DIPPANHOT01@GMAIL.COM

Popular Posts