Namaku Rendi, seorang spesialis kandungan dokter di rumah sakit negeri di kota S*******G. Umurku 35 tahun tapi aku belum nikah, jangan salah bukan karena aku tidak ganteng tapi pacarku sedang menyesaikan S3 nya di amrik, makanya nungguin dia selesai dulu. Tinggiku 180 cm karena hobiku juga main basket, kulit putih , dan wajah yang bikin cewek pada ngiler. Dengan punya pacar bukan berarti aku ngga “ngobyek” dengan yang lain. Terus terang aku punya beberapa affair dengan dokter wanita di sini atau anak kedokteran yang masih koass. Tentu yang aku pilih bukan sembarangan, harus lebih mudan dan cantik. Sebenernya sudah banyak yang mencoba menarik atiku tapi sejauh ini aku belum mau serius dan kalau bisa aku manfaatin selama jauh dengan pacarku. Sudah banyak yang aku banyak yang aku perdaya tapi…ada satu orang yang membuatku sangat penasaran. Namanya Novi, umurnya sekitar 22 tahun, dia anak koas dari perguruan tinggi negeri dari kota yang sama. Kebetulan aku jadi residennya. Wajahnya cantik dan tatapannya teduh, dia juga berjilbab lebar berbeda dengan anak lainnya, walaupun affairan aku pun sebenernya ada juga yang berjilbab, tapi tidak seperti dia. Tinggi semampai sekitar 165 cm, dengan tubuh yang padat tidak kurus dan tidak gemuk, sesuai seleraku. Jilbabnya pun tidak mampu menutupi lekukan dadanya, aku taksir kalau tidak 36B mungkin 36C. Tutur katanya yang lembut dan halus benar-benar membuatku mabuk. Apalagi dia sangat menjaga pergaulan. Sesekali aku coba berusaha bicara dengannya tapi dia elalu menundukkan wajahnya setiap bicara denganku. Dia pun tidak menyambut tangaku ketika aku ajak untuk bersalaman. Kulit putihnya sangat halus ketika aku coba perhatika di pipi dan ujung tangannya, tahi lalat di atas bibir semakin menambah kesan manis darinya.

Nov…kita makan bareng yuk, aku yang traktir. ujarku berusaha membujuk untuk bisa pergi bareng. Terima kasih Dok…saya dengan teman-teman saja. Ujarnya halus. Jangan panggil Dok…panggil saja kak. “baik Dok…eh…kak”. “tapi terima kasih tawarannya
aku bareng teman saja…”, “kalau begitu sekalian ajak saja teman kamu” setengah berharap dia mau menerima. “terima kasih Dok..eh kak, nanti merepotkan, teman-temanku makannya banyak lho” sahut dia sambil tetap menundukkan kepalanya. Kadang gurauan ringan itu yang tidak pernah aku dapatkan dari pacarku atau teman affair-ku. aku tersenyum kecil mendengar alasannya yang sangat lucu…humoris juga dia, “baiklah…mungkin lain kali”
kataku
“oh ya, jika ada apa-apa masalah administrasi di sini atau masalah kerjaan jangan sungkan bicara aja ya, nanti aku bantu” aku masih berusaha mencari celah.
“Terima kasi pak ehh..kak…saya pamit”
sambil berlalu
AKu perhatikan dari belakang, roknya yang juga lebar tidak bisa menutupi lekukan pantatnya yang bergoyang mengikuti langkah kakinya..perfect…aku menggeleng.

Dia berbeda sekali dengan nita…anak koas 2 tahun lalu yang pernah aku perawani juga. Sama-sama berjilbab walau tak selebar dia. Nita pun awalnya agak jual mahal…walau aku tau dari cara memandangnya dia suka aku. Dengan beberapa rayuan akhirnya aku bisa memerawani dia di sebuah hotel. Tidak dengan paksaan dan sangat mudah. Affair kita berlalu dengan selesainya masa koas dia, juga karena dia tahu aku punya affair juga dengan temannya. Dia berbeda sekali, sulit sekali menaklukannya. Setiap aku melihat dia selalu aku lihat setiap geriknya, senyumnya, tawanya, selalu terbayang. Saat aku sedang melamun tiba-tiba dari arah belakangku ada yang memeluk dan terus menarikku.
“Ngelamun nih…” dengan suara yang diparaukan
“Mhh…Rasya…kamu nih ganggu saja” sambil melepaskan pelukan dia.
“kamu sekarang jarang ke ruangku lagi” rengeknya
Rasya ini sesama dokter di sini, umurnya sekitar 27 tahun dan sudah bersuami. Sayangnya suaminya bekerja di lepas pantai sehingga jarang bertemu dan memberikan nafkah bathin padanya. Memang aku sering ke ruangnya dulu…sekedar bercumbu dengan bumbu oral yang bisa membuat dia melayang. Tapi kami tidak pernah sampai melakukan jauh karena dia pun tidak mau, ya akupun tidak memaksa. Tidak semua affairku selalu aku tiduri…yang penting ada penawaran rindu dan bisa memuaskanku walau tidak sampai melakukan senggama.
“Aku sibuk Rasy…banyak yang melahirkan juga jadi residen” ujarku sambil memegang pinggangnya
“tidak ada waktu untuk aku?…sebentar saja…” lalu dia memagut bibirku dan selanjutnya kamupun bercumbu
Satu persatu aku buka kancing blousenya aku temukan dua gunung kembar yang jarang dijamah pemiliknya. Aku cumbu dan ciumi dengan lembut. Tapi…sepintas aku ingat Novi lagi dan akupun menghentikan aktifitasku. “Kok berhenti…” Rasya pasti sedang mulai terangsang. “Maaf Rasy…aku ga konsen banyak pekerjaan…”. “Ya sudah…” ujarnay tersungut sambil mengancing kembali blousnya terus berlalu.

Sore itu aku sedang membantu persalinan, sengaja aku panggil Novi untuk mendampingiku. Wajahnya senang sekali karena jarang mendapat kesempatan untuk mendampingi dokter saat persalinan seperti ini. Tidak mungkin kan semua masuk, ya aku beralasan yang lain tunggu giliran. DIa berusaha menjadi asistenku dengan baik, saat memebrikan gunting aku sengaja pura-pura tidak tahu menyentuh tangannya…tapi langsung dia tarik. Gagal lagi upayaku…tapi aku sudha senang dengan melihat wajahnya dari dekat selama persalinan itu. Sekeluar dari ruang bersalin “Terima kasih ya kak…jarang ada kesempatan begitu…”. “Kamu mau aku bikin begitu…” sambilku melirik seorang ibu hamil yang kebetulan lewat. “yee…ga lah, makanya cepet cari istri sana…” sambil tersenyum dan berlalu. Aku kaget…kok dia tau ya…

Sore itu langin mendung dan gelap sekali. Hujan mulai turun rintik-rintik, aku memacu FORTUNER ku ke luar ruang parkir. Aku melihat Novi berlari keluar sambil menutupi kepalanya dengan tas agar tidak terkena hujan. “kesempatan”…tin..tin..aku klakson dia. “Mau pulang? bareng aja yuk…kayaknya mau hujan besar nih” selalu saja aku cari kesempatan. “Terima kasih kak…aku naik angkot saja…sudah biasa kok” katanya. hujanpun makin deras
“bener lho…ga apa-apa kok aku antar kamu sampe kos”
“Terima kasih kak, ga enak kalau dilihat orang bisa jadi fitnah”
mhh…gilaa…ini semakin membuatku jatuh cinta sama dia, aku janji dalam hati, kalau saja aku bisa dapatkan dia aku akan putuskan semua affairku, aku benar-benar jatuh cinta pada dia. Tidak berapa lama hujan semakin deras, bahkan aku sulit melihat jalan saking derasnya hujan. Sampai aku tertidur jam 10 malam ini hujan masih juga belum berhenti.

Keesokan harinya, aku harus membantu persalinan lagi dan aku mencari Novi.
“Novi tidak masuk hari ini dok” sahut Rinda teman sekampusnya sambil membedong bayi di ruang bayi
“Dia sakit? aku mau minta tolong bantu persalinan lagi” kataku
“Tidak tau dok…saya tidak dapat kabarnya” sahutnya sambil melihatku dengan sopan.
AKu lihat Rinda manis juga, berjilbab lebar sama dengan Novi, walau tidak secantik Novi, Rinda bisa juga dikatakan high quality. Tingginya paling hanya 155 atau 160 cm, tapi tubuhnya proporsional. Dadanya tidak sampai terlihat betul lekukannya seperti Novi, kulitnya kuning bersih, kacamata yang dia kenakan semakin membuatntya lebih terlihat anggun. Aku pandangi seluruh tubuhnya, berbeda juga dengan Novi, dia tidak sungkan untuk berbicara langsung dan melihatku, walaupun dia juga sama-sama menjaga pergaulan.
“Ya sudah kamu saja ya…bantu saya persalinan…”
dia tersenyum senang “Terima kasih dok…”

Keesokan harinya aku masih belum menemukan Novi. akhirnya aku di bantu Rinda lagi “Kamu tau nomor telepon atau kos Novi Rin..”
“Tidak dok…kita beda kos…kenapa gitu?”
“mhh..atau dokter…hihihi…suka sama dia ya” sahutnya sambil tersenyum
“tidak…cuma dia itu cekatan dan pintar…makanya saya suka sekali kalau diasisteni dia…lagian juga dia ngga akan mau sama aku ini”
“Iya dok…banyak yang sudha mau khitbah dia..tapi dia tidak mau…dia mau selesaikan dulu kuliahnya…dia itu baik dan cantik lagi” sambil mengikuti langkahku di ruang persalinan
“Kamu juga cantik…” aku mulai mengeluarkan racunku, kalau ga dapet yang poin 9 ya minimal 7 atau 8 juga tidak apa-apa. Yang penting aku pengen sekali bisa memerawani wanita berjilbab lebar ini. Karena setauku mereka selalu menjaga diri dan pergaulannya. Tantangan tersendiri untuk aku.
Rinda tidak menjawab, hanya tersenyum sambil menunduk.

Hari keempat baru kulihat Novi datang, namun tak seperti biasanya. Biasanya Novi selalu ceria, kali ini tidak. Wajahnya murung dan tatapannya kosong. Kulihat teman-temannya berusaha bertanya dan berkumpul di sekitarnya. Entah apa yang mereka bicarakan terkadang Novi tersenyum walau getir.

Saat istirahat ku coba dekati. “Kamu sakit Nov?”
“Nggak kak” lemah sekali bicaranya
“Kenapa kamu murung, ada masalah?”
“ah nggak kok” Novi mencoba tersenyum walau aku lihat tidak bisa menutupi kemurungannya. “Ngga ada masalah cuma agak kurang sehat aja, maaf saya mau makan dulu kak” sambil berlalu meninggalkanku.
“Ya sudah kalau kamu ngga apa-apa, kalau kamu butuh bantuan jangan ragu minta tolong ke aku ya”
“iya kak, terima kasih”

Esokan hari-nya hari jum’at, aku berencana pulang agak cepat. Maksudku, aku mau tidur dulu sebelum agak malam nanti aku bangun dan pergi clubbing di club terkenal di kota ini. Ketika aku sedang membereskan buku dan berkas yang aku masukkan ke tas, tiba-tiba pintu kantorku di ketuk, “Silahkan masuk”.
“Maaf, apa saya mengganggu kakak…” aku lihat sesosok wanita dengan kemeja pink berbalut blazer putik khas dokter, jilbab pink dan rok putih. Cantik sekali dia terlihat. Wajahnya sambil agak menunduk walau dia coba beranikan diri melihat wajahku.
“Ada apa Nov, tidak menggnggu kok, saya sedang membereskan berkas” ujarku santai. “Ada yang bisa saya bantu?”
“Kakak besok ada acara?”
AKu tersentak, tumben sekali dia bicara ini. “Tidak…tidak…ada apa? besok aku bebas kok” Aku melupakan janjiku untuk bertemu Dian, passienku yang pernah aku tolong persalinannya. Dia hamil oleh pacarnya, tapi kemudian pacarnya pergi tidak bertanggung jawab. Karena aku yang menolongnya hubungan kamipun dekat, dan tidak perlu dijelaskan detail apa yang kami lakukan, karena bukan inti dari cerita ini, yang pasti kami lakukan dengan aman.
“Saya mau minta tolong, besok aku mau pindah kos, apa kakak bisa bantu bawakan barang”
“Oh…tentu, jam berapa?”
“AKu tunggu di kos ku ya kak, jam 9, sini alamatnya saya tuliskan dulu” Novipun menuliskan alamat pada secarik kertas di atas mejaku, aku terus memandanginya tanpa berkedip. perfect girl.
“Terima kasih kak, maaf sekali saya sudah merepotkan” sambi memberikan kertas kepadaku, sedikit nakal aku pura-pura tidak sengaja menyentuh tangannya. lembut sekali dan…tak seperti biasanya dia menarik tangannya, kali ini dia membiarkan tanganku menyentuh tangannya.
Novi pun berlalu sambil meninggalkan gerak pinggul yang sangat menarik, “aku harus memilikinya”. Aku segara batalkan semua agenda dan janjiku, aku segera tidur dan tidak sabar menunggu datangnya esok. Saat pertama kali berdua dengan dia.

Esokan harinya aku datang tepat waktu di alamat yang sudah diberikannya. Sebuah rumah kos yang cukup besar walau agak tua, bangunan inti pemilik rumah ada di depan, sedangkan bagian depannya gedung baru berlantai 2 dengan pola bangunan khas tempat kos. Aku lihat beberapa orang berkumpul dihalaman depan juga Novi dengan mengenakan jilbab putih, kemej biru dan rok panjang biru donker.

“Kenapa pindah nduk…padahal ibu seneng kamu di sini, kamu suka bantuin ibu”
kata seorang wanita berumur lebih dari separuh baya.
“iya bu…aku mau cari suasana lain aja, supaya aku bisa tenang bikin laporan”
“Kalau kak Novi ngga ada, kalau diantara kita ada yang sakit siapa yang bantuin” seorang wanita muda yang aku tebak masih maha siswa juga menimpali.
Novi tersenyum sambil mengacak-acak rambut teman kosnya itu “kamu boleh kok main ke sana”. “Bu, kenalkan ini dokter Budi, yang bantuin saya pindahan” sambil mengenalkan aku, tanpa sedikitpun mengenalkan aku pada seorang pria tua yang ada di sebelah ibu kosnya itu. Sama sekali wajahnya tidak bersahabat.
“Oala aku kira bojo mu nduk…gantenge…” ku tersenyum dalam hati mendengarkan ucapan ibu kosnya itu
“ah ibu bisa aja…” Novi tersipu. Aku berharap itu menjadi nyata, dan tidak hanya menjadi pacarnya tapi aku bisa mengambil semuanya dari dia.
Semua temannya berusaha membantu memasukkan kardus ke dalam fortunerku, tidak lama hanya 1 jam semua barang sudah dimasukkan.

Kami pun segera pamit, pertama kali dia duduk bersebelahan denganku. AKu menancap gas stelah sebelumnya melambaikan tangan dulu pada ibu kos itu dan teman-temannya, wajah pria tua yang aku kira adalah suami dari ibu kos itu masih tetap tidak bersahabat. Mataku coba melirik nakal padanya, tatapannya kosong melihat pemandangan di sekitar jendela. Lekukan dadanya begitu nampak dan close up di hadapanku, napasnya naik turun semakin membusungkan dadanya yang tertutup jilbab putihnya. Rok biru donkernya berbahan lembut, sehingga gampang jatuh, aku lihat bagian tengah rok antara kedua pahanya jatuh ke paha sehingga menampakkan bentuk pahanya yang jenjang dan penuh. Novi masih menikmati pemandangan sisi jalan dan tidak sadar kalau aku memperhatikan tubuhnya. Aku memacu mobil menuju alamat yang sudah dia beritahukan sebelumnya.

Di perumahan itu, rumah type 21 yang dia tempati. Luas tanahnya masih sangat luas belum termaksimalkan. Sisi kanan kiri rumah masih kosong dan membuat jarak dengan rumah disampingnya. Aku pun segera membantu menurunkan barang dan membereskan barang di rumah tersebut, hanya berdua. aku pandangi wajahnya, perhatikan tiap lekuk tubuhnya yang membuat penisku tagang.
Sore itu aku mandi di rumah kontrakannya, aku tidak pernah lupa membawa alat mandi di mobilku. begitu juga Novi yang mandi sebelum aku, meninggalkan bau harus menyengat di kamar mandi.
“Kak, makan malam di sini saja ya, sudah aku masakkan” tawarnya
“Baik lah, pasti masakannya enak sekali” timpalku, padahal aku masih ingin berlama-lama dengan dia
Selepas makan malam kami pun bercengkrama. Semua barang telah kami rapihkan bersama, hari itu aku habiskan waktu bersama. “Akhirnya selesai juga ya Nov, capek juga ya
” sahutku mencoba mencairkan suasana, sambil duduk di sebelahnya yang sedang mengupaskan mangga untukku. Novi tersenyum manis sekali, “Iya kak, kakak capek ya, mau aku suapin manggana?”
aku kaget dengan tawarannya aku berusaha tenang “boleh”
Dia pun memberikan mangga yang ada ditangannya, dengan nakal aku coba melahap mangga sampai ke jarinya, sehingga bibirku menyentuh jarinya. Dia tarik jarinya dari mulutku pelan sekali, sembil tersenyum. “oh god…sweet” ujarku dalam hati. “Mangganya manis…apalagi sambil lihat kamu” aku memancing. Novi hanya tersenyum, “mau lagi?” tawarnya, akupun mengangguk. Suapan kedua ini jarinya lebih lama berada di dalam mulutku. Sengaja tidak aku lepaskan dan si empunya jari lentik itu tidak keberatan, dia hanya diam menunggu. Tangan kiriku menyentuh tangan kanannya itu lembut, dia tidak menolak. aku tempatkan telapak tangannya yang lembut di pipiku, sambil menatap wajahnya. Wajahnya bersemu merah. Mata kami saling menatap, wajah kami semakin mendekat…dekat dan dekat…sehingga aku rasakan nafasnya menentuh wajahku. Tangan kananku meraih dagunya yang lembut seolah tidak ada tulang di dagunya itu. sedikit aku tarik dagunya sehingga bibirnya terbuka, sengal nafasnya bisa aku rasakan. Ini mungkin rasanya seorang wanita yang pertama kali melakukan kissing, wanita yang selama ini berusaha menjaga kehormatannya dan tidak pernah disentuh siapapun sebelumnya. Matanya terkatup, cantik sekali dia malam ini. Akupun mendekatkan bibirku dengan bibirnya, aku pagut lembut…dia tidak membalas juga tidak menolak. Kembai aku pagut bibirnya, lembut dan manis kurasakan. ku pagut bibir ats dan bawahnya bergantian. Kali ini dia mulai merespon, dia membalas pagutantu dengan memagut bibirku juga, basah dan indah. Pagutan kami semakin liar, aku pindahkan kedua tanganku disamping wajahnya dengan posisi jari jempol menempel ke pipinya yang lembut. Keempat jariku berada di bawah telinganya yang masih tertutup jilbab. aku semakin menarik wajahnya mendekatiku, kecupanku semakin liar yang aku yakin membangkitkan gairahnya. “mhh…ummm….aummmmm…” bergantian kami mengecupi bibir kami. Kini tangan kiriku melingkari leher hingga kepundak belakangnya, sedangkan tangan kananku menyusup melalui bawah jilbab putihnya yang lebar kemudian mencari gundukan lembut tepat di dadanya. Tangan kananku menyentuh sebongkah gundukan lembut yang masih tertutup bra. “Mhh…payudara yang snagat indah” tangan kananku pun mulai meremas lembut payudara itu. “ehhhmmm…mhhmhh…mmhhhhh” Novi kaget dan mendesah sambil tetap berpagutan dengan bibirku. Sekiatr 2 menit meremas remas dada kirinya, tangan kananku mencoba mencari kancing kemejanya. Dan ku buka satu demi satu hingga meninggalkan beberapa kancing bagian bawah yang tetap terpasang. Tangan kananku lebih aktif lgi masuk ke dalam kemejanya, benar saj, gundukan itu sangat lembut, ketika kulit tanganku bersentuhan dengan kulit payudaranya yang halus sekali. tanganku menyusup diantar bra dan payudaranya, meremas lembut dan sesekali memilin putingnya yang kecil dan nampak sudah mengeras. “mhhh…ummmmm,….aahhh,…mmhh…..mmmm….mmmmphh….” mulutny atreus meracau mencoba menikmati setiap remasanku, matanya masih saja terpejam seolah dia tidak mau melihat kejadian ini atau dia sedang berusaha benar-benar meresapi rangsangan yang aku buat.

AKu tarik pundaknya sehingga tubuhnya terbaring ke samping kiriku, dan aku pun menarik bibirku dari bibirnya dengan sedikit suara kecupan yang menggambarkan dua bibir yang sudah lengket dan sulit dilepaskan. “mhuachh…aahhh” wajahnya memerah dan matanya masih terpejam, cantik sekali. Kini tangan kananku mengangkat jilbabnya ke atas, memberikan ruang agar kepalaku bisa masuk kedalamnya. AKu mencium bau harum dari keringatnya yang mulai mengalir. Dalam keremangan aku milihat leher jenjangnya yang putih dan halus, tanpa membiarkan waktu berlalu aku segera mengecupnya lembut dan kecupanku semakin ganas di lehernya “aahhh….eengg…ehhhh…aahhh….aaahhh….” mulutnya tak berhenti meracau. Tangan kananya meraih belakang kepalaku dan menekankan kepalaku agar semakin menempel di lehernya, sedangkan tangan kirinya mendekap punggungku. Untungnya jarang rumah ini dengan rumah sebelah lumayan jauh, sehingga desahan kami tidak terdengar oleh rumah sebelah. Aku tidak lupa meninggalkan cupang di lehernya, lalu ciumanku pun turun ke dadanya. Tangan kananku mencari sesuatu di balik punggungnya, ya kait bra. Setelah aku dapatkan langsung aku lepaskan. Terlepaslah bra yang selama ini menutupi keduap payudara indah itu agar tidak meloncat keluar. lalu tangan kananku menarik bra agak ke atas ke leher Novi, sehingga terpampang dua gunung kembar yang sangat mengagumkan. Benar saja 36C. Aku mulai mencium payudara kanan novi, aku lakukan masih di dalam jilbabnya, dan akupun tidak melepas semua kancing kemejanya, sehingga tidak semua bagian tubuhnya terlihat. Namun, itu membuat sensasi percintaan semakin terasa, tangan kananku sibuk meremas payudar akananya yang saat ini sudha tidak berpenutup lagi. “aaahhhh…kaaakk….ahhh…..mhhh…kak…..aduuhh…..mhh….. ” Novi tidak kuat menahan rangsangan ini, kepalanya menggeleng ke samping kanan dan kiri, tangan kanannya semakin kuat membekap wajahku ke arah dadanya. Kini tangan kananku melepas remasan di dadanya, mulai turun ke bawah, menyentuh kakinya yang masih ber kaos kaki. tangan kananku menarik roknya menyusuri betis yang tertutup kaos kaki panjang hampir selutut, setelah itu tanganku menemukan kulit halus yang putih. Tangan kananku menyusuri paha kirinya dan membuat roknya terangkat sebatas perut. tangan kananku membelai-belai paha kirinya dan ciumanku sekarang sudah mendarat di payudara kirinya. “ahhh…kaaaakkk….kakaaa….kk…ahh…”, nafas Novi semakin tersengal-sengal, aku tidak lupa meninggalkan cupang juga di payudara kirinya yang sangat lembut. Penisku semakin tegang.

Lalu aku tarik wajahku dari dadanya, aku duduk di samping tubuhnya yang terbaring. Bulir keringat mulai membasahi wajahnya yang putih, nafasnya tersengal, matany amasih terpejam, bibirnya terbuka sedikit. Rok bagian kiri sudah terangkat sampai ke perut, menyisakan pemandangan paha putih jenjang nan indah, namun betisnya tertutup kaos kaki yang cukup panjang. Tangan kananku masuk ke bawah kedua lututnya, tangan kiriku masuk ke dalam lehernya, aku pun memagutnya lagi dan dia faham apa yang aku maksud. Dia kalungkan kedua tangannya ke belakang kepalaku. “Jangan di sini ya sayang…kita masuk saja ke dalam…” ujarku sambil mengangkatnya, birbir kami tak henti berpagutan. Lalu aku rbahkan tubuhnya ke kasur busa tanpa dipan khas milik anak kos. nafasnya terus tersengal, kedua tangannya meremas kain sprei kasurnya itu. Kini aku berada di kedua kakinya, aku coba tarik roknya sampai sebatas perut dan aku kangkangkan kakinya. Ciumanku mendarat di bagian bawah perut, “eenngg…ahhh…” aku tau dia merasa geli dan terangsang hebat, sambil kedua tanganku mencoba menurunkan celana dalamnya. Gerak tubuhnya pun tidak menggambarkan penolakan, bahkan dia agak mengangkat pantatnya ketika tangan ku mencoba melepas celana dalamnya sehingga mudah melewati bagian pantan dan tidak berapa lama terlepas sudah celana penutup itu. Vagina muda berwarna pink yang sangat indah, ditumbuhi bulu halus yang rapih tercukup. Baunya pun sangat wangi. Tapi aku tidak ingin buru-buru, aku ingin Novi membiasakan suasananya dulu. ciumanku jatuh ke pahanya, ke bagian sensitif paha belakang sambil mengangkat kakinya ke atas. lalu pada sat yang tepat aku mulai turunkan ciumanku di antara selangkangannya. “kaakk…ahh…”, aku mencoba menjilati bagian luar vaginanya dari bawah ke atas, vagina itu mulai lembab dan basah. Lalu aku renggangkan lebih luas lagi kakinya, dan aku sibak labia mayoda dan labia minora vaginanya, aku temukan lubang ke wanitaan yang masih sempit namun berwarna merah seakan bekas luka atau lecet. AKu tidak mempedulukan, karena aku melihat cairan bening meleleh dari dalam lubang kewanitaan Novi, lalu aku jilati dan lidahku pun nakal mencoba masuk ke dalam lubang kewnitaan itu, terus mencari dan mencari…lalu kecupanku pindah ke atas menemukan benjolan kecil tepat di bawah garis vagina atas, aku gigit-gigit kecil, aku cium aku sedot, tidak ketinggalan tangan kananku mencoba sedikit demi sedikit masuk ke vaginanya. “aahhhhh…uuhhh….mhh….phhh…ahhh…akakak…aahh..kakak… aduuhh…aaahhh…ahhh…” kepalanya bergeleng tidak teratur ke kanan dan kekiri, kedua tangannya semakin kuat menggenggam sprei yang dikenakan pada kasur busa tersebut. ciumanku semakin kuat dan ganas, cairan kewanitaan semakin deras keluar dari lubang kewanitaan Novi. secara bergantian lidahku merangsang lubang vagina dan clitoris, dan tangan kananku pun tidak tinggal dia. Jika lidahku sedang merangsang klitoris maka jari tangan kananku berusaha meransang pubang vagina, juga ketika lidahku bermain-main dan mencoba masuk lebih dalam ke lubang vagina, jempol tanganku merangang dengan menggesek dan menekan-nekan clitoris Novi. “aaahhh….aaaaa…uuuu…enhhhh…eeemmm…ahh…aaaa….” Tangan kananya sekarang meremas-remas rambutku dan menekan kepalaku agar lebih dalam lagi mengeksplorasi vaginanya.

sekitar 15 menit aku mengekplor vaginanya, dia menjambak rambutku dan kemudian mendorongku. Sekarang posisi kami sama-sama duduk, nafasnya tersengal-sengal tapi sekarang dia berana membuka matanya menatapku, keringat mengucur dari tubh kami. Tiba-tiba bibirnya langsung menyerbu bibirku, ciuman kali ini amat liar terkadang gigi kami beradu, lidah kami saliang bertukar ludah, lidahku coba masuk ke rongga mulutnya, menjilati dinding-dinding mulutnya. AKu sangat kaget ketika tangannya menarik kaosku ke atas, melewati mulut kami yang tengah beradu, kemudian ciumannya turun ke leherku dan ke dadaku. Tanganya tidak berhenti sampai di situ, dia mulai membuka ikat pinggang celanaku, saat bibirnya masih menciumi dadaku, tangannya menurunkan celanaku dan kemudian celana dalamku. Penisku yang diameternya 6 cm dan panjangnya hampir 20 cm mengacung tegak, kini tangan kananya menggengam penisku, aku pun berdiri dan kini wajah ayunya berada di depan penisku hanya beberapa senti saja. ku lihat dia menelan ludah, apa mungkin dia kaget dengan ukuran ini atau mungkin dia masih ragu melakukan ini. Aku pegang kepalanya yang masih menggunakan jilbab putih yang mulai kusut. kudekatkan penisku dengan bibirnya, bibirnya masih terkatup ketika ujung penisku menempel pada bibirnya, mungkin dia masih bingung apa yang dilakukannya. “Kulum sayang…ciumi sayang…ayo…” lalu dia buka bibirny
a sedikit dan mencium ujung penisku, kaku, tapi menimbulkan sensasi yang dahsyat, selain karena bibirnya yang lembut, hangat dan basah menyentuh ujung penisku, melihat seorang wanita yang masih berpakaian lengkap dengan jilbabnya itu hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. “cuup..mppuhmm..uhhmm…” bibirnya berkali-kali mengulum ujung penisku, sedikit-demi sedikit kulumannya semakin masuk. AKu lihat dia masih kaku dan belum lihat melakukan itu, tapi bagiku sensasi luar biasa. “mhhh…aauuuummm…uummhh”
akhirnya mulutnya berani memasukkan penisku, walau tidak sampai masuk semua, karena penisku terlalu panjang dan itu akan menyakitkannya. “shh…ahh…terus Vi…keluar masukin…” Novipun mengikuti perintahku dia memaju mundurkan kepalanya. “aahh…sayang…terus”…”mhh..uhmmhh..cuuupp..muuh” Novi terus melakukan aktifitasnya. hanya 5 menit lalu dia berhenti, “Kak…Novi ngga tahan…” diapun menarik tubuhku dan aku kini sama-sama duduk berhadapan. Aku tahun, dia dalam kondisi puncak, dia tidak dapat lagi menahan libidonya, akupun merebahkannya dan menindihnya. AKu regangkan kedua kakinya. Novi tampak pasrah dia memandangiku dan memperhatikan penisku yang tepat dihadapan vaginanya. Aku lupa sesuatu, segera ku raih celanaku yang tercecer di samping dan mengambil sesuatu di dompet. Ya, aku selalus edia kondom di dompet setelah ku buka dan akan kupasangkan, Novi menampik tanganku “ngga usah pake itu kak…aku ingin jadi milik kakak seutuhnya” aku tersentak dengan ucapannya “Kamu yakin Nov?” Novi mengangguk.

Kini kuarahkan ujung penisku mendekati lubang kewanitaannya “Tahan ya Vi…agak sakit…” Tangan kananku menggenggam batang penis dan digesek-gesekkan pada clitoris dan bibir kemaluan Novi, hingga Novi merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Aku terus berusaha menekan senjataku ke dalam kemaluan Novi yang memang sudah sangat basah itu.

Pelahan-lahan kepala penisku menerobos masuk membelah bibir kemaluan Novi. “Tahan kaak…sakii..t” dia merintih sambi menggigit bibir bawahnya. Aku pun menghentikan kegiatanku sementara, sambil menunggu aku maju mundurkan kepalpenisku ke bibir kemaluannya supaya bibir kemaluannya mulai menyesuaikan. Matanya masih terpejam dan terus menggigit bibir bawahnya, nafasnya tersengal. Sedikit demi sedikit aku masukkan kembali, pelan tapi pasti. Setiap penisku masuk novi melengguh menahan sakit. Vaginanya masih sempit tapi tanpa halangan penisku mulai masuk ke dalam. Dengan kasar Aku tiba-tiba menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku menempel ketat pada pinggul Novi. Dengan tak kuasa menahan diri dan berteriak, mungkin sakit. Dari mulut Novi terdengar jeritan halus tertahan, “Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh…sakii…t..kaak..”, disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Novi mencengkeram dengan kuat pinggangku.

Beberapa saat kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat dan bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut. Novi berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penisku pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas meja. Novi mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub. Novi berusaha bernafas dan …:” “kaa..kk…, aahh…, ooohh…, ssshh”, sementara aku tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.

Novi sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Aku menggerakkan tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya. Setiap kali aku menarik penisnya keluar, dan menekan masuk penisku ke dalam vagina Novi, maka klitoris Novi terjepit pada batang penisku dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penisku yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Novi menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Sementara tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur, Tanganku merengkuh punggungnya yang melengkung menahan nikmat, kemudia aku sibak jilbabnya dan terlihat dua payudara indahnya yang masih sembunyi dibalik kemeja yang sudha terbuka kancing bagian atasnya, branya pun sudha tersingkap ke atas menambah sensualitas pemandangan saat itu. Aku tarik punggungnya sehingga maskin melengkung ke atas, aku pun terus bermain-main pada bagian dada Novi dan Mencium dan kanag menggigit kedua payudara Novi secara bergantian. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi aku terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.
Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil, “Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”. Gadis ayu itu Semakin erat mendekap kepalaku agar semakin rekat dengan payudaranya, aku tahu pelukan itu adalah penyaluran dari rasa nikmat dan klimaks yang mungkin sebentar lagi dia rasakan. Kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan…, akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Novi terkulai lemas tak berdaya di atas kasur dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana penisku tetap terjepit di dalam liang vaginanya. Itu lah pertama kali dia merasakan indahnya orgasme.

Selama proses orgasme yang dialami Novi ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan olehku, dimana penisku yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Novi dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisku serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha penisku, terlebih-lebih pada bagian kepala penisku setiap terjadi kontraksi pada dinding vagina Novi, yang diakhiri dengan siraman cairan panas. Perasaanku seakan-akan menggila melihat Novi yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnku.

Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Aku membalik tubuh Novi yang telah lemas itu hingga sekarang Novi setengah berdiri tertelungkup di dipan dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arahku. Aku ingin melakukan doggy style, tanganku kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Novi yang kini menggantung ke bawah, tangunku menyusup lewat kemeja bagian bawah. Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku menggosok-gosok kepala penisku yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam vagina Novi dan menempatkan kepala penisku pada bibir kemaluan Novi dari belakang.

Dengan sedikit dorongan, kepala penisku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Novi, novi melengguh agak kencang..”aahhgg….” ketika penisku mulai menyeruak ke dalam vaginanya lagi. Kedua tanganku memegang pinggul Novi dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Novi tidak terletak pada dipan lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada kasur. Kedua kaki Novi dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Novi ke arahku, berbarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar dari mulut Iffa, “Oooooooh…aahh…shhh…ahh….!”, penisku tersebut terus menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan Aku terus menekan pantatnya sehingga perutnyaku menempel ketat pada pantat Novi yang setengah terangkat. Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan merasakan penisku terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang vagina Novi yang ketat itu. “Ahh…ahhh…aahh…kak..a.duuu..hh…mhh…teruss…” mulutnya terus mengaduh, tanda nikmat tiada tara yang dia rasakan. Tubuhny amaju mundur terdorong desakan penisku. Karena bagian pantat lebih tinggi dari kepala sehingga kemejanya turn ke bawah memperlihatkan pungguh mulus dan putih yang sebelumnya tidak pernah dilihat siapapun. Tangannya sambil terus meremas seprei dan merebahkan kepanaya di kasur. “shhh…ahh..kakk…aahh..aduuhh…kak….” semakin kencang teriakannya semakin menunjukkan kalau dia akan merasakan klimaks untuk kedua kalinya. AKupun mempercepat doronganku. “terus..kak…ahh…jangan berhenti…ahh…kak,…” Novi meracau semakin tidak karuan. dan….diapun mendongakkan kepalanya ke atas disertai lengguhan panjang “aaaaaaa……….hhhhhh….” dia klimaks untuk kedua kalinya. AKu cabut penisku dari lubang vaginanya, aku lihat cairan bening semakin banyak meleleh dari vaginanya. Tubuhnya melemas dan lunglai ketika aku lepaskan. Navasnya tersengal, pakaian dan jilbabnya kusut tak karuan. Keringat membuat pakaian dia yang tidak dilepas sama-sakeli menjadi basah. Namun dia memang wanita yang pandai merawat tubuhnya, bahkan keringatnya pun harus sekali baunya.

Setelah aku biarkan dia istirahat beberapa menit sambil meresapi orgasme untuk keduakalinya. Kemudian Aku merubah posisi permainan, dengan duduk di sisi tempat tidur dan Novi kutarik duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku. Aku menempatkan penisku pada bibir kemaluan Novi yang tampak pasrah dengan perlakuanku, Lalu aku mendorong sehingga kepala penisku masuk terjepit dalam liang kewanitaan Novi, sedangkan tangan kiriku memeluk pinggul Novi dan menariknya merapat pada badanku, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penisku menerobos masuk ke dalam kemaluan Novi. Tangan kananku memeluk punggung Novi dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Novi melekat pada badanku. Kepala Novi tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat bibir Novi yang agak basah terbuka itu.

Dengan sisa tenaganya Novi mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga penisku seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya sampai terasa di perutnya. Karena stamina yang sudha terkuras dengan dua klimaks yang didapatnya, goyangan Novis emakin melemah. Aku pindahkan kedua tanganku ke arah pinggannya dan tanganku mulai membantu mengangkat dan mendorong pinggul Novi agar terus bergooyang. Aku ihat penisku timbul tenggelam dibekap lubang vaginanya yang hangat. Rintihan tak pernah berhenti keluar dari mulutnya. “shh…ah…sshhh…ahhh..” Goyangannya teratur, setelah sekian lama dengan posisi itu, novi mulai bangkit lagi libidonya, dengan tenaga sisa dia mulai membantu tangaku dengan menggerakkan pinggulnya lebih cepat lagi. Kedua tangannya kini merangkul kepalaku dan membenamkannya ke kedua gunug kembarnya yang besar dan halus. Aku tahu dia akan mengalami klimaksnya yang ketiga. Aku kulum dan lumat payudaranya, kepala novi menengadah merasakan nikmat yang tiada tara atas rangsangan pada dua titik tersensitifnya. Tak berselang kemudian, Novi merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya. Terus…, terus…, Novi tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, Novi tak peduli lagi, “Aaduuuh…, eeeehm..ahh…kaa..kk…aahhh…”, Novi memekik lirih sambil menjambak rambutku memeluknya dengan kencang itu. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku.

Kemudian kembaliku gendong dan meletakkan Novi di atas meja dengan pantat Novi terletak pada tepi dipan dan kasur, kedua kakinya terjulur ke lantai. Aku mengambil posisi diantara kedua paha Novi yang kutarik mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun penisku ke dalam lubang vagina Novi yang telah siap di depannya. Aku mendorong penisku masuk ke dalam dan menekan badannya. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Novi yang terkapar lemas dan pasrah terhadap apa yang akan aku lakukan.

Badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penisku. Novi benar-benar telah KO dan dibuat benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram Sprei. Dan aku sekarang merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam penisku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung penisku. Aku mengeram panjang dengan suara tertahan, “Agh…, terus”, dan pinggulku menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah pelirku menempel ketat dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam liang vagina Novi. Dengan suatu lenguhan panjang, “Sssh…, ooooh!”, sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maninya ke dalam vagina Novi. Ada kurang lebih lima detik aku tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan Novi yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu semprotan hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke seluruh rongga vaginanya.

Aku melihatnya lemas dengan jilbab dan pakaian yang sudah nggak keruan bentuknya lagi. aku melihatnya menunduk sedih sambil menangis. AKu faham, gadis seperti dia tidak mungkin mudah untuk melakukan hal ini, tapi kali ini aku benar-benar membuatnya tak berdaya dan mengikuti nafsu duniawi. “Kak…” dia membuka perakapan ditengah hening kami menikmati pertempuran yang baru saja selesai. “Ya sayang…” sambil ku peluk dia.
“Kakak mau tanggung jawab kan?”

“Kakak mau menikahi Novi kan?” parau suaranya terdengar
Aku tersentak aku tak menyangka kalau dia langsungmengatakan itu. Tapi aku benar-benar tidak tega melihat kondisinya yang sudah menyerahkan semuanya kepadaku. Aku pun ingin memilikinya dan mengakhiri semua kebiasan burukku. AKu berjanji meninggalkan pacarku kalau dia mau menikah denganku, kenyataannya sekarang itu sudah di depan mata.
“i..iya..Nov…kakak akan tanggung jawab…kakak akan menikahi kamu” sahutku. Dalam wajah sedihnya kuliah bibirnya menyunggingkan sedikit senyum. Dan kamipun tertidur dengan saling memeluk seakan berharap agar pagi tak segera hadir.


Namaku Indra, dan ini ceritaku saat masih 18 tahun. Saat berangkat keyogya untuk kuliah aku bertemu dengan Bu Denok dan Pak Jerry suaminya. Bu Denok adalah mantan guruku saat SMP dulu. Setelah bercerita panjang lebar mereka menawarkan padaku untuk tinggal ditempat mereka selama aku kuliah. Setelah mendapat ijin orang tuaku, akupun menerima tawaran baik mereka karna aku memang tidak punya kenalan diyogya.

Setelah sebulan tinggal bersama aku tahu kalau Pak Jerry yang bekerja diluar pulau sering sekali berangkat, sementara kedua anaknya lebih memilih tinggal bersama neneknya dikalimantan untuk mernyelesaikan pendidikan dasar mereka. Aku sering melihat Bu Denok melamun sepulang dia dari mengajar disekolah. Bu Denok juga sering cerita Namaku Indra, dan ini adalah ceritaku saat masih berumur 18 tahun. Saat berangkat ke Yogya untuk kuliah aku bertemu dengan Bu Denok dan Pak Jerry suaminya. Bu Denok adalah mantan guruku saat SMP dulu. Setelah bercerita panjang lebar mereka menawarkan padaku untuk tinggal di tempat mereka selama aku kuliah. Setelah mendapat ijin orang tuaku, akupun menerima tawaran baik mereka karena aku memang tidak punya kenalan di Yogya.

Setelah sebulan tinggal bersama aku tahu kalau Pak Jerry yang bekerja diluar pulau sering sekali berangkat, sementara kedua anaknya lebih memilih tinggal bersama neneknya dikalimantan untuk mernyelesaikan pendidikan dasar mereka. Aku sering melihat Bu Denok melamun sepulang dia dari mengajar disekolah. Bu Denok juga sering cerita panjang lebar padaku tentang kesepiannya dirumah selama ini. Dan aku selalu menjadi pendengar yang baik.

Dibalik sikap baik yang kuperlihatkan, terpendam hasrat yang ada sejak SMP dan tumbuh lagi sejak pertemuan kembali dengan Bu Denok sekarang. Waktu SMP dulu aku paling bersemangat jika pelajaran Bu Denok, selain cara mengajarnya yang enak aku bisa mengintip BH yang dia gunakan. Antara kancing didada dan kerah lehernya terdapat celah yang sering terbuka, sehingga jika diperhatikan secara teliti, orang pasti bisa melihat pakaian dalam yang ia gunakan. Dan selama penagamatanku Bu Denok selalu memakai BH warna Hitam.

Itu selalu menjadi santapanku setiap mata pelajarannya. Bahkan aku selalu memperhatikan gerak-geriknya selama disekolah. Waktu itu usianya 31 tahun, dengan wajahnya yang putih dan bentuk tubuhnya yang menawan membuatku selalu menjadikannya sebagai objek hayalan jika onani. Sekarang diusianya yang ke 36 tdak terlihat kalau Bu Denok telah memiliki 2 orang anak yang sudah SMP. Malah menurutku ia terlihat lebih menawan, terutama pada bagian pinggul dan dada ukuran 36 B yang lekukannya semakin terbentuk. Itu semua karena program BL yang diikutinya tiap senin dan kamis sore.

Awalnya aku cuma mengkhayalkan tubuh Bu Denok jika sedang bermasturbasi. Kemudian aku melakukannya sambil memegang CD dan BH hitam milik Bu Denok, sampai akhirnya aku berani menguping jika Pak Jerry yang pulang dan sedang bercinta denagn Bu Denok. Sambil mendengar desahan dan erangan erotis dari dalam kamar, tanganku asik mngocok batang kontolku yang lumayan besar. Dan bila sudah keluar kubersihkan dengan CD atau BH Bu Denok yang akan dicuci besok.

Akhirnya muncul niatku untuk mencicipi lubang vagina Bu Denok yang pasti sangat keset dan terawat. Aku melakukannya setelah 4 bulan tinggal disana, saat itu hari kamis dan suaminya sudah berangkat seminggu. Aku menunggu didalam kamar sambil membayangkan "malam pertama" yang akan kulalui bersama Bu Denok. Saat dia pulang dari BL aku membukakan pintu rumah.
"Sore Ndra.. baru pulang?" Sapanya ramah dan tersenyum padaku.
"Iya Bu.. baru aja" Balasku sambil mengangguk.
Kemudian dia pergi kedapur membuat segelas susu lalu diletakkan datas meja makan. Kemudian ia masuk kamar untuk mandi. Saat dia mandi, kumasukkan serbuk tidur yang kubeli di apotik kedalam susu yang akan diminumnya.

Sekitar 45 menit kemudian Bu Denok keluar dari kamar, ia menggunakan daster motif bunga warna biru dengan panjang selutut tanpa lengan dengan belahan dada yang agak rendah, sehingga jika dia agak membungkuk belahan payudaranya yang indah akan tampak jelas terlihat olehku. Setelah mengambil susu di atas meja dia duduk menemaniku menonton TV di ruang tengah.
"Ada berita apa Ndra?" Tanyanya sambil meminum susu.
"Biasa Bu.. politik gak ada habis-habisnya" Sahutku sambil mencuri pandang keketiaknya.
"Bapa ada nelepon gak?"Tanyanya lagi sambil menghabiskan susu di gelas.
"Belum Bu, mungkin masih ngelonin istri baru" Candaku.
"Nakal ya.." Tegurnya sambil mencubit pinggangku.
Aku tidak menghindar karena dengan itu aku bisa melihat belahan dadanya yang seperti ingin melompat dari dalam dasternya.

Sekitar 5 menit kemudian Bu Denok mulai menguap dan kepalanya mulai jatuh karena sangat mengantuk.
"Ndra ibu tidur duluan.. Gak tau kok ngantuk banget hari ini" Pamitnya.
"Mungkin tadi terlalu diforsir tenaganya Bu" Sahutku dengan tersenyum.
Kemudian Bu Denok masuk kamar dan menutupnya. Setelah 10 menit menunggu aku mulai beraksi, kuketuk pintunya pelan tiga kali lalu kupanggil namanya, tak ada jawaban. Kuulangi sekali lagi tetap tak ada jawaban, kuputar pegangan pintu dan kubuka dengan sangat perlahan dan kututup keras-keras. Bu Denok tidak bereaksi di atas kasurnya.

Kulihat jam dinding, 18:13 masih banyak waktu pikirku. Aku naik keatas kasur lalu ku perhatikan wajahnya, cantik sekali. Kucium bibirnya dengan lembut, lalu kujilati wajahnya sampai basah kemudian ciumanku turun kelehernya. Kusapu sekeliling lehernya dengan jilatan dan sedotan hingga memerah. Setelah puas kuturunkan kepalaku kedadanya, walau masih berpakaian lengkap tapi bisa kurasakan kekenyalan sepasang payudara yang indah itu. Kedua tanganku secara perlahan tapi pasti meraih kedua bukit kembar itu lalu mengusapnya dengan lembut sementara kepalaku turun keselangkangnnya. Dibalik kain daster itu tercium aroma kewanitaan yang sangat merangsang.

Kuhirup puas-puas wangi yang memabukkan itu, sehingga mengakibatkan remasan-remasan yang kulakukan kepayudara Bu Denok menjadi kasar dan tak terkendali. Tarikan napasku semakin berat seiring dengan hasrat yang semakin menggebu. Kemudian aku membuka semua pakaian yang mnelekat ditubuhku, dan menutup mataku dengan kain. Setelah itu kubuka daster yang dikenakan oleh Bu Denok kemudian kuatur posisi tubuhnya, Kedua tangan di atas kepala dan kaki yang membuka lebar. Lalu kubvka kain penutup mataku, pemandangan yang erotis dan menantang langsung terlihat dihadapanku. Tubuh Bu Denok yang tergolek lemah dan tak berdaya kini hanya ditutupi oleh BH hitam pada payudaranya yang montok dan CD pink yang menggembung pada selangkangannya. Batang penisku semakin tegak mengacung siap perang.

Kudekati tindih tubuh Bu Denok yang tergolek lemah dan pasrah itu. Kucium bagian payudaranya yang tak tertutup BH, lalu tanganku menelusup kedalam BHnya dan meraih salah satu puting susunya kemudian memilin-milinnya. Dengan napas yang makin memburu kusingkap BHnya keatas sehingga kedua payudaranya langsung membusung kedepan seakan mengundangku untuk menikmatinya. Kuciumi kedua payudaranya lalu kukulum, kusedot dan kugigit-gigit putingnya sampai memerah. Setelah itu kulirik selangkangannya, CD pink Bu Denok tak mampu menutupi beberapa helai rambut hitam yang menjulur keluar dari balik CD itu. Kutahan hasrat itu karena aku ingin menikmatinya saat Bu Denok mulai sadar nanti.

Kuraih kedua payudaranya kuremas-remas dengan kasar lalu kuletakkan batang penisku diantara sepasang susu yang indah itu. Kemudian aku mulai menggerakkan pinggulku maju mundur, rasanya nikmat sekali walau pasti tak senikmat jika masuk kelubang vaginanya batinku. Pelan tapi pasti rasa nikmat mulai merasukiku, napasku mulai tersengal dan desahan mulai keluar dari mulutku tanpa diminta. Butir-butir keringat makin mengalir deras, kukulum bibir Bu Denok sejenak lalu kulanjutkan kembali genjotanku tanpa kenal lelah. Kulihat tubuh Bu Denok mulai berguncang karena gerakanku yang makin hebat.

Sekitar 10 menit berlalu dan aku sudah lelah menahan, kuputuskan untuk segera mengeluarkannya. Gerakan pinggulku makin kupercepat dan kedua payudaranya makin kurapatkan. Rasa nikmat tak terlukiskan mulai menjalari batang penis dan menyebar keseluruh tubuhku. Cairan putih kental dari kepala penisku dan membanjiri permukaan tubuh indah Bu Denok yang tergolek diam. Kukocok batang penisku sambil memuntahkan cairan spermaku kewajahnya, desahan-desahan nikmat keluar dari mulutku.

Setelah selesai aku beristirahat sejenak sambil menatap tubuh Bu Denok yang hanya tertutup oleh CD saja. Kemudian kuambil lap dan air hangat yang memang sudah kupersiapkan, kubersihkan setiap bagian tubuhnya yang terkena siraman spermaku. Setelah itu kucium-cium sebentar lalu kupasangkan lagi BHnya, kemudian kubongkar lemarinya kucari baju yang biasa digunakan Bu Denok kesekolah. Setelah dapat kupakaikan ketubuhnya. Samar-samar terlihat sekali kalau baju itu membentuk lekukan yang sangat indah aku berdecak kagum. Kemudian aku menunggu dia bagun sambil memainkan payudaranya yang indah.

Aku duduk disampingnya saat Bu Denok mulai membuka matanya. Cahaya lampu tampak menyilaukan matanya, kuperhatikan bagian dadanya yang terbuka. Batang penisku perlahan tapi pasti kembali mengeras melihat pemandangan yang erotis itu.
"Jam berapa ini Ndra?" Tanyanya sambil mengucek mata.
"10 lewat 5 jawabku" Sementara mataku terus menatap kebelahan dadanya.
"Huuaah.. masih malam toh.. lagi ngapain kamu" Tegurnya sambil merentangkan tangan, otomatis belahan payudaranya terlihat sampai BHnya. Dan itu membuatku menjadi lupa diri.
"Lagi liat ini Bu.." Tanganku langsung meremas salah satu payudaranya yang montok.
"Jangan kurang ajar kamu ya" Bentaknya sambil menepis tanganku dan menutupi bagian dadanya yang terbuka.

Sambil mendekatinya kuceritakan semua yang baru saja kulakukan tadi. Wajahnya tampak memerah karena kaget dan tak percaya. Tiba-tiba aku langsung memeluknya, dan mencium bibirnya. Tak sampai disitu, kurebahkan tubuhnya keatas ranjang dan kuhimpit dengan tubuhku. Kulanjutkan aktifitasku, mencium dan melumat bibirnya.
"Jangan Ndra.. Ini dosa" Pinta Bu Denok lirih.
Tapi aku terus menciuminya, tanganku mulai menyusup kebalik baju Bu Denok. Bu Denok menangkisnya, dengan sedikit gerakan aku berhasil menepisnya dan terus menyusup masuk sampai menyentuh payudara Bu Denok yang masih terbunkus BH. Aku meremas lembut payudaranya yang montok itu. Bu Denok mendesah, aku terus meremas tidak lupa ciumanku terus melumat bibirnya. Aku mengalihkan ciumanku ke lehernya. Bu Denok kembali mnedesah, jemari tanganku mulai nerayap kepunggungnya, dan terus melepas tali BHnya.

"Berhasil" Batinku. Bu Denok tersentak.
"Kita tidak boleh melakukan ini Ndra" sambil mendorongku kesamping.
"Memang tidak boleh sih.. tapi.."
Aku kembali merangkul Bu Denok, kali ini ciumanku lebih ganas dari pada yang pertama. Mulai dari bibir ke telinga terus menjalar ke lehernya. Jemari tanganku melanjutkan aksi lagi menarik keatas BH terus meremasnya, memuntir-muntir putingnya. Bu Denok pasrah dan kelihatan mulai panas dengan permainan yang kuterapkan. Aku mengangkat tubuh Bu Denok dan membuka baju serta BHnya, akupun demikian. Bu Denok tampak takjub melihat batang penisku. Aku memulai kembali aksiku, kali ini ciumanku kuarahkan ke payudaranya. Bu Denok menggeliat, apalagi tanganku menyentuh payudaranya yang satu lagi. Kami berdua telah bermandikan keringat, tangan Bu Denok menjambak rambutku.

Permainanku jemariku mulai merangkak ke bawah dan berusaha menyelusup kebalik rok dan CDnya. Bu Denok tidak lagi menangkisnya. Jemari tanganku menyentuh rambut kelaminnya, lalu jemariku menggesek-gesek sekitar liang vagina Bu Denok. Bu Denok mendesah panjang dan membenamkan kepalaku kepayudaranya, untuk mendapatkan kenikmatan lebih. Setelah beberapa lama, ciumanku mulai merangkak kebawah sampai kebatas rambut vaginanya yang sedikit terbuka. Aku kemudian memeloroti rok dan CDnya, akupun demikian. Aku kembali terkagum melihat tubuh telanjang Bu Denok. Payudaranya putih padat berisi dihiasi puting susu yang berwarna coklat kemerah-merahan. Sementara Vaginanya dikelilingi rambut kelamin yang lebat.

Aku kembali beraksi, kali ini daerah sasaranku liang vaginanya. Aku menciumi dan menjilati yang agak menonjol disekitar liang vaginanya mungkin itu yang dinamakan kloritas. Setelah beberapa lama ciumanku kembali keatas, merentangkan tangannya yang menutupi payudaranya. Terus menjilati tubuhnya dan akhirnya mnedarat lagi di bibirnya. Batang penisku dengan mulut vagina Bu Denok saling beradu. Ini menyebabkan batang penisku ingin dimasukkan ketempatnya. Aku mengatur posisi dan melebarkan kaki bo Denok.
Bu Denok tersadar dan berkata, "Kita sudah terlalu jauh.. jangan teruskan"
Aku tidak lagi memperdulikan kata-kata Bu Denok karena hawa nafsuku sudah menuju puncak. Aku kembalimeraih Bu Denok dan menciumi bibirnya, kali ini lebih dahsyat lidahku bergoyang-goyang di mulutnya.

Bu Denok tak bisa berbuat apa-apa dan kembali larut dalam kenikmatan. Batang penisku yang sudah gatal ingin memasuki liang vagina Bu Denok. Aku mengambil posisi yang pas, batang penisku mulai memasuki pintu kewanitaannya. Seperti masih perawan, batang penisku sering melenceng memasuki liang vagina Bu Denok, aku terus berusaha dan akhirnya masuk juga batang vaginaku keliang vagina Bu Denok. Bu Denok mendesah panjang dan badannya berguncang.
"Gila keset amat.. kaya belum punya anak aja" batinku.
Bu Denok telah sedikit tenang dan batang penisku telah masuk sedikit demi sedikit. Akhirnya semua batang kejantananku tenggelam di liang senggama Bu Denok. Aku menggoyangkan pinggulku sehingga batang kejantananku keluar masuk di liang senggama Bu Denok. Makin lama makin cepat, Bu Denok mendesah sambil menyebut namaku. Kami berdua bermandikan keringat walaupun cuaca pada saat itu lumayan dingin.

Erangan yang panjang disertai cairan hangat menerpa batang kejantananku yang masih berada didalamliang senggama Bu Denok. Rupanya Bu Denok telah mencapai orgasme, aku pun tidak tinggal diam dengan mempercepat gerakan batang kejantananku keluar masuk diliang senggama Bu Denok.
"Inilah saatnya" Batinku.
Akhirnya puncak kenikmatanku datang, spermaku muncrat didalam liang senggama Bu Denok bersamaan dengan cairan hangat yang kembali menyirami batang penisku, ternyata Bu Denok kembali orgasme. Malam itu berlanjut dengan beberapa kali orgasme Bu Denok, sampai akhirnya kami kelelahan dan tertidur.

Pagi harinya, Bu Denok bangun lebih dulu dan langsung kekamar mandi. Sesaat kemudian aku terbangun dan mendengar guyuran air dikamar dan mengetoknya, Bu Denok pun membuka pintu kamar mandi. Kembali aku terkesima melihat Bu Denok yang telanjang bulat dengan rambut yang basah. Gairahku kembali memuncak, aku masuk dan langsung merangkul tubuh Bu Denok.
"Mandi dulu dong" Pinta Bu Denok manja.
Akupun menuruti ajakannya kemudian mengguyuri tubuhku dengan air. Beberapa saat setelah itu aku menyabuni tubuhku dengan sabun cair. Bu Denok turut membantu, malah dia menyabuni batang kejantananku yang kembali tegak.

Rasa malu Bu Denok telah hilang, dia mengocok-ngocok batang kejantananku dengan lembut. Nikmat rasanya, dan pada saat hampir mencapai klimaksnya aku melepaskan tangan Bu Denok karena belum saatnya. Gantian aku yang menyabuni Bu Denok, mula-mula kedua tangannya lalu kedua kakinya. Sampailah kedaerah yang vital, aku berdiri dibelakang Bu Denok terus merangkulnya dan menyabuni payudaranya dengan kedua telapak tanganku. Terdengar Bu Denok mendesah panjang. Usapanku kebawah melewati perutnya hingga sampai keliang senggamanya. Kembali aku mengusapnya dengan lembut. Busa sabun hampir menutupi liang senggama Bu Denok, kali ini Bu Denok merintih nikmat. Setelah puas aku mengguyur kedua tubuh kami yang masih berangkulan.

Aku membalikkan tubuhnya dan kami pun saling berhadapan. Bu Denok kemudian mencium bibirku, aku membalasnya dan kemudian terjadi french kiss yang dahsyat. Tangan kami pun tidak tinggal diam, aku menyentuh payudara Bu Denok dan ia menyentuh batang kejantananku yang masih perkasa berdiri. Setelah beberapa lama, Bu Denok membimbing batang kejantananku memasuki liang senggamanya. Dengan melebarkan kakinya batang kejantananku kembali memasuki liang senggama Bu Denok. Bu Denok melilitkan tangannya ke leherku kemudian aku menggendong Bu Denok dan menyandarkan ke dinding kamar mandi.

Setelah itu aku kembali menggoyangkan pinggulku yang membuat kejantananku keluar masuk liang senggama Bu Denok. Akhirnya spermaku keluar dan membasahi seluruh dinding liang senggama Bu Denok. Ternayata ia belum mencapai klimaks, untuk membantunya aku menjilati liang senggama Bu Denok. Bu Denok sedikit menjerit dengan apa yang kulakukan, Akhirnya Bu Denok mengeluarkan juga cairan dari liang senggamanya dan pas mengenai wajahku. Bu Denok terkulai nikmat, aku mengguyuri kembali tubuh kami berdua.

Aku dan Bu Denok telah selesai mandi, dan telah memakai pakaian masing-masing.
"Lain kali.. aku minta lagi ya sayang" Bisikku sambil menelusupkan tangan ke balik baju kerjanya.
"Atur aja" Desahnya manja.
Kemudian Bu Denok berangkat kerja dan aku pergi kuliah. Pokoknya selama bertugas Pak Jerry keluar pulau, aku menggantikan tugasnya memenuhi hasrat biologis Bu Denok di tempat tidur.

Kunjungi Juga : B - Tube

 
Gw berumur 22 tahun. gw ingin berbagi kisah mengenai kehidupan seks gw. Terus terang awalnya gw tdk begitu mahir di bidang yang satu ini, tetapi seiring pertambahan usia hingga menjelang SMU, bentuk kontol gw sedikit lebih besar dibandingkan dengan teman2 seusiaku bahkan yang jauh lebih tua dariku. Banyak dari temanku menyuruhku untuk membuka celana gw untuk melihat seberapa besar ukuran kontol gw! Udah kaya gigolo aja gw ya!


Saat berusia 20 tahun dan merupakan tahun pertama pada masa perkuliahan, gw berteman dengan seorang pria bernama Sakti. Ini adalah teman pertama gw saat kuliah. Dan kami menjadi semakin akrab setiap harinya. Ia banyak memberikan pengalaman menyenangkan kepada gw. Beberapa kali ia melakukan kuluman pada kontolku juga dengan mengunakan tangan. Terus terang bagiku ini sunguh nikmat sekali. Belakangan gw tahu kalau ia pernah melakukan hal yang sama pada teman pria lain.


Suatu hari gw pergi kerumahnya seperti biasa. Dan ia tidak ada ditempat. hanya Ibunya yang biasa gw pangil Ibu Yanti yang ada ditempat. Kalau anda tahu aktris Angelina Jolie hampir seperti itulah tampangnya! Seks seks gitu bro! Bentuk tubuh yang padat dan sexy, payudara yang besar dan wajah yang minta ampun cantiknya biking w horney melihatnya. Ibu Yanti mengatakan bahwa temanku tsb tidak ada dirumah alias belum pulang dari tadi pagi, dan menyuruhku untuk menunggunya di ruang tamu. Ia menawarkan pada gw secangkir kopi dan gw ucapkan terima kasih. Saat itu ia mengunakan blouse putih halus yang membuat bentuk tubuhnya samar2 jelas terlihat!Kamipun ngobrol ala kadarnya dan tak disangka ia mendekatiku.


Bayangkan saat itu gw termasuk pria yang belum mengenal hubungan seks berlawanan jenis dan ia adalah wanita yang telah berusia 40 tahun yang tentunya memiliki pengalaman tertentu mengenai hal ini.
Tiba-tiba ia meraba selangkangan gw dan meremasnya dengan keras. Gw terkejut dan sedikit berdiri, kemudian ia langsung menarik gw untuk duduk kembali. Ia hanya tertawa melihat gw yang terlihat pucat dan tidak bisa berkata apa-apa. gw hanya berpikir ia adalah ibu dari teman akrab gw.


Sambil tersenyum ia kembali memegang bagian selangkangan gw dan gw tetap diam membisu hanya memandangnya dengan seribu pertanyaan tanpa jawaban. Tidak bisa kupungkiri, wajah menawan itu telah membuat kontol gw berdiri. Dan anda tahu kalau kontol gw memiliki ukuran yang diatas normal. Tanpa sepatah katapun ia terus mengosok kemaluan gw dan entah setan apa yang menghingapi gw saat itu, langsung ku cium bibir tante yanti yang seksi itu. Aduhh ini pertama kali gw berciuman dengan lawang jenis dan rasanya melambung jauh. Darah dikepala gw seperti mau muncrat keluar. Gwtidak begitu mahir dengan apa yang harus lidah gw mainkan ketikan lidah Ibu Yanti merasuk dalam mulut gw.Beberapa kali kurasakan lidahnya menyapu langit2 mulut gw, gigiku dan mengusap lidah gw.Sementara lidahku hanya diam membisu!Sesekali ia menyedot lidah gw dengan sangat kuat hingga pada saat lepas dari pagutan masih terdapat air liur yang menetes pada lidah gw dan mulutnya Sungguh pengalaman yang sangat luar biasa dan liar sekali.


Kemudian ia meminta gw untuk membuka celana yang gw pake dan melihat kontol gw. Tapi gw menolak. Namun ia tetap memaksa dengan berkata satu kali ini saja untuk melihatnya. Kemudian ia sedikit menurunkan blouse bagian atasnya dan memperlihatkan bentuk payudara indahnya dan meminta gw untuk membuka celana gw.Woooooww! Toked atau payudara itu indah sekali dihiasi dengan kalung giok yang bergelantungan diantara payudara tersebut membuat pemandangan menjadi semakin indah menakjubkan!mantabsss dan maknyuss banget


Gwpun bergegas membuka celana dan sejenak ia memandang kontol gw dengan senyumnya yang menawan. Tanpa dikomandoi apapun ia telah duduk di bawah sambil meraih kemaluan gw. Dipegang dan diusapnya dengan halus bagian atas kontol gw hingga tanpa terasa ada sedikit cairan yang keluar dari penis gw ini! Tanpa sungkan segera saja Ibu Yanti melumat kontol gw ini hingga semua tertelan dalam mulutnya. Kulihat matanya yang terpejam menikmati penis gw dan menghisapnya dengan sangat kuat! Ibu Yanti cukup mahir adegan seperti ini. Terkadang ia sedikit mengigit kontol gw hingga gw tersentak kaget, tetapi ia lanjutkan kembali dengan lumatannya yang super nikmat banget rasanya Akhirnya ia meyuruh gw untuk melepas semua pakaian yg gw kenakan dan ia pun beraksi secara halus dan perlahan melepaskan pakiannya sendiri satu persatu hingga tanpa busana! Wow akhirnya memeknya keliatan!


Setelah pakaianku terlepas, ia menarikku kekamarnya. Kemudian menjatukanku ditempat tidur. Sepengetahuan gw teknik bercinta yang gw kenal adalah gw diatas dan ia dibawah. Tetapi nampaknya ia akan duduk diatas gw.Ia mengatakan akan menunjukkan aksi yang sangat nikmat. Ia mengatakan bahwa kontolku termasuk besar dan ia membutuhkan daya kontrol terhadap kontol gw! Segera ia meraih kontol gw dan sedikit demi sedikit ia memasukkan dalam memeknya.Ohh..memeknya sit ante hot itu terasa hangat dan lengket. Akhirnya terbenam semua kontol gw dalam vagina tersebut dan ia pun megoyankan kiri kanan, atas bawah dengan cepat dan keras! Sunguh nikmat banget rasanya goyangannya mantabs banget! Sambil mengosok payudaranya sendiri yang sudah tegang, ia pun menyodorkan payudara indah tersebut untuk gw cicipi. Tak perlu tunggu waktu lama, segera saja kulumat payudara tersebut hingga membuatnya semakin keras menghentakkan pantatnya ke arah penis gw! oooooh rasanya kontol gw telah menyentuh dinding rahimnya.


Gwpun melumat payudara tersebut dengan liarnya. Namun begitu gw merasakan kenikmatan yang luar biasa saat melumat daging tumbuh yang alot tersebut. Tak terasa keringat kami telah membasahi kain sprei tempat tidur hingga akhirnya Ibu Yanti menjerit nikmat sambil melumat mulut gw. Kurasakan cairan hangat menghinggapi kontol ku. Ibu Yanti sudah mencapai klimaksnya. Gwpun demikian, dan saat mencapai puncaknya gw berkata…tante gw sudah tidak tahan lagi…Ia pun segera melanjutkan..keluarkan saja didalam…tidak apa2 kok sakti tante udah pake KB!


Mendapat lampu hijau demikian, segera saja gw lapangkan perasaan untuk menyelesaikan permainan ini dengan mengeluarkan sperma gw didalam memek indahnya!Crot..crot….dan crotttt lagi…. kurasakan sampai 6 kali kontol gw menyemprotkan sperma ke dalam memek tante yanti….dan ia pun tersenyum manis!
Badanku terasa lemas sekali dan pandanganku sedikit berkunang!


Kurasakan sperma gw yang berkubang dalam liang memeknya nya….ohhh rasanya lega dan nikmat sekali melihat sperma gw dikeluarkan sedikit demi sedikit dari memeknya tante yanti!Dan Begitulah cerita Sex dewasa gw ini dan kamipun segera menyelesaikan skandal tersebut dan akan tetap menjadi rahasia kami berdua!Sunguh nikmat banget rasanya ngentot pertama kali dengan pasangan lawan jenis apalagi bisa ngentot sama ibu teman gw! Kaya film bokep My friend hot mom aja ya cerita sex dewasa gw! Tapi ini sunguh pengalaman yang sunguh luar biasa banget bagi gw dan tak akan pernah gw lupakan kisah ngentot ibu hot teman gw ini!






Namaku Daniel, saat kejadian ini usiaku baru 17 tahun. Kisah ini berawal 2tahun lalu, karena kepindahan orangtuaku ke Bandung . Aku yang masih SMU juga harus ikut pindah ke Bandung . Sebagai warga baru seperti biasanya kami sekeluarga memperkenalkan diri dulu kepada tetangga-tetangga didaerah rumahku yang baru.Ada satu tetangga yang membuat aku sangat tertarik, selain ramah dan baik aku juga terangsang dengan wajahnya yang cantik meskipun dari segi body tante Titiek ini kurang menarik. Tante Titiek berkulit putih, berwajah cantik dengan rambut sebahu dan berumur 35 tahun. Tante Titiek baru mempunyai anak satu, dan masih TK.

Setelah perkenalan itu ibu dan ayahku terbilang dekat dengan om dan tante Titiek. Karena kedua orangtuaku bekerja aku, sering sekali aku dikirimkan makanan-makanan dari tante Titiek, dan kupikir ini kesempatan.
Suatu hari, didaerahku hujan lebat. Tiba-tiba tante Titiek datang dengan keadaan basah kuyup, memberitahukan bahwa rumahnya bocor dan aku disuruhnya melihat dan membetulkan genteng rumahnya. Aku yang sedang dalam gairah tinggi melihat ini adalah kesempatan besar. Aku masuk ke dalam rumah tante Titiek, dan baru saja masuk aku langsung memeluk tante Titiek. Tante Titiek berontak tapi aku dengan kuat terus memeluknya dari belakang, kudorong tante Titiek ke sofa dan kulucuti pakaiannya satu persatu. ” Daniel, kamu mau apa jangan macam-macam Daniel!”bentak tante Titiek, tapi aku yang sudah nafsu terus saja melucuti pakaian tante yang basah. Dengan cepat aku melucuti pakaian tante, dan terpampang jelas tubuhnya yang indah. Kuhisap langsung memeknya yang merah dan minta disuntik dengan segera.” Daniel, mmmmhhhhh, geli Daniel. Jangan diteruskan Daniel, mmmmmhhhh” keluhnya dan aku masih tetap saja kujilati memek tante Titiek. 5 menit aku jilati memek tante Titiek, setelah itu kupaksa tante Titiek melayani kontolku dengan mulutnya sampai tante Titiek muntah-muntah karena sepertinya memang baru sekali ini saja. Dan 5 menit berikutnya aku paksa kembali tante Titiek melayani kontolku dengan memeknya.
” Ah, tante memeknya keset banget sih. Kan susah masukinnya !”, Kontolku baru masuk seperempat.” Daniel jangan Daniel, mmmmmmhhhhhhhhhhhhh .”" Pokoknya tante harus melayani saya sampai sore “” Jangan Daniel, aduhhhh sakit Daniel” kontolku sudah tenggelam di kenikmatan yang tiada tara.kupercepat tempo sodokanku, dan tante Titiek menggeliat dengan keringatnya yang menetes.” Ayo tante, mmhhhhhh”"Mmmmmmmmmhhhhhhhhh hhhhh, reeeeeeiiii, reeeeeeeeeeeei” dihempaskannya tubuhku, kontolku mengayun saja setelah lepas dari memek tante Titiek. Tante Titiek bangun dan berdiri dalam keadaan bugil.
“Daniel kamu harus tanggung jawab, tante gak terima kalo kamu yang main diatas”Dipegangnya kontolku, dimasukkannya lagi ke dalam memeknya. Tante Titiek merem melek menahan kenikmatan kontolku yang lumayan besar.” Daniel kontol kamu ueeenak banget sih, tante genjot yah! “” Iya tante, yang cepet ya tante “Tante Titiek terus menggenjot kontolku, dan sekarang aku yang merem melek.” uhhh. Daniel sayang tante mau keluar “” keluarin aja tante “” gantian dong sayang, tante capek nih “” tante nunging yah, biar sama-sama enak”.
Tante Titiek menurut yang aku bilang.Kucari lubang anus tante Titiek, karena aku belum sama sekali merasa mau keluar. Kucoba tusukkan kontolku ke anusnya dengan pelan,” Daniel jangan disitu sayang, tante belum pernah sayang”" tenang aja tante dijamin enak deh!”" Daniel sakit Daniel, ahhhhhhhhhhhhhhhhhh hh. sakit Daniel udah Daniel” jerit tante Titiek setelah kontolku sudah masuk setengah anus tante Titiek.” enakkan tan, kontolku”" heeh enak banget, tapi jangan cepet2 yah Daniel “lima menitsudah kusodok lubang anus tante Titiek, tiba-tiba terdengar suara mobil jemputan anak tante mirsa sudah kembali dari sekolahnya. Aku yang belum keluar mempercepat sodokanku sedang tante Titiek sudah 2 kali.”sayang udahan dulu yah!,dona udah pulang tuh!”. tante Titiek melepaskan kontolku yang masih tegang.”tan, saya belum keluarnih”"masak sih Daniel,kuat amat sih,. Ya udah tunggu tante dikamar nanti tante nyusul.”gak mau ah” kutarik lagi tante mirsa dan sekarang memeknya yang kujadikan sasaran keberanganku.” ahhhhhhhhhhhh. terus sayang.terus. jangan dilepasin dulu ya”, tiba-tiba donna anak tante mirsa membuka pintu.”mama, eh mama lagi ngapain sama om Daniel”.
Donna yang ketawa melihatku dengan mamanya dalam keadaan ngentot.”dona kekamar dulu ya, ganti baju dulu ya.mama lagi main dulu sama om Daniel”"iya sana dona masuk dulu, ntar om Daniel beliin coklat deh”donna yang belum tahu apa-apa langsung lari kekamar dengan senangnya karena aku janji belikan cokelat.”terusin lagi dong Daniel, tanggung nih”kuteruskan lagi permainanku, sekitar sepuluh menit kemudian aku merasakan ada yang mau keluar dari kontolku.”tante, Daniel mau keluar nih. mo bareng gak?”"mmmmmmmmhhhhhhhhhh hhhhhh, terusin aja sayang kontol kamu enak banget sih, “ante juga mau keluar nih. mmmmmmmmmmhhhhhhhhh hhh”"tante Titiek mmmmmmmmhhhhhhhhhhh hhh enak banget tante”tak lama kemudian dikontolku terasa ada rasa hangat yang luar biasa.”tante juga keluar Daniel, kontol kamu enak banget ya!”"memek tante juga luar biasa”aku memeluk tante Titiek dengan erat sambil tiduran disebelahnya tanpa melepas kontolku didalam memek tante Titiek.”Daniel kamu udah merawanin 2lubang tante.kontol kamu tuh yang baru pertama kali ngerasain pantat sama mulu tante.ternyata kamu hebat banget deh”"tante, kapan-kapan boleh minta lagi ya!”"diatur ajalah,yang penting waktunya enak”"makasih ya tante”aku dan tante Titiek berciuman sebelum pulang.
Dan keesokan paginya kami melakukan lagi, dan terus melakukan setelah dona dan om Titiek berangkat.kadang kalo ortuku mudik atau menengok kakakku yang kuliah dijakarta, tante Titiek datang kerumahku walaupun om Titiek ada dirumah. dengan alasan mengantar makanan, kami sempat melakukan walau kilat saja, tapi aku puas.ini terus kulakukan sampai pada saat tante Titiek hamil, dan menurutnya itu adalah benihku. aku sempat melihat anak pertamaku, sebelum aku harus kuliah di jakarta menyusul kakakku disana. tapi kalo aku pulang ke Bandung , aku masih melakukannya dengan tante mirsa. mungkin aku jatuh cinta pada memek tante mirsa, dan sepertinya aku mengidap odipus complex. Karena di jakarta pun aku juga sering melakukannuya dengan tante-tante sebaya tante Titiek walaupun tak seenak memek tante Titiek tak apalah untuk selingan aja kok.tapi tetap saja kontolku buat memek tante Titiek. love u tante Titiek

Sebelum menikah, hobi saya adalah menjelajah panti pijat. Sudah puluhan PP dan tak terhitung lagi WP yang sudah pernah saya rasakan. Tapi memang ada satu WP di dekat terminal bus kota S yang jadi langganan. Selain murah, menurutku dia lebih tulous dalam melayani. Setelah menikah, saya memutuskan untuk menghentikan semua kebiasaan itu.
Semua no telp WP saya hapus dari memori HP. Nomor HP juga ganti. Saya sangat mencintai istri saya. Apalagi dia adalah wanita pujaan saya sejak SMP. Lama saya incar baru bisa ditaklukkan setelah saya berumur 27 tahun dan dia sudah menjadi janda. Reni, nama istriku, belum unya anak. Suaminya meninggal karena kecelakaan pesawat. Begitu mendengar Reni menjada, saya langsung mendekat. Setahun lebih pendekatan, akhirnya Reni luluh. Hanya sebulan pacaran langsung saya ajak menikah. Sya berjanji pada diri sendiri tidak akan lagi ke PP atau bahkan lokalisasi. Stop semua. Tobat. Saya tidak masalah dia janda. Toh dia wanita yang saya cintai sejak lama dan saya sudah tidak perjaka. Sudah puluhan meki saya rasakan. Setahun pertama menikah saya menjalani hari-hari yang penuh kebahagiaan. Reni sangat bergairah di ranjang. Wajah dan tubuhnya sempurna bagiku. Tinggi 160 cm, berat 50 kg, rambut sebahu, berjilbab, dan dada 34 B. Hampir tiap hari kami melakukan hubungan suami istri (tentu kecuali saat menstruasi). Rasanya tak pernah bosan. Oh ya, aku dan Reni sama-sama kerja. Aku kerja di perusahaan percetakan surat kabar. Sebagai manajer percetakan, saya bekerja sore hingga malam. Berangkat jam 17.00 dan pulang paling cepat jam 01.00 dini hari. Biasanya saya dan Reni melakukan pertempuran pada subuh. Atau kalau dia pulang kantor lebih cepat. Reni kerja di perusahaan periklanan. Biasanya dia pulang jam 16.00 dan sering pulang lebih awal.
Setahun menikah, Reni mengeluh takut kalau malam sendirian. Di ajuga capek mengurus rumah sendirian. Karena itu dia minta izin untuk mencari pembantu rumah tangga. Karena kasihan dan tak tega melihat istri tercinta, aku langsung setuju. ”Aku minta tolong tante Yayuk untuk mencarikan,” katanya. Tante Yayuk adalah adik dari ibunda Reni. Dia tinggal di Jombang dan menjadi langganan saudara-saudara untuk minta dicarikan pembantu.
Seminggu setelah itu, Tante Yayuk menelepon istriku. Katanya sudah dapat pembantu. Reni pun langsung semringah. ”Pembantunya sudah ada, besok datang,” kata Reni.
Hari yang dinanti tiba. Saat itu hari Minggu. Reni sudah di teras menanti kedatangan pembantu baru kami. Aku melakukan rutinitas bersepeda setiap minggu dengan bapak-bapak di kompleks. Saat bersepeda, Reni telp. ”Mas, pembantunya sudah datang. Namanya Yenny. Anaknya bersih kok. Manis juga,” kata Reni. Aku tak begitu peduli dan menanggapi dengan biasa saja dan meneruskan bersepeda.
Saat tiba di rumah, aku langsung mandi dan kemudian istirahat di kamar. Tak sempat kenalan dengan pembantu baru. Hanya sejam aku tidur, Reni sudah menggangguku minta jatah. Kami pun bertempur sampai dua ronde. HAbis itu tidur lagi karena kecapekan.
Jam 13.00 Reni membangunkan aku untuk malan siang. Setelah salah duhur, aku menuju meja makan. Baru nasi putih yang tersaji. ”Lauknya masih di dapur. Bentar ya,” kata Reni lantas beranjak ke dapur. Aku menunggu di meja makan sambil baca koran. ”Ini teh hangatnya Pak.” Tiba-tiba ada suara perempuan, bukan istriku. Aku yakin itu pasti pembantu baruku. ”Oh ya,” kataku sambil terus membaca koran. Aku tidak melihat wajahnya. Dan dia pasti tidak melihat wajahku karena terhalang koran. Begitu juga saat dia membawakan lauk ke meja makan, aku juga tak melihat. Baru setelah istriku mengajak makan, koran kulipat dan kami pun makan.
Setelah makan, Reni ke dapur untuk membuatkan jus wortel kesukaanku. Selesai membuat jus wortel, Reni mendpaat telepon dari temannya. ”Yen, tolong jus-nya antar ke bapak. Aku terima telepon dulu,” kata Reni sambil berjalan ke kamar. Mungkin pembicaraannya agak privat. Aku sudah pindah duduk di depan TV. Kemudian langkah ringan perempuan mendekat. ”Ini jusnya Pak.” Aku menoleh ke arah suara itu. Duerrr mataku langsung terbelalak. Yenny juga tak kalah kaget. Jus di tangannya sampai tumpah sebagian. Aku kenal betul dengan pembantuku ini. Dulu dia primadona di PP dekat terminal. Langgananku sewaktu masih membujang. Wajahnya manis, kulit sawo matang. Mungil tapi sekel. Bobbs-nya 32B. Ya sekelas Kiky kalau di BM. Dulu di PP namanya Rini. Aku cepat menguasai situasi. Ak pegang tangannya dan berbisik. ”Lupakan masa lalu kita. Jaga rahasia ya. Aku sudah tobat kok,” kataku sambil memberi kode jari telunjuk di bibir. ”Saya juga sudah tobat,” kata Yenny.
Hari itu aku tak konsen lagi nonton TV. Kalut rasanya. Bagaimana mungkin aku punya pembantu yang ternyata bekas WP langgananku. Dan konyolnyalagi, dia memakai kaus Twin Tower Kuala Lumpur yang dulu aku belikan sat dia aku ajak jalan-jalan ke Malaysia. Akhirnya aku memutuskan untuk cepat-cepat ke kantor menenagkan diri. Aku pamit ke istri dipanggil bos. Aku ingat, tiga tahun lalu aku bawa Rini alias Yenny ke hotel. Waktu itu dia bilang mau pulang kampung. Dia ingin bertobat. Sudah bosan jadi WP. Waktu mau pulang kampung, dia telepon dan aku transfer uang Rp 5 juta sebagai bekal. Siapa tahu bisa untuk modal usaha.
Senin pagi rutinitas terjadi seperti biasa. Aku menemani Reni sarapan. Yenny menyiapkan sarapan. Dia juga berlaku wajar, tidak terlihat canggung. Sehingga Reni tidak akan mengira kalau kami pernah kenal. Aku juga bersikap sok jaim kepadanya. Pagi itu aku antar Reni ke kantor. Setelah mengantar, aku tak langsung pulang. AKu ragu pulang karena ada Yenny di rumahku.
Baru jam 12.30 aku pulang ke rumah. Yenny sudah menyiapkan makan siang. Aku pun makan siang. Yenny aku ajak makan siang bersama. Sengaja aku lakukan karena aku ingin ngobrol. ”Kamu gimana ceritanya bisa sampai kerja di sini?” tanyaku. Yenny cerita, setelah pulang ke kampung dia mendaftar sebagai TKI di Malaysia. Tapi tidak kerasan. Apalagi dia punya anak di Jombang. Kangen sama anak terus. Akhirnya dia pulang. Tapi karena tabungan menipis, dia harus kerja lagi. Tp dia bertekad tak mau jadi WP lagi. Suatu ketika dia ketemu Tante Yayuk yang tak lain adalah tetangganya di desa. Sama Tanta Yayuk ditawari kerja jadi PRT dan Yenny lsg setuju. Perjanjiannya dia bisa pulang sebulan sekali untuk menengok anaknya yang sudah kelas 1 SD. Siang itu aku bikin kesepakatn dengan Yenny untuk melakukan hal-hal yang tidak pantas dilakukan. ”Kita sama-sama sudah tobat. Kita jaga sama-sama ya,” kataku. YEnny mengangguk. Masalah beres pikirku.
Tapi masalahnya, setiap pagi sampai sore saya hanya berdua dengan Yenny di rumah. Ibarat batu kalau terus ditetesi air akan tergerus juga. Dan karena sebelumnya sudah akrab, kami pun ngobrol santai ketika tidak ada istri di rumah. Lama-lama hasrat lama tumbuh. Apalagi belakangan Yenny sering hanya memakai celana pendek dan kaus u can see longgar kalau lagi kerja. Tapi kalau ada istriku, dia memakai baju panjang. Sepertinya dia sengaja menggodaku. PErnah aku peringatkan. Tapi hanya bertahan dua hari, kebiasaan memakai pakaian minim diulangi lagi. Malah kini dia tidak memakai pakaian dalam. Itu bisa kau pastikan karena u can see nya longgar jadi dari samping kadang-kdang terlihat buah dadanya. Putingnya juga terlihat menonjol. Trus di celananya tidak terlihat ada garus CD. Dugaanku dia tak pakai CD atau mungkin hanya pakai G string.
Tiap hari aku jadi memperhatikan Yenny. Kadang samai adik gw tegang. Kalau sudah gitu aku ke kamar untuk membuang hajat secara self service.
Suatu hari, aku lihat Yenny mengepel lantai. Aku langsung horny dan masuk kamar. Kubukan semua bajuku dan aku sibuk mengocok rudal kesayanganku membayangkan Yenny. Lagi enak-enaknya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. opps aku lupa mengunci pintu. Yenny sudah berdiri di depan pintu. ”Ngapain pakai onani segala, wong ada sasaran nganggurm” kata Yenny sambil tertawa genit. ”Kita kan sudah janji gak akan ada hubungan,” kataku. Yenny menghampiriku dan mendorong tubuhku yang bugil ke tempat tidur. Dia pun langsung melucuti pakainnya sendiri. Benar dugaanku. Dia tidak memakai pakain dalam. ”Sudah kupakan janji gombal itu. Ayo puasin aku,” kata Yenny. Dia langsung mencium bibirku. ”Yen yen katanya tobat,” aku mencoba mengingatkan. ”Gimana mau tobat kalau tiap subuh dengar erangan kamu sama istrimu. Aku dah lama gak ngent*t tahu,” kata Yenny.
Sambil mencium bibirku dan leherku, tangan kanan Yenny sudah mengelus rudalku. Lalu perlahan bibirnya turun ke bawah. Lidahnya memutar di perut dan terus turun sampai ke pen*s. ”Hmmm masih seperti yang dulu. Lurus tegak, berotot dan keras. Siapa yang bisa melupakan rudal kayak gini,” kata Yenny. Dia pun mengulum perlahan, dia nikmati betul seperti anak kecil menikmati es krim. Aku sudah lupa dengan janji-janjiku untuk meninggalkan dunia perlendiran. ”Ah aku kan dulu janji gak ke PP atau lokalisasi lagi. Kalau di rumah kan gpp,” kataku dalam hati.
Puas di BJ Yenny, ganti aku yang menjilati mekinya. ”Tahu gak yang (dia mulai memanggiku dengan sayang seperti saat di PP dulu). Aku terakhir ngent*t ya sama kamu di hotel itu,” kata Yenny. ”Massa sih?” kataku gak percaya. ”Demi Allah. Habis itu aku benar-benar berhenti,” katanya. 10 menit aku jilmek Yenny kelonjotan. Aku sudah hapal betul letak G-spot Yenny. Diapun mengalami orgasme.
Pertempuran dilanjutkan dengan WOT. Pelan-pelan dia jongkok, tangan kannnya memegang kont*l ku untuk dimasukkan ke mekinya. Blessss pantatnya turun sampai kon*ol ku amblas. Lalu dia melakukan gerakannaik turun. Tangannaya kebelakang bertumpu pada pahaku. Sementara tanganku sibuk meremas tokednya. Kadang dia membungkuk. Dalam posisi WOT kami berciuman. Kalau dia capek menggenjot, gantian aku yang menggenjot dari bawah. ”’Ohhhhh augghhhh enak banget Yang….aku kangen kamu,” kata Yenny. ”Meki kamu juga enak Yen. Masih nyedot kayak vacum cleaner,” kataku.
Posisi berbalik. Tetap WOT tapi dia membelakangiku. Ini posisi favorit Yenny. Dengan posisi ini dia selalu orgasme. Katanya pakai gaya itu bisa pas di G-spotnya. Hanya lima menit di posisi itu, Yenny sudah O. ”’Ahhhhh yesss aku keluaarrrrrr,” teriak Yenny. Dia langsung bangkit dan mengulum kont*l ku. Tak lama kau juga keluar croot-crotttt. ”Wah masih banyak, tadi pagi kan kamu main sama istrimu,” kata Yenny.
Setengah jam istirahat, kami melanjutkan ronde kedua. Kali ini memakai gaya doggy style kesukaanku dan diakhir dengan missionary. Habis itu kami tidur berpelukan di ranjang yang selama ini menjadi medan pertempuranku dengan istri. ”Makasih ya Yang…aku puas banget,” kata Yenny.
Setelah itu, ngeseks bersama Yenny, pembantuku menjadi rutinitas setiap hari. Tp kami tak melakukannya di kamarku lagi. Takut kualat. Kami melakukan di kamar Yenny atau di ruang TV, ruang tamu. Kamar ta tamu, dapur, kamar mandi, atau di halaman belakang rumah di atas rumput beralas tikar. Istriku tak pernah curiga. Sebab kalau ada istriku, Yenny bersikap sangat wajar. Dia juga hormat kepada istriku. Pekerjaannya juga selalu beres. Tentu karena aku juga membantu mengepel atau membersihkan rumah. Bahkan istriku begitu sayang kepadanya. Oleh istriku Yenny juga sering diajak pergi belanja dan dibelikan pakaian. Kalau pergi keluar, Yenny juga memakai kerudung seperti istriku. Sudah tiga tahun Yenny kerja di rumahku. Semua aman-aman saja. Kehidupan seks dengan sirtiku juga tetap berjalan lancar. Sampai istriku hambil dan melahirkan anak pertama kami. Yenny yang menjaga dan merawat anakku dengan penuh kasih sayang saat Reni kerja. Tapi aku dan Yenny tak mau bersetubuh di dekat my baby. Rasanya seperti punya dua istri yang akur. Oh ya, Reni pernah ingin punya baby sitter, tapi aku tolak. Aku bilang Yenny sudah bisa menghandle semua.

Suatu hari tepatnya malam minggu aku pergi ke warnet untuk mengerjakan tugas mengetikku dan memeriksa email yang masuk. Teman sekontrakanku sudah dari siang pergi malam mingguan dengan pacarnya. Aku sendiri saat itu masih sendiri dan aku menikmatinya.





Selama hampir 3 jam aku mengetik, akhirnya selesai sudah tugas-tugasku, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Setelah itu kubuka MIRC karena aku berniat chatting beberapa jam. Aku masuk chanel Bandung. Tiba-tiba sebuah nickname ‘ayah_bdg’ mengajakku untuk mojok, aku pun mengobrol dengannya, obrolan kami makin asyik, mulai dari kuliah, hobi, dan sebagainya. Hingga tidak terasa hampir 1 jam aku mengobrol dengannya.

Dari obrolan itu aku mengetahui kalau dia bernama Adit, usia 40 tahun, mempunyai perusahaan sendiri di Jakarta dan statusnya duda beranak satu, dan saat ini sedang ada di Bandung untuk refresing bersama anak dan baby sisternya. Pembicaraan kami pun berubah, dia menanyakan warnet tempat aku chatting. Tanpa curiga aku pun memberitahukannya. Lalu Adit meminta kami bertukar nomor telpon dan photo. Aku pun memberikannya dengan senang hati. Baru saja 5 menit berlalu, HP-ku berbunyi dan Mas Adit menelponku langsung.
"Hallo.. Nissa."
"Hallo.. ayah_bdg, wah engga nyangka langsung telpon nih.." jawabku.
"Iya.. habis Nissa cantik sih."
"Hmm.. gini deh.., kita jalan yuk..! Aku jemput kamu disana yah..?"
"Boleh.. aja." jawabku lagi.
"Ok deh, tunggu 10 menit dan cari deh mobilku berplat B di depan warnet yah..!"
"Ok.." jawabku mengakhiri pembicaraan kami.
Setelah hampir 10 menit, HP-ku berbunyi dan Mas Adit telah menungguku di tempat parkir. Kubereskan tasku dan kusisir rambutku, lalu kubayar jasa warnet dan berjalan menuju tempat parkir. Kulihat sebuah mobil BMW hitam berplat B berwarna hitam, dan di dalamnya Mas Adit tersenyum. Aku pun tersenyum dan menghampiri mobilnya lalu kubuka pintu mobilnya dan duduk di sebelahnya.
"Hallo.. ayah_bdg." ucapku malu-malu.
"Hallo juga Nissa.., kita makan yuk..?" ajaknya sambil menjalankan mobil.
Aku pun mengangguk. Selama diperjalanan kami cepat menjadi akrab, lagi pula kupikir Mas Adit ganteng juga, selain badannya tinggi besar dia juga kebapakan.
Kami makan di Haritage Banda sambil meneruskan perbincangan kami.
"Hmm… Mas, engga pa-pa kan kalo Nissa panggil ayah saja..? Seperti nickname Mas." tanyaku padanya.
"Ah.. boleh saja, tapi khusus buat Nissa saja." ucapnya tersenyum.
Setelah selesai makan, tiba-tiba ponsel ayah berbunyi, ternyata dari baby sitter anaknya.
"Nissa, mau ikut Ayah engga besok..?" tanya Ayah sambil mengajakku keluar dari Haritage menuju tempat parkir.
"Memangnya Ayah mau kemana..?" tanyaku sambil membuka pintu.
"Ayah mau ke Ciater dengan Deri juga Ina, baby sitter-nya." jawab Ayah sambil menjalankan mobil keluar dari tempat parkir.
"Memangnya berapa hari di sana..?" tanyaku.
"Cuma dua hari." jawab Ayah.
Akhirnya aku pun bersedia ikut, lalu Ayah mengantarku pulang ke kontrakanku.
Pagi-paginya Ayah sudah datang menjemputku. Aku pun berkenalan dengan Deri anaknya juga Ina baby sitter anaknya. Selama di perjalanan, Deri sudah dekat denganku, bahkan dia memanggilku Bunda Nissa, aku sih cuek saja. Deri anaknya manis dan cerdas, sungguh kasihan dia ditinggal oleh ibu kandungnya karena meninggal saat melahirkan Deri.
Akhirnya kami sampai di Ciater setelah memesan 2 kamar di sebuah hotel. Ayah, aku dan Deri pergi berenang dan bercanda bersama. Pada saat itu kurasa kami bertiga bagaikan sebuah keluarga kecil yang bahagia. Setelah puas berenang, kami kembali ke hotel untuk makan, lalu aku menidurkan Deri di kamar bersama Ayah. Kami mendampinginya sampai Deri tertidur.
"Nissa.. terimakasih karena kamu sudah baik pada Deri." ucap Ayah sambil bangkit berdiri di depan jendela.
Aku mengikuti Ayah dan berdiri di sampingnya.
"Tidak perlu berterimakasih.., Nissa sayang pada anak-anak, apalagi Deri anak yang lucu dan pintar." jawabku tersenyum.
"Baiklah, jika mau istirahat, pergilah ke kamar sebelah..! Di sana Ina pasti sudah menunggu." ucap Ayah.
"Ok.., kalau ada apa-apa, Ayah panggil Nissa ya..!" jawabku sambil berlalu dan pergi ke kamar sebelah.
Kulihat Ina sudah tertidur dengan pulas. Lalu aku mengganti bajuku dengan lingerie yang biasa kupakai. Aku melamun selama hampir 1 jam, dan anehnya aku mengkhayalkan bagaimana jika aku menjadi istri Ayah. Itu ide gila ya pembaca..? Tapi aku merasa sudah mengenal Ayah seperti bertahun-tahun. Tiba-tiba pintu kamarku diketuk, Tok.. tok.. tok.
"Ina.., Nissa..!" kata suara di balik pintu.
"Iya.., sebentar.." jawabku sambil membuka pintu.
Ketika pintu kubuka, kulihat Ayah terkejut dan menatapku lekat-lekat.
"Nissa, kamu cantik sekali." ucap Ayah sambil tersenyum.
"Ah.., bisa saja." jawabku sambil merapikan lingerie yang kupakai.
"Kebetulan Ayah mau ngajak kalian makan, Ayah memesan pizza tadi."
"Wah.. Nissa suka tuh, tapi Ina sudah tidur Yah..!" ucapku singkat.
Akhirnya aku dan Ayah pergi ke kamarnya. Kami duduk di sofa sambil menikmati pizza juga menonton televisi.
"Nissa.., Ayah sayang padamu." kata Ayah tiba-tiba sambil menggenggam tanganku, aku tersenyum dan entah kenapa secara spontan kucium kening Ayah.
"Nissa juga." ucapku.
Ayah memeluk tubuhku dan aku membiarkannya. Lalu kurasakan Ayah menatap mataku dalamdalam.
"Kamu cantik sekali." ucap Ayah lalu mengecup hidungku, aku diam saja dan menikmatinya.
Ayah semakin berani, diciuminya seluruh wajahku hingga kurasakan hembusan napasnya yang hangat. Aku pasrah karena menyukainya, lagi pula ada aliran aneh pada tubuhku yang menuntut lebih banyak lagi. Lalu Ayah mendaratkan bibirnya di bibirku, dilumatnya dan kubalas dengan mengulum lidahnya lembut. Kuluman Ayah membuatku mulai sulit bernapas. Sementara itu tangan Ayah mulai menurunkan tali lingerie-ku hingga payudaraku terlihat setengahnya.
Ditariknya tubuhku untuk berdiri dan aku menurutinya. Sambil terus melumat bibirku, kedua tangan Ayah menarik-narik lingerie-ku hingga akhirnya terjatuh di antara kakiku. Ayah mengelus-elus punggungku yang sudah telanjang dan mendorong tubuhku agar duduk di sofa. Kupandangi Ayah yang sedang membuka kimono-nya, luar biasa..! Aku menyukai badannya yang berbulu. Lalu Ayah membuka cd-nya, aku melongo karena kagum. Batang Ayah sangat panjang dan besar, belum lagi bulu-bulu di sekitarnya.
Ayah mendekatiku, kemudian berjongkok di antara kakiku. Dielus-elusnya vaginaku yang masih terbungkus g-string. Aku melenguh saat jari-jarinya mengelus belahan vaginaku. Kemudian Ayah menarik cd-ku hingga terlepas. Lalu Ayah tersenyum karena melihat vaginaku merekah di depan matanya. Ayah mencium bibirku dan aku membalasnya, kurasakan payudaraku tergesek-gesek bulu-bulu dadanya yang membuatku kegelian.
Ciumannya makin liar karena telah beralih ke telinga dan leherku. Aku mulai mendesah pelan, kuusap-usap rambut Ayah dengan lembut. Ayah meneruskan jilatannya pada puting payudara kananku, dijilatnya beruputar-putar dan berulang-ulang, membuatku semakin mendesah.
Payudara kiriku diremas-remasnya dengan lembut. Napasku mulai memburu karena perlakuan Ayah pada kedua payudaraku. Selama beberapa saat aku hanya mendesa-desah.
"Ayahh.., ohhh.., ohhh..!"
"Ayah ingin menjadikanmu sebagai istriku, kamu mau Nissa..?" tanya Ayah menghentikan
jilatannya di payudaraku.
Aku menatap matanya dan kuanggukkan kepalaku karena aku tidak dapat berpikir apa-apa lagi, karena nafsuku sudah tinggi. Ayah tersenyum dan melumat bibirku sambil mengelus-elus payudaraku yang sudah basah oleh air liurnya. Lalu Ayah menyuruhku mengangkat kedua kakiku ke atas sofa dan merengganggkannya lebar-lebar.
Kemudian Ayah mendekatkan kepalanya di vaginaku yang sudah basah, dan mulai menjilatinya.
Aku mendesah saat ujung lidahnya menyentuh vaginaku, "Ohh..!"
Ayah terus menjilatinya secara teratur dan berulang-ulang. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku menahan kenikmatan. Ayah terus menjilatinya dan mulai menyedot-nyedot klitorisku. Aku meracau sambil menjambaki rambut Ayah.
"Ahhh… terusss… terusss, enak Yahhh..! Ohh..!"
Ayah terus menyedot-nyedot dan aku pun berteriak seiring dengan menjepit kepala Ayah kuat-kuat.
Kusemburkan cairan kewanitaanku dan Ayah menjilati dan menghisapnya pelan sekali. Mungkin dia tahu aku menahan ngilu pada vaginaku. Ayah lalu mencium payudaraku dan menghisapnya cukup lama hingga aku terangsang kembali. Aku langsung menggenggam batangnya yang sudah tegang itu. Kuelus-elus, kemudian kumasukkan dalam mulutku. Kujilat- jilat, kugigit-gigit lembut kepala batangnya. Ayah melenguh mengusap-usap rambutku.
"Nissa… teruss… Sayangg..! Hisapp teruss Sayangkuu..! Ohh..!" desahnya.
Aku terus menghisap dan mengeluar-masukkan batang Ayah dalam mulutku semakin cepat, kukocok-kocok semakin cepat dan kuat.
"Akhh… Nissaa… Ayahhh.. mauuu… keluarr..!"
"Crot… crott.. crott..!" batang Ayah menembakkan spermanya ke dalam mulutku aku tersedak dan menelan sperma Ayah.
Kuhisap-hisap ujung penisnya sampai bersih, Ayah melenguh dan ambruk di sampingku.
Kemudian kucium bibir Ayah.
"Nissa sayang Ayah..!" ucapku sambil membiarkan Ayah meremas payudaraku. Lalu Ayah menggendongku sambil terus melumat bibirku, dibaringkannya tubuhku di samping Deri.
"Ayah.., nanti Deri bangun." ucapku pelan.
"Sstt..!" guman Ayah sambil mengangkat Deri dan dibaringkannya di sofa.
Kemudian Ayah mendekatiku dan menindih tubuhku, diciumnya bibirku dengan hangat. Tangannya meremas-remas pantatku, lalu bibirnya turun di atas payudaraku dan diciumnya sambil dihisapnya bergantian. Aku hanya mendesah keenakan ketika dibukanya kedua kakiku dan Ayah berjongkok dan mulai menjilati vaginaku. Aku mendesah-desah tidak kuat, tapi Ayah terus menjilati dan menghisap-hisap vaginaku yang sudah basah lagi. Ayah pun sepertinya sudah tidak tahan, sehingga diarahkannya batangnya ke lubang vaginaku. Kemudian digesekgesekkannya kepala batangnya yang plontos itu di belahan vaginaku berulang-ulang. Aku melenguh menahan sensasi nikmat di daerah vaginaku.
Setelah semakin basah, Ayah menekan kepala batangannya untuk masuk lebih dalam pada lubang vaginaku.
Diperlakukan seperti itu aku berteriak, "Akhh… sakittt.. Yah..!"
"Tahan sedikit Sayang..!" ucap Ayah menenangkanku.
Kemudian Ayah mencobanya lagi hingga berkali-kali. Dan akhirnya, Blessh… Ayah menekan batangnya dalam sekali hingga selaput daraku robek. Aku menjerit menahan nyeri dan merasakan vaginaku begitu sesak.
Ayah mendiamkan aktifitas tubuhnya sambil mengelus-elus tubuhku. Tidak terasa air mataku menetes setelah beberapa saat ayah menggerakkan pinggulnya dan mulai mengeluar-masukkan batang kemaluannya. Aku melenguh nikmat sekaligus perih. Ayah menggenjotku selama 10 menit. Vaginaku sudah semakin basah dan aku menjerit karena mendapatkan orgasme lagi.
Kurasakan vaginaku berdenyut-denyut. Ayah mendiamkan batang kejantanannya di dalam vaginaku sambil menyedot-nyedot payudaraku.
Kemudian Ayah mencabut batangnya dan menyuruhku menungging. Kurasakan vaginaku dimasuki kembali batang kemaluan Ayah, setelah itu mulai dikeluar-masukkan kembali ke vaginaku dengan pelan. Sementara itu tangan Ayah masih meremas-remas dan menarik-narik puting payudaraku dengan kuat. Aku mulai mendesah menahan rasa nikmat.
"Ayahh.., ahhh.. teruss… sodokk… sodokk.. enakk sekali..!" racauku tidak tahu malu.
Ayah terus menekan dan menarik batangnya semakin cepat, dan aku semakin meracau tidak karuan.
"Akhh.., Nissaa suka… ohhh… terusss… ahh..!"
Ayah terus meyodok vaginaku dengan kuat, aku pun memaju-mundurkan pantatku sehingga persetubuhan kami sangat menggairahkan. Aku dan ayah mendesah-desah penuh kenikmatan.
"Ohhh.. auhh… akhh..!" aku pun makin keras mendesah.
Ayah semakin cepat mengeluar-masukkan batang kejantanannya.
"Ahhh… Nissa mau keluarr.. Yahh..!" teriakku karena aku akan orgasme.
Ayah semakin gencar menyodok-nyodok vaginaku sambil terus menarik-narik dan meremasremas
payudaraku. Sodokan-sodokan pada vaginaku membuatku menjerit karena merasa tidak tahan lagi.
"Akhhh… ehhhmm..!" lenguhku.
Tubuhku lemas sambil memeluk Ayah kuat-kuat. Karena Ayah belum orgasme, Ayah terus mengeluar-masukkan batangnya tanpa memperdulikan vaginaku yang masih ngilu.
"Ohhh… ahhh… Nissaa enggga kuattt… aughh..!" teriakkanku malah makin membuat Ayah semakin cepat menghujamkan batangnya pada vaginaku.
"Ayahhh… hampirr… Sayang.., tahan sebentar.. ohhh..!" lenguh Ayah.
Lalu kurasakan Ayah memelukku erat-erat seiring dengan tembakan spermanya, rasanya hangat dan nikmat. Tubuhku lunglai dan Ayah masih mendiamkan batangnya berada dalam vaginaku.
Kami berpelukan sambil mengatur napas.
Setelah agak tenang, Ayah mencabut batangnya. Kemudian kami berciuman dengan mesra, lidah kami saling berpaut diselingi hisapan-hisapan Ayah di lidahku. Tangan Ayah tentu saja meremas-remas payudaraku. Semakin lama kami semakin terangsang kembali. Ayah memainkan puting payudaraku, dijilat-jilatnya dengan rakus dan terus menghisap dengan penuh nafsu. Aku mulai mendesah merasakan vaginaku basah kembali. Ayah meneruskan jilatannya ke perutku, kemudian menyuruhku mengangkat dan melipat kedua kakiku ke atas hingga berada di antara kepalaku. Dengan posisi ini sudah jelas vaginaku yang basah terbuka lebar di depan matanya.
Ayah menjilat-jilat vaginaku sambil menusuk-nusukkan lidahnya di antara belahan vaginaku.
Mendapat rangsangan seperti itu aku mendesah tidak terkendali lagi.
"Ohh.. Ayahhh.. enak sekali… terusss.. ohhh… hisappp teruss..! Hisapp.. memekk Nissa.. ohhh..!"
Ayah semakin cepat menghisap-hisap vaginaku yang banjir oleh cairan kewanitaanku. Aku semakin merengganggkan kedua kakiku lebar-lebar agar Ayah lebih leluasa melakukan gerakannya.
Jilatan-jilatan di vaginaku yang enak itu membuatku memohon-mohon.
"Ohh.. Ayahh.., masukkan..! Nissaa.. mohon..!" pintaku pada Ayah.
Ayah pun menggesek-gesekkan batang kejantanannya di vaginaku yang becek. Aku melenguh nikmat, mulutku mendesis-desis tidak tahan. Ayah memasukkan batangnya pada lubang vaginaku.
Penetrasinya itu membuatku terus meracau, "Oh.. enakkk Yahh… yeahh… lebih cepat… ohhh.. enakk sekali… sodok.. terus… memek Nissa Yahh..! Akhhh.. mmff.. ohh..!"
"Iya Sayangku. Ayahh.. suka memek kamu.. ohhh… Nissaa..!" racau Ayah membalasku.
Genjotan ayah di vaginaku semakin cepat dan liar hingga terasa menyentuh rahimku.
"Nissa.. mau keluar Yahh.., ohhh..!" teriakku.
"Ayahh.. juga Sayang.., ohhh..!"
Crott… crott… crott..! Kami berdua menjerit, bersamaan itu kurasakan tembakan sperma Ayah
yang kuat. Ayah mencium bibirku. Karena kelelahan, kami pun tertidur lelap.
Paginya saat kami bangun, Deri naik ke ranjang.
Dia yang tidak mengerti apapun tersenyum manis sambil berkata, "Deri juga mau.. bobo ama
Bunda Nissa yah."
Kami hanya berpandangan dengan penuh kemesraan sambil memeluk Deri.
Keesokannya ketika aku datang ke kamar Ayah, dia sedang berbaring di tempat tidur. Kudekati dan duduk di tepian ranjang.
"Kenapa Deri dan Ina pergi jalan-jalan tanpa Ayah..?" tanyaku pada Ayah.
"Ayah sedikit pusing Sayang." jawab Ayah sambil tersenyum.
"Hmm.. Nissa pijit ya..?" Ayah pun mengangguk.
Aku pun memijit dahi Ayah sambil menatap matanya. Mungkin karena gemas, Ayah menarik kepalaku dan mencium bibirku dengan lembut, lalu dikulumnya dan dihisap-hisapnya lidahku, aku pun membalasnya. Tiba-tiba tubuhku ditarik ke sampingnya dan Ayah menindihku sambil menciumi leherku, kemudian kembali lagi melumat bibirku yang basah.
Ayah menarik baju ketat yang kupakai. Aku pun membantu Ayah melepaskan seluruh pakaiannya hingga kami berdua telah telanjang. Lalu Ayah berbisik di telingaku.
"Sayang.., Ayah ingin bercinta denganmu." aku hanya tersenyum.
Tanpa dikomando, Ayah mencium bibirku dan tangannya sibuk meremas-remas payudaraku.
Aku pun mulai meresponnya dengan desahan, "Ahhh… Ayahh..!" Ayah meneruskan jilatannya ke leherku, ketiak dan mengakhirinya di payudara kiriku. Dijilatinya seluruh payudaraku hingga basah.
Lalu Ayah berdiri menuju selangkanganku. Aku pun mengangkangkan kedua kakiku dan kurasakan jari Ayah menyibakkan vaginaku. Jilatan lidahnya membuatku tersentak dan medesah tidak karuan, apalagi Ayah melakukannya berulang-ulang. Refleks kakiku bergerak menjepit kepala Ayah, tapi Ayah memegangi kedua kakiku agar tetap dalam posisi mengangkang. Yang kurasakan saat itu adalah jilatan-jilatan Ayah yang sungguh luar biasa. Cairan kewanitaanku meleleh keluar terus menerus.
"Ohhh.. Ayahh.. Nissa engga kuattt lagi.. ahh..!" jeritku sambil mencengkram seprei yang kami tiduri.
Setelah hampir 10 menit menjilati dan menghisap-hisap vaginaku, akhirnya aku mencapai orgasme, kujepit kepala Ayah. Ayah pun bangkit, kemudian tubuhku ditindihnya, bibirnya mencium bibirku dengan sangat bernafsu. Tangannya tidak mau kalah meremas-remas payudaraku dengan kuat. Lalu Ayah bersimpuh di antara pahaku dan menggesek-gesekkan jempolnya di belahan vaginaku yang masih basah.
Aku medesah keenakan, "Ahhhh… Ayahhh… enakkk.. Sayangg.., nikmat sekalii..!"
Aku semakin membuka kakiku lebar-lebar, Ayah dengan sigap mengarahkan batang kejantanannya yang sudah menegang itu ke vaginaku. Lalu kurasakan gesekan-gesekan kepala batang penisnya yang sangat enak dan hangat.
"Ohhh.. Ayahhh.., teruss… Sayangg… aughh.. enak sekali..!"
Ayah pun menekan batang kemaluannyanya hingga amblas.
"Akhh..!" jeritku.
Lalu ayah mengeluar-masukkan batangnya. Saat itu juga aku mendesah-desah lagi, cairan kewanitaanku mulai keluar dari vaginaku.
Ayah nampaknya mengerti keadaanku, sehingga dinaikkannya tempo gerakannya. Ditarik… ditekan… berulang-ulang. Dengan refleks kugoyang pinggulku ke kanan dan ke kiri. Akhirnya aku merasakan ada kekuatan yang menjalar di vaginaku.
Aku meracau keras, "Ahhh.. Sayang… teruss.., Ayahh.. ohh.. ohhh.. Nissa.. mauu…"
Ayah pun ikutan meracau, "Iya.. Sayang.. ayo keluarkan… ayo..! Agar memekmu bisa meremas kontolku..! Aohh..!"
Tanpa dapat kami bendung lagi, aku dan Ayah menjerit bersamaan.
"Ayahh… keluarr.. ohh..!"
"Ayahh… ohh..!" jeritku sambil berpelukan dengan erat.
Kurasakan lelehan cairan keluar dari vaginaku. Ayah mencium bibirku, tubuh kami terkulai lemas.
Beberapa saat kami terdiam sambil berpelukan. Lalu Ayah menyuruhku berdiri di dekat meja.
Aku menurutinya saat satu kakiku dinaikkan di atas meja dan kedua tanganku bertumpu pada dinding. Ayah mencium bibirku, sedangkan tangan kirinya mengorek-ngorek vaginaku yang terbuka lebar. Aku mendesis saat jari-jari ayah menggesek-gesek klitorisku.
"Ahh.. Sayang.., teruss..! Ohh memek Nisa.. ohh..!" racauku.
Ayah tersenyum dan menimpali racauanku, tetapi tangannya masih mengorek-ngorek vaginaku yang sudah lembab.
"Kenapa memek kamu Nisa sayang..?"
"Ohh.. Ayahhh… memek Nisssaa.. basahh… Yahh… ohhh..!" jawabku sambil melenguh tidak kuat.
"Iya.. Sayang, memek kamuu basah.. Ayahh… suka. Nanti kontol Ayah akan bersarang di sana sayangku..!"
Mendengar kata-kata jorok Ayah, aku semakin gila dan terangsang.
"Ohhh.. Ayahh.. teruss.. lebihh.. cepatt..! Nisaa.. mauu.." ucapku lirih.
"Mau… apaa… Sayang..?" ucap Ayah sambil terus menggesek-gesekkan klitorisku yang semakin besar.
"Ohhh… Nisssaa… mauuu.. kontol Ayahh… ahhh… Ayahh.. masukin dong..! Memek.. Nissaa.. inginn.. kontol.. Ayahh..!" jawabku tidak terkendali lagi.
"Baikk.. Sayang.., memekmu sudahh tak tahan ya..? Rasakan kontol.. Ayahh.. ini.. ohh..!" ucap
Ayah sambil mengarahkan batang kejantanannya pada lubang vaginaku dan menggesekkannya ke atas ke bawah… berulang-ulang.
Aku medesah penuh kenikmatan, "Ohh.. enakk.. Yahh… masukkan lagii.. ohh..!" pintaku pada Ayah.
Ayah pun langsung menekannya hingga amblas pada vaginaku.
"Akhhh..!" jeritku menahan rasa sakit.
Ayah mengeluar-masukkan batangnya dengan cepat. Aku semakin menjerit histeris.
"Oh.. Ayahh… enakk.. kontolmu… masukk.. memekku.. ohh..!"
"Iya… Sayang… terimalahh.. kontolku.. oughh..!" lenguh Ayah sambil terus menggenjot vaginaku semakin cepat.
Gerakanku semakin liar, napas kami turun naik menahan kenikmatan yang telah sampai pada ubun-ubun kepala kami.
Akhirnya aku menyerah sambil menjerit keras, " Ahh… Sayang.. memek.. Nissa.. mauu.. keluarr.. ohh..!"
"Iya… Ayah.. jugaa.. tahan.. Sayangku… rasakan.. pejuhku.. yang banyak ini.. ohh..!"
"Ayah, Nissaa.. ohh.. ohh..!" desahku menyambut orgasme yang kurasa akan meledak.
"Iyaa.. Sayang, keluarkan.. Sayang.. Ayahh.. ingin.. memek.. kamu mejepit kontol Ayahh.. ahh..!" racau Ayah menggenjotku keras dan sangat cepat.
Aku dan Ayah memekik bersamaan, "Akh… ohhh..!"
"Crott.. crot… crot..!" sperma Ayah memenuhi vaginaku.
Ayah memelukku erat sambil menahan tubuhku yang sudah ambruk pada pundaknya.
Dicabutnya batangnya, kemudian kujilati hingga bersih. Kami pun naik ke ranjang dan tertidur.
quot;Akhh..!quot;Crott.. crot… crot..!

Kunjungi Juga : B - Tube



loading...
loading...

PASANG IKLAN

KRIM KE : @DIPPANHOT01@GMAIL.COM

Popular Posts